Twelve

3.3K 468 105
                                    

"Baiklah, karena yang paling ditunggu-tunggu sudah datang, kurasa kita bisa langsung memulai rapatnya."

Usai Youngwoon selaku ketua klan Haver berkata begitu, Jung Yunho mendelik tajam Jaehyun yang duduk di sampingnya. Melihat raut wajah lelaki itu yang sama sekali tidak menyiratkan penyesalan, ia menghela napas pasrah.

Pertemuan penting dengan para ketua klan adalah pukul empat sore, tapi sang darah daging yang amat ia sayangi itu dengan santainya datang satu jam melewati waktu yang ditetapkan.

Seandainya bisa, Yunho ingin mengakui Kim Jonghyun dari klan Vermontt saja sebagai anaknya. Jonghyun benar-benar rajin dan teladan. Siapa Jung Jaehyun? Ia tidak kenal.

"Jadi, yang pertama akan kusampaikan adalah, ada berita yang kurasa... cukup buruk dari bidang pertahanan."

Semua anggota yang menghadiri rapat langsung memajang wajah serius, memerhatikan Youngwoon yang berbicara seraya menajamkan pendengaran.

Desas-desusnya, keamanan Negeri Silvermoon memang sedang terancam. Ada satu pihak yang mengincar lahan pertanian Silvermoon, juga kekayaan alamnya. Dan mereka adalah pack besar dengan militansi yang kuat, bisa dibilang Silvermoon akan kalah telak apabila tentara negeri itu menyerang.

"Lahan pertanian kita tengah diincar suatu pihak, dan mereka sama sekali tidak memiliki intensi yang baik. Mereka tidak mau diajak bekerja sama, hanya cecunguk-cecunguk rakus yang haus darah."

Yunho menegakkan punggung, mengangkat sebelah tangannya untuk menginterupsi. "Apa sudah ada agresi dari mereka, Youngwoon-ah?"

Youngwoon menipiskan bibir. "Sejauh ini, belum. Tapi aku khawatir mereka akan melakukannya dalam waktu dekat, mengingat negeri mereka sedang dilanda krisis kelaparan dan kemiskinan."

Kali ini, Lee Taeyong, seorang calon ketua Klan Raven yang mengangkat tangan. "Apa mereka sudah meminta bantuan? Dalam kondisi genting seperti itu, bukankah seharusnya mereka meminta pertolongan dari negeri lain? Memilih untuk menyerang dan merebut... Jelas akan lebih menyusahkan mereka."

Youngwoon mengulum senyum. "Pertanyaan bagus, Lee Taeyong," ucapnya. "Tapi aku bisa menjamin bahwa mereka tidak akan sudi menengadahkan tangan untuk meminta bantuan, sekalipun perut mereka kelaparan. Kau pasti pernah mendengar setidaknya satu kali, negeri gersang dengan pemerintahan yang radikal. Ralfes."

Perkataan Youngwoon disambut dengan hening yang mencekam. Semua merasakannya, hawa dingin yang langsung menguar hanya dengan nama yang terucap.

"Ralfes..." Jonghyun, alfa di kursi paling kiri membuka suara. "Negeri itu, bukankah..."

"Negeri yang tidak pernah kalah dalam peperangan." Youngwoon melanjutkan. "Dan mereka terkenal akan teknik gerilyanya yang sempurna."

"Dengan kata lain, Silvermoon berada dalam bahaya." Kali ini Kim Kibum di sisi kanan menyahut. "Kemungkinan yang paling buruk adalah kita harus terlibat dalam peperangan. Dan perlu diketahui, mereka menyerang tidak pandang bulu. Bukan hanya pasukan kita yang akan gugur. Warga sipil, anak-anak tak berdosa, semuanya akan menjadi korban."

Sementara hening kembali menyeruak, Yunho bergeming di kursinya seraya melayangkan pandangan pada Jaehyun.

Hatinya memupuk rasa gundah yang begitu menyesakkan dada saat ini.

Karena bagaimana ia bisa mengatakan, bahwa selain Ralfes, ada salah satu bahaya yang mengancam Silvermoon.

Mengancam anaknya pula.

Yaitu Klan Rive.

Mereka, yang saat ini sudah tiba di perbatasan negeri Silvermoon. Siap menyerang untuk membalaskan dendam masa lalu.

Fated Mate; JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang