Fifteen

2.9K 399 74
                                        

Kim Doyoung adalah pengkhianat, katanya.

Ia tidak boleh menginjakkan kaki di tanah Silvermoon lagi.

Sungguh, Jaehyun ingin sekali menghajar sosok pria tua bertubuh tambun yang berucap demikian, kala ia menghadiri rapat darurat para petinggi klan beberapa saat yang lalu.

Di sampingnya, Youngwoon berusaha menenangkan Jaehyun. Menepuk-nepuk punggung pria itu, menjaga agar Jaehyun tidak kehilangan kontrol atas emosinya.

Setelah pertemuan darurat, Youngwoon segera membawa Jaehyun ke bukit Sil. Memberitahukan semuanya pada pemimpin Klan Siend itu. Bahwa Jongdae memiliki dendam pada Yunho atas tragedi masa lalu. Bahwa ia memiliki rencana untuk kembali dengan tujuan membalaskan dendam, dan membawa Doyoung pergi dari Silvermoon.

Lagipula tidak ada gunanya lagi disembunyikan. Seluruh petinggi klan, bahkan segelintir penduduk Silvermoon sudah tahu akan hal ini.

Dan sekarang Doyoung pergi bersama ayahnya, jelaslah nama baik Kim Doyoung tidak bisa lagi diselamatkan.

"Aku sungguh tidak mengerti, paman," Jaehyun mengusap wajahnya kasar. "Kenapa Doyoung harus dilabeli sebagai pengkhianat? Kenapa dia harus diperlakukan sebagai kriminal? Yang membunuh ayah bukan Doyoung!"

Rerumputan di bawah kaki ditendang secara brutal oleh Jaehyun, menerbangkan helaiannya yang terkoyak ke udara. Jaehyun berusaha mengendalikan napasnya yang memburu karena emosi. Ia memejamkan mata, menahan sesak yang menjalari dada dan membuat tenggorokannya tercekat. Mencegah air mata yang sudah berkumpul di balik kelopak matanya untuk tumpah.

"Semua ini terjadi hanya gara-gara apa? Dendam?" Jaehyun melanjutkan. Suaranya terdengar serak dan bergetar. "Hanya untuk mempertahankan harga diri?"

Youngwoon masih tidak menjawab. Ia memakukan pandangannya lurus ke depan. Tangan pria itu masih setia bergerak naik-turun mengusap punggung Jaehyun. Berusaha menenangkan.

"Dan hanya karena dendam masa lalu, aku harus terpisah dari Doyoung? Dari anakku?"

Dua kelopak mata Jaehyun terbuka. Manik kelamnya segera terarah pada langit. Pupil gelapnya memantulkan konstelasi bintang.

"Aku sudah kehilangan ayah," ucap Jaehyun lagi, menumpukan fokus pada sungai perak yang membentang di atas kepalanya. "Aku tidak mau kehilangan Doyoung dan anakku juga."

Youngwoon terdiam untuk beberapa saat. Setelahnya ia menghela napas, turut memandang langit yang menjadi pusat atensi Jaehyun.

"Aku tahu," balasnya singkat. "Aku tahu, Jaehyun-ah. Hanya dalam semalam, semuanya menjadi serumit ini."

Rambut kedua alfa itu beterbangan diterpa angin malam. Tidak ada yang membuka suara, hanya membiarkan bunyi gesekan rumput mengudara.

Youngwoon ingin kembali berbicara, tapi saat mulutnya hendak membuka, Jaehyun lebih dulu menimpali.

"Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang. Mau mereka menggunjingku, mencaciku, terserah. Aku akan membawa Doyoung kembali."

Dan Youngwoon menelan kembali kata-kata yang akan diucapkannya. Menatap sendu Jung Jaehyun yang bergeming dengan tangan mengepal erat. Dilihatnya, terlalu banyak emosi yang dipancarkan oleh netra sewarna malam itu.

Maka, Youngwoon pun tidak bisa mengeluarkan kata untuk mencegah. Walau ia tahu pasti, bahwa rencana Jaehyun itu terlalu gegabah. Bagaimanapun, nekat mendatangi Doyoung dan membawanya kembali ke Silvermoon terdengar seperti pilihan yang salah.

Apa yang akan dilakukan para petinggi klan nanti? Bagaimana jika Jaehyun nanti dihukum dan diasingkan karena perbuatannya itu?

"Pokoknya," Youngwoon berucap setelah sekian detik dilalui oleh keheningan. "Apapun yang kau lakukan, aku akan bantu sebisa mungkin."

Fated Mate; JaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang