Jean's POV~
Sekitar tiga puluh menit yang lalu, kak Loey datang ke rumah gue. Dia rutin dateng karna gue minta diajarin main gitar sama dia. Ya, anggap aja kursus gitar. Baru aja dia menempelkan bokongnya di sofa, nggak taunya dia udah siap sama gitar terlejennya. Matilda.Sekarang ini, gue lagi tersenyum geli menahan tawa. Temennya kak Jenna, si cowok yang duduk dihadapan gue sekarang, sedang memetik senar gitarnya dengan wajah super komuk. Udah gitu, menggelikan.
"Ketawa aja nggak usah ditahan. Senyum lo geli banget gara-gara nahan ketawa doang." Katanya yang sukses membuat tawa gue seketika pecah dengan sangat keras memenuhi seisi ruang tengah. Dia menatap gue datar dan berdecak keras. Dan tawa gue sukses menjadi lebih keras dari sebelumnya.
"Muka lo biasa aja kali, kak! Lo naber ya? Ke toilet dulu sana. Jangan buang disini." Balas gue sembari tertawa senang. Udah nggak tau lagi seberapa kerasnya gue ketawa, yang jelas gue kegelian banget sekarang.
"Sip. Gue bawain deh hasilnya buat lo."
Gue masih dengan tawa keras gue, langsung mengangguk saja mensetujui balasannya barusan. Refleks gue mukul-mukul bahunya dia, pelampiasan kegelian.
Ara
Message : Gue udah di depan nih. Lo keluar ya. Btw, ada motor yang kayaknya gue kenal parkir di teras lo. Kak Loey udah dateng?Tawa keras gue perlahan berhenti saat membaca notifikasi WhatsApp dari Ara---sahabat gue. Kira-kira dia dateng kesini sama siapa? Sendiri? Gue berdiri dan langsung berlari keluar. Saat membuka pintu, gue menemukan Ara, Virly, Nesa, dan Gisel. Gue belum mengeluarkan kalimat buat menyuruh temen-temen laknat gue itu masuk, mereka udah masuk duluan dengan rusuh. Mereka juga berlari kecil menghampiri ruang tengah, menyapa kak Loey dengan suara belasan oktaf.
Disana, kak Loey membalas sapaan yang nggak kalah keras. Cowok yang tingginya menyerupai tiang dan mempunyai telinga selebar daun talas itu tersenyum lebar. Lantas gue ikut menghampiri mereka dan pas sekali saat dia memetik senar gitar pelan. "Berisik di rumah orang nggak dosa 'kan? Lagian, bagus kalo bikin suasana jadi rame." Ujarnya sembari mengedipkan sebelah mata.
"Biarin aja. Kalo kak Jenna marah, salahin kak Loey!"
Kak Loey tersenyum, "Sama Jenna doang, nggak usah takut kali. Santai aja. Ada gue." Balasnya nyebelin. Gue memutar bola mata, nggak mau ngeladenin cowok itu lagi.
Pun kak Loey memainkan gitarnya, temen-temen gue turut berisik dengan nyanyian ala kadar dari alunan musik gitar kak Loey. Mereka nyanyi dengan nggak tahu malu dan terkesan nikmatin banget. Gue hanya diam di samping Virly yang sedang mengeluarkan jurus high note ala-ala Paramitha, sambil menepuk jidat pasrah. Kak Loey juga berkali-kali ngajak gue membaur, tapi gue nggak respon dan berakhir kayak orang bisu. Beberapa menit kemudian, mereka berhenti dengan tawa lucu. Setelah gue dengerin dengan intens, mereka baru menyanyikan dua lagu.
Baru menyadari kedatangan temen-temen gue yang hanya datang empat orang, gue bersuara. "Yang lain kenapa nggak ikut? Clara kemana? Caca?" Tanya gue heran sembari mengecek ponsel.
"Biasalah. Clara ada jadwal kencan kesekian kalinya sama Randi." Jawab Nesa seadanya. Nada bicaranya sedikit di buat-buat.
"Caca sibuk belajar untuk lomba cerdas cermat tiga hari kedepan. Punya ambisi kuat buat menang." Gisel turut menjawab.
Gue mengangguk paham. Setelah acara tanya-jawab itu, Virly dan Ara melanjutkan kesibukan menyanyinya dengan kak Loey yang masih asik memainkan gitar. Virly dan Ara berlomba-lomba mengeluarkan jurus high note yang pada ujungnya fatal karna suara mereka habis atau serak. Gue lihat Nesa hanya berperan sebagai juri disitu dan mengomentari high note luar biasa ala Virly dan Ara. Gisel hanya diam, kadang ikut tertawa kalo ngeliat kekonyolan mereka. Kak Loey cuma tersenyum lebar dan tertawa senang, gue tau dia kehibur. Sementara gue cuma bisa diam lagi, merhatiin lima manusia di hadapan gue sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORDINARY MISTAKE [HIATUS]
Fanfiction"Ngeliat lo kesulitan adalah satu-satunya kesulitan gue." End : ?