10: Electro.

60 36 3
                                    


Jeka's POV

-

          Sabtu pagi ini, ada manusia cantik berprofesi sebagai dokter yang udah ribet sama urusan pekerjaan. "Lo semua dirumah ya temenin nyokap sama bokap gue. Tenang aja, nanti gue traktir makanan pas gue udah pulang." Ujar kak Jenna sambil memakai jubah dokternya buru-buru. Jean keluar dari kamarnya kak Jenna dan menyerahkan tas tenteng berwarna hitam yang berukuran sedang. Kak Jenna menerima itu dan mendongakan kepalanya. "Loey! Anterin gue ke rumah sakit! Mama sama Papa, Jenna pergi dulu ya!" Sambungnya sembari mengambil tas yang tadi diserahkan Jean.

          "Abis nganterin kak Jenna, lo kesini lagi nggak kak?" Tanya Jean dengan suara keras pada kak Loey.

          Kak Loey berhenti di ambang pintu masuk. "Nggak. Gue balik ke sini lagi sore kayaknya. Gue ada jadwal pertemuan nanti siang. Sekalian jemput itu dokter cerewet." Balasnya ke Jean sembari menunjuk kak Jenna menggunakan dagu. Lantas dia buru-buru berjalan keluar.

          Vian mendengus kesal. "Dasar orang-orang penting. Kebanyakan deadline mah gitu. Yang satu dapet panggilan dari rumah sakit. Yang satu ada pertemuan buat interview soal keluaran lagu terbaru." Gerutunya kesal. Dia berdiri dan berhenti di depan Raymon. "Mendingan main ps di kamar gue aja yuk, Mon." Ajaknya dan dibalas anggukan semangat dari Raymon.

          Juho memutar bola matanya. "Yang penting di traktir makanan."

          Dengan begitu, semua orang disini mulai berpencar ke seluk peluk rumah nyokap sama bokapnya Vian. Contohnya sekarang, seperti Randi sama Clara pergi keluar, lalu terdengar bunyi raungan motor Randi yang berlalu dari teras. Virly, Gisel, dan Caca yang beringsur pergi ke dapur buat berekspresimen setelah dapat izin dari Jean. Dan sisanya, gue, Jim, Yoga, Juho, Ara, Jean dan Nesa hanya duduk santai di ruang tengah dan menonton acara tv. Well, hanya gue dan Juho yang menatap tv, sementara yang lain sibuk dengan ponsel masing-masing.

          "Ra." Suara Yoga terdengar. Gue melirik ke cowok itu. Ternyata dia manggil Ara.

          Ara menoleh. "Ya?"

          "Temen-temen lo masak apaan?"

          Jim langsung mendongak. "Perasaan mereka minta izinnya ke Jean deh. Berarti Jean yang tau mereka mau buat apaan. Kok lo malah nanya ke Ara?" Tanya Jim, dan gue denger terselip nada menyindir disana. Mck, dasar Jim. Tapi setelah gue pikir-pikir, dia bener juga. Kenapa nanyanya ke Ara kalo yang tahu itu Jean?

          "Lagi buat pie susu." Jawab Jean mewakili. Gue melihat cewek itu berdiri dari duduknya dan melenggang pergi. Dia menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas.

          Gue menatap Nesa sama Ara bergantian. "Lo berdua nggak bantuin temen-temen lo di dapur?" Tanya gue, basa-basi.

          Nesa menggeleng. "Males."

          "Kenapa?" Tanya Jim.

          Ara menghela nafas panjang. "Ngapain? Nanti kalo dapurnya tante kotor atau ada barangnya yang rusak, gue lagi yang disalahin." Jawabnya diselingi bibirnya yang sedikit maju. Gue menatap dia geli, tapi kayaknya hal itu lucu bagi Yoga dan Juho. Nesa yang heran kenapa Yoga dan Juho tertawa langsung menoleh ke Ara.

          Seketika Nesa menatap Ara lucu. "Mulut lo kondisikan dong. Diketawain tuh." Katanya sembari tersenyum lucu. Ara mendelik tajam ke Nesa sebelum mengalihkan pandangannya ke Yoga sama Juho. Tapi seolah nggak berarti apa-apa dari tatapan Ara yang tajemnya kayak ujung jarum pentul, Yoga sama Juho justru ketawa makin keras. Dan serangan disengaja pun terjadi..

ORDINARY MISTAKE [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang