Two

7.1K 1.1K 244
                                    

"Jaehyun sudah menunggumu di kamar, nak."

Ketukan pintu dilayangkan sebanyak tiga kali. Jaejoong menempelkan telinganya ke daun pintu, kemudian menghela napas ketika mendengar suara lirih Doyoung dari dalam kamar.

"S-sebentar lagi aku keluar, ma... Aku sedang bersiap."

Jaejoong mengetuk-ketukkan dahinya, berpikir keras. Semua ini gara-gara Jaehyun dan sifat mesumnya yang mendadak keluar saat acara pernikahan tadi. Doyoung jadi takut menghadapi suaminya itu sekarang.

Meskipun Jaejoong sebenarnya senang-senang saja dengan kelakuan Jaehyun yang seperti itu, sih. Dia 'kan ingin cepat-cepat menimang cucu.

Berdeham sebentar. "Doyoung-ah, sekarang kau sudah siap?" Jaejoong bertanya lagi.

Ada jeda beberapa detik di sini.

Jaejoong nyaris bersorak lega ketika pintu terbuka perlahan dan menampakkan sosok Doyoung dengan ekspresi khawatir dari dalam sana. Ia tersenyum lebar, meraih pundak menantunya itu dan mengusapnya pelan, berusaha menenangkan.

"Tidak akan terjadi hal yang tidak kauinginkan, Doyoung-ah. Aku janji," ucap Jaejoong lembut. "Jaehyun memang agak urakan dan... Sedikit mesum, tapi dia tidak akan berbuat seenaknya tanpa seizinmu, aku bisa jamin itu."

Maunya sih Doyoung percaya, tapi ia kembali mengingat yang diucapkan Jaehyun di altar tadi.

'Bersiaplah, ini hanya permulaan.'

Doyoung bergidik ngeri. Suara berat dan hembusan napas Jaehyun di telinganya masih terekam jelas di ingatan Doyoung, membuat bulu kuduknya meremang. Ia benar-benar takut menghadapi Jaehyun sekarang ini. Tapi mau bagaimana lagi? Doyoung juga tidak bisa menghindar terus.

Satu helaan napas Doyoung keluarkan. "Baiklah..."

Jaejoong tersenyum. Tangannya menuntun Doyoung menuju kamar mereka berdua di sayap timur mansion klan Siend, yang sudah ditempati oleh Jaehyun.

.

.

Di kamar pengantin baru.

Doyoung duduk di tepi kasur dengan kepala tertunduk dan kedua tangan yang mengepal erat di atas paha. Jaehyun sendiri sudah setengah berbaring di sisi lain ranjang, memerhatikan Doyoung lamat-lamat.

"Jadi, kau tidak akan mengganti bajumu itu?"

Dengan cepat Doyoung menoleh. Ia lantas merutuk dalam hati melihat Jaehyun yang menatapnya dengan senyum miring—terkesan menggoda. Memang, dia masih memakai tuxedo-nya sejak acara pernikahan tadi, berbeda dengan Jaehyun yang sudah terlihat nyaman dengan piyama biru tuanya.

"A-aku mau sekalian mandi." Doyoung bangkit dari duduknya. "Handuk... Ada di lemari 'kan?"

Jaehyun mengangguk. Masih dengan senyum miringnya dan pandangan menggoda yang ia arahkan pada Doyoung. Untuk kesekian kalinya Doyoung merutuk dalam hati.

"Ngomong-ngomong..." Jaehyun berujar lagi ketika Doyoung mengambil selembar handuk dari dalam lemari. "Pintu kamar mandinya rusak. Aku bisa masuk kapanpun aku mau."

Mama. Tolong bawa Doyoung pergi dari sini.

Doyoung mengembuskan napas kasar. "Baiklah. Aku mandi di kamar mandi yang lain saja."

Baru saja Doyoung hendak meraih gagang pintu untuk keluar dari kamar, mendadak sepasang lengan kokoh terulur melingkari perutnya. Doyoung terkesiap kaget. Tubuhnya membeku. Napasnya tertahan ketika ia merasakan Jaehyun mengendus-endus tengkuknya dari belakang.

"Sebenarnya, kau tidak usah mandi juga tidak apa-apa." Jaehyun bersuara rendah di telinga Doyoung. "Ini sudah larut malam. Kau perlu kutandai secepatnya."

Fated Mate; JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang