One

7.5K 1.1K 414
                                    

Doyoung bergerak gelisah di kursi yang ia duduki. Mata bulat pria itu bergetar, terus bergulir menatap sekelilingnya dengan panik. Wangi pine yang menyerbak di ruangan yang ia tempati saat ini sama sekali tidak membuatnya tenang. Luas ruangan yang hampir tiga kali dari ruang tamunya malah membuat Doyoung merasa terintimidasi.

Buat apa ia dibawa ke Mansion Klan Siend, secara paksa, di tengah malam begini? Mana dua prajurit tadi langsung meninggalkannya, pula.

Doyoung mulai menggigiti ujung kukunya gugup. Ia tidak melakukan kesalahan apapun 'kan? Iya sih minggu kemarin ia menjual beberapa jeruk cacat hasil panennya ke negeri sebelah. Tapi masa gara-gara itu? Lagipula apa hubungannya dengan klan Siend?

Doyoung terperanjat kaget ketika pintu lebar di sisi ruangan terbuka. Ia segera berdiri melihat istri dari pemimpin klan Siend melangkah masuk ke dalam ruangan, diikuti oleh sang pemimpin klan di belakangnya.

Kim Jaejoong tersenyum lembut menatap Doyoung, mengisyaratkan lelaki itu untuk kembali duduk. "Kau pasti kaget tiba-tiba ditarik paksa ke sini, ya? Duduklah, biar aku dan suamiku yang jelaskan."

Melihat sepertinya dua petinggi klan itu tidak akan menuntutnya karena mengekspor jeruk cacat, Doyoung diam-diam menghela napas lega. Ia menunduk hormat sebelum mendaratkan kembali bokongnya di atas sofa, tepat di hadapan Kim Jaejoong dan Jung Yunho.

Setelah itu, suasana menjadi hening. Jaejoong menatap Doyoung dengan tatapan takjub, sementara Jung Yunho menatapnya tajam, membuat Doyoung kikuk.

"Kau cantik sekali," ucap Jaejoong akhirnya. "Pertama-tama, boleh aku tahu namamu?"

Merasakan kedua pipinya memanas, Doyoung menjawab pelan. "K-Kim Doyoung."

"Ah, baiklah. Kim Doyoung-ssi. Tolong dengarkan aku." Jaejoong meraih kedua tangan Doyoung, menatap lelaki itu tepat di matanya dengan penuh harap. "Kau bersedia menyelamatkan negeri ini 'kan?"

Pertanyaan itu menimbulkan kerutan di dahi Doyoung. Ia mengangguk pelan. "Kalau menyangkut keselamatan negeri ini, tentu saya bersedia. Memangnya... Ada apa, kalau saya boleh tahu?"

Jaejoong menatap ke arah Yunho di sebelahnya, dan dibalas anggukan oleh sang alfa. Berdeham pelan, kemudian ia mulai berbicara. "Baiklah, Kim Doyoung-ssi. Penjelasan ini mungkin—ah tidak, pasti akan sangat mengejutkan bagimu. Tapi aku sangat memohon kesediaanmu untuk ini, karena ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Silvermoon."

Doyoung meneguk ludah, kemudian mengangguk ragu. "Kalau mungkin ada yang bisa saya lakukan... Maka akan saya lakukan."

Yunho menarik napas dalam-dalam sebelum memulai. "Jadi begini, Doyoung-ssi..."

.

.

.

Pukul tiga dini hari.

Kim Doyoung menatap langit-langit kamar yang dipinjamkan oleh pasangan Jung dalam diam. Suara detak jarum jam menjadi satu-satunya pemecah keheningan. Rasa kantuk sama sekali tidak menyerang pemuda berusia delapan belas tahun itu walau malam sudah hampir berganti pagi. Banyak sekali yang ia pikirkan setelah pemimpin klan Siend memberi penjelasan panjang mengapa Kim Doyoung 'diseret paksa' ke mansion megah ini.

'Kau harus menikahi Jung Jaehyun putraku, sesuai dengan yang dijabarkan di ramalan kuno milik sesepuh Hwang. Maaf kalau ini terkesan mengancam, tapi jika kau tidak menuruti ramalan itu, bencana yang menimpa negeri ini tujuh belas tahun silam mungkin akan terjadi lagi.'

Doyoung memejamkan mata seraya mengembuskan napasnya perlahan. Benar kata pemimpin Jung, ia terkejut begitu mengetahui soal ramalan itu. Amat terkejut sampai yang keluar dari mulutnya setelah itu hanya kata 'hah?' dengan kepala yang nyaris pecah.

Fated Mate; JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang