Jean's POV
~
Selepas Reynan mengucapkan kata maaf untuk kesalahan tadi yang tidak disengajanya waktu di jam istirahat, gue tersenyum dan berujar 'nggak apa-apa'. Gue melirik ke temen-temen gue, mereka turut memperhatikan dengan wajah datar. Menghela nafas, tiba-tiba sesuatu menarik pergelangan tangan gue dengan pelan, namun terkesan menuntut. Saat gue menoleh, itu tangan kembaran gue---Vian. Gambaran wajahnya datar, sama seperti temen-temen gue. Tanpa berkata apa-apa, Vian narik tangan gue disusul temen-temen gue yang ngikutin dari belakang.Gue berjalan disamping Vian dengan sedikit terburu-buru. Tangan gue masih di dalam genggaman Vian, erat. Setelah gue tahu kalau Vian menarik gue menuju parkiran motor, gue sadar kalo disana juga ada teman se-gengnya. Mereka semua serempak menoleh ke gue dan Vian. Sempat gue melirik ke belakang, temen-temen gue berhenti di titik yang agak jauh dari sini---tapi masih menatap lurus gue. Alhasil, gue hanya bisa menunduk. Kayaknya sih gue ngelakuin hal yang salah sampai mereka semua terlihat aneh seperti ini. Tapi kesalahan apa?
Terjadi keheningan selama lima detik lamanya. Dan disitu, gue mencoba menatap Jeka yang dibalas tatapan aneh dari dia. Tatapan yang mungkin lebih parah dari tatapan temen-temen gue. Gue menunduk lagi, lebih dalam.
"Secepat ini, Jek?"
Gue sedikit mendongak ketika suara Vian terdengar di pendengaran gue. Gue sekilas melirik Vian yang hanya berekspresi biasa saja. Sedangkan Jeka, dia terdiam mematung dengan alis yang hampir bertautan. Seseorang nampak membeku sekarang. Padahal gue aja nggak ngerti Vian nanya apa sama Jeka. Secepat ini? Apanya yang cepat?
Melirik kebelakang lagi, temen-temen gue udah mulai berjalan mendekat. Tepat saat itu juga Vian tertawa dan menepuk pundak kanan Jeka dengan pelan. Lagi dan lagi gue maupun temen-temennya dia yang lain hanya melemparkan tatapan bingung.
"Nggak usah tegang gitu kali muka lo. Gue cuma mau ngasih tahu satu hal doang dari kak Jenna..." Ujar Vian diselingi candaan. Lalu dia melanjutkan, "...Bokap sama nyokap gue udah dibandara. Mereka baru pulang dari Yogyakarta. Kata kak Jenna, nyokap pengen banget rumahnya jadi seramai mungkin. Nyokap kangen masak banyak soalnya. Jadi kata bokap, gue, Jean sama kak Jenna disuruh bawa temen-temen masing-masing buat nginep. Soal tidur dimana, dibawa enak aja, emperan di ruang tengah." Jelasnya panjang.
Gue bersuara, "Mama mau begitu, Yan?" Tanya gue dan mendapat anggukan dari Vian sebagai balasan.
Raymon menghela nafas. "Gue kira ada apaan. Kalo begitu, setuju aja. Masing-masing dari lo, bawa temen deket aja. Lagian, kita juga kangen sama bokap dan nyokap lo."
Vian mengangguk. "Oke. Lo semua mau 'kan?" Tanya dia dan semua temannya mengangguk. Vian lantas menoleh kebelakang, mendapati teman-teman gue yang hanya diam memperhatikan. Vian tersenyum. "Lo semua juga mau 'kan? Nginep di rumah gue." Tawarnya.
Disitu, Gisel dan Caca hanya mengangguk setuju. Nesa juga seperti itu. Ara dan Virly terlihat sedang berfikir dan beberapa detik kemudian, Virly berujar, "Oke deh nginep. Gue juga kangen sama om dan tante." Ujarnya.
Hanya Clara yang belum mensetujui. Cewek itu terlihat berfikir keras. Terlihat seperti menimbang-nimbang sesuatu. Vian mendengus dan menatap malas Clara yang lama memberikan jawaban. Lantas, cewek itu mendongak dan bertanya, "Randi ikut 'kan?" Tanyanya yang entah bertanya kepada Vian atau Randi. Vian benar-benar melengos sementara Randi tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Clara dan menjawab, "Ikut sayang." Dan setelahnya, cewek itu tersenyum lebar dan mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORDINARY MISTAKE [HIATUS]
Fanfiction"Ngeliat lo kesulitan adalah satu-satunya kesulitan gue." End : ?