02: The Most Wanted.

150 57 15
                                    


Jean's POV

~

Hal yang paling menyebalkan sering kali sukses mengusik ketenangan gue adalah dimana Vian dengan segala macam tingkah aneh bin absurdnya itu mulai menganggu gue dari titik awal sampai akhir. Satu hari yang lalu bertepatan dengan seseorang yang menciptakan skandal atau membuat kesalahan biasa ke gue lewat lemparan bola volinya yang mendarat keras menghantam kepala ini hingga gue nggak sadarkan diri, sejak pulang sekolah hari itu, mulut Vian mulai ngaco saat berbicara.

"Dari CCTV ruang siaran, keliatan tau lo berdua mesra-mesraan---istilahnya, pelaku sama korban. Mana disitu juga ada Renata yang asik merhatiin. Dasar nggak tau situasi! Halah, palingan lo juga seneng di modusin temen gue. Iya 'kan?"

Diatas adalah salah satu panjangnya dari kalimat yang keluar dari mulut Vian. Eh, cowok itu cuman ngusap kepala gue, dan itu dibilang mesra-mesraan? Dari hongkong! Gue juga risih dan nggak enak saat itu. Ditambah lagi gue mendadak naik pitam setelah tau Renata yang sibuk merhatiin dan Vian yang juga nontonin dari ruang siaran. Nyebelin!

Sempet terjadi kegaduhan yang gue buat sama Vian. Saat itu, gue kejar-kejaran sama dia sampai capek---dan nggak tau siapa yang menang.

Sambil tiduran telentang di sofa, gue melirik Vian yang lagi tiduran di lantai dengan kaki diatas meja. Gue diem sebentar, berfikir buat menanyakan hal yang terpintas di pikiran gue apa nggak. Karna gue takut aja Vian mikir yang macem-macem. "Eh, Vian." Panggil gue pada akhirnya, memutuskan buat bertanya.

Terdengar helaan nafas pelan dari bawah. "Apa?" Sahutnya pelan dan tenang, tumben.

"Cowok yang kemaren itu, dia temen lo?" Gue bertanya seadanya dan berusaha sedatar mungkin biar Vian nggak nyangka kalau sebenarnya gue penasaran. Ouch, kalau sampai dia tahu kalau gue emang bener penasaran, bisa abis gue dinistain manusia laknat yang sayangnya kembaran gue sendiri.

Gue tahu Vian mengangguk di bawah sana. "Iye. Namanya Jeka. Temen satu geng." Jawabnya. Menurunkan kakinya dari atas meja, dia bangun dan mengganti posisinya menjadi duduk bersila---masih tetap menempelkan bokongnya dilantai. "Kenapa?" Tanyanya heran.

"Gue nggak pernah ngeliat dia. Temen lo yang gue tau aja cuma Jim." Ujar gue, datar.

Vian memutar bola mata malas. "Lo pikir temen gue sedikit? Asal lo mau tau aja, temen-temen gue sekaligus gue sendiri itu anak-anak hits tau nggak?" Dia ngomong dengan gaya sombongnya yang justru membuat tangan gue seketika gatel pengen nabok mukanya langsung. Dia terkekeh pelan, lalu melanjutkan, "Dan yang punya kasus sama lo kemaren, si Jeka, dia bukan sembarang orang di seangkatan." Lanjutnya.

Gue terdiam, memikirkan ulang perkataan Vian yang berkata 'bukan sembarang orang di seangkatan'. "Maksudnya?" Tanya gue bingung.

"Hidup lo muter kemana sih? Sampai di angkatan sendiri aja nggak tau." Komentarnya sinis. Dia ketawa pelan, lalu melanjutkan, "Sebatas buat pengetahuan lo tentang dia nih ya. Dia itu murid nakal, brandalan, populer. Bonusnya, dia ganteng. Bukan banyak lagi cewek yang suka sama dia. Satu lagi, gitu-gitu dia Most Wanted. Jangan salah makanya." Jelas Vian sambil senyum hambar ke gue. Gue masih diem, lalu ber-oh ria.

Gue ngangguk-ngangguk aja, dan seketika gue langsung melotot ke arah Vian karna baru menyadari sesuatu di ucapannya barusan. "Apaan? Most wanted? Gila! Keren banget dong dia?" Tanya gue, saking nggak percaya. Catat, men! Most Wanted! Paling dicari! Ouch, keren aja.

"Cuma dia yang Most Wanted. Temen se-gengnya mah nggak."

"Berarti lo nggak dong? Lo 'kan se-geng sama dia katanya."

ORDINARY MISTAKE [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang