"Karena sebenarnya cinta nggak pernah membuat tuannya tersakiti."
"
Setelah bercengkrama dengan Taufiq, karena masih ada waktu kosong Azrah memutuskan untuk pergi menemui Bu Anna yang tadi pagi sempat memintanya.
Sesampai cewek itu di ruangan yang di tempati banyak tumpukan data seluruh siswa, Azrah langsung di persilahkan duduk.
"Kamu nggak ada guru di kelas?," tanya Bu Anna pada Azrah yang sudah duduk di depannya berusaha bersikap tenang.
"Bu Ratna sakit bu."
"Kamu yang kasih surat ini kan?" ujar guru itu to the point. Azrah mengernyit berusaha mengerti pertanyaan bu Anna.
"Surat buat Rifky maksud Ibu," tambah Guru itu.
"Iya Bu, tapi ibu bisakan jangan bilang sama dia. Saya mohon Bu," raut wajah Azrah benar-benar cemas takut Bu Anna tak akan mau menerima permohonannya.
"Kenapa?"
"Saya nggak mau mengekang dia atas cinta sepihak saya Bu." ujar Azrah spontan membuat hati Bu Anna kembali terenyuh.
"Yasudah kamu bisa kembali ke kelas sekarang."
-----
Langkah Azrah terhenti ketika mendengar salah satu pertanyaan yang di lontarkan salah satu siswa di dalam kelas membuat jantungnya berdetak tak karuan.
"Sebenarnya lo suka nggak sih sama Azrah?"
Azrah masih mencoba tetap tenang, lalu tetap bersembunyi untuk dapat mendengar kepastian dari mulut Rifky langsung.
"Ky, lo suka nggak?"
"NGGAK!" spontan keluar dari mulut Rifky perkataan itu, karena terasa seperti di kekang atas pertanyaan teman sekelasnya.
Seperti terjawab sudah seluruh pertanyaan yang selama ini membuat banyak orang penasaran dalam satu kata "TIDAK", sehingga membuat seluruh siswa yang berada di kelas bungkam, tak ada lagi yang berbicara. Mereka seperti mengingat bayang-bayang tentang Azrah yang selama ini menyukai Rifky tanpa tau bagaimana perasaan cowok itu yang sebenarnya. Bagaimana ceritanya jika mereka di posisi Azrah dan mendengar perkataaan Rifky langsung? Itu sungguh menyakitkan.
"Gue yakin, lo suka tapi lo nggak mau tunjukin ke kita, iya kan?" sentak seseorang yang entah itu siapa.
"Terserah kalian mau bilang apa!" balas Rifky cuek sambil berjalan keluar kelas.
Di depan kelas Rifky berpapasan langsung dengan Azrah yang membuatnya berhenti sejenak lalu menatap cewek itu sebentar setelah itu baru cowok itu lanjut berjalan.
Saat Azrah masuk pendangan seisi kelas langsung mengarah padanya dengan pandangan penuh iba.
"Kalian kenapa liatin gue kayak gitu?" tanya Azrah seakan-akan tak ada apapun yang baru saja menimpahnya.
Azrah mulai merasa risih dengan tatapan iba yang masih berpusat padanya."Kalian mau ngomong sesuatu sama gue? Kenapa liatinnya gitu banget?"
"Lo nggak apa apa Rah?" tanya Farhan mendekat.
"Emang gue kenapa? Perasaan tadi waktu gue ke ruang guru kalian biasa aja deh." gerutu Azrah terlihat biasa saja.
Setelah Azrah berkata seperti itu beberapa teman sekelasnya langsung mengerumuni cewek itu, untuk bercerita dan Azrah hanya dapat diam meladeni ribuan kata yang ditujukan padanya. Meski jujur itu sakit karena mereka menjelaskan bagaimana mimik muka Rifky yang terlihat tanpa rasa bersalah mengeluarkan perkataan itu.
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya keluar dari kerumunan, membuat beberapa siswa menghindar dari tempat itu memberi jalan.
-----
"Lo apa apaan sih?" sentak Azrah melepas genggaman tangan Taufiq.
"Lo bisa nggak bersikap nggak ada apa apa?" bentak Taufiq kesal.
"Emang gue harus apa?"
"Lo terlalu menyedihkan Rah, kalo lo mau nangis. Nangis aja! Jangan rapuh kayak gini, gue benci liat lo yang pura-pura tegar padahal di dalam lo rapuh!" Taufiq terlihat begitu marah.
"Jangan bersikap kayak gini sama gue!" ucap Azrah mulai terisak.
"Lo kira gue mau kayak gini, udah dari dulu gue mau lupain dia. Tapi, dia selalu datang di saat percobaan gue yang hampir sempurna seakan akan dia mengagalkan upaya move on gue!" kali ini Azrah benar-benar tak dapat menahan tangisannya.
"Gue juga nggak mau terkurung dalam rasa! Gue mau bebas tapi sulit, asal lo tau itu!" Azrah lalu beranjak dari tempat itu meninggalkan Taufiq yang masih terpaku sambil sesekali menyeka air matanya yang tak mau berhenti.
"Gue benci sama lo yang nggak mau jujur sama perasaan sendiri, Ky."
❄❄❄❄❄
Sore ini seluruh siswa di minta untuk membersihkan sekitar lingkungan sekolah, sedangkan Azrah benar-benar tak mood untuk mengikuti pekerjaan itu.
Mata Azrah menjelajahi seluruh area pembersihan kelasnya, matanya terpaku saat melihat Farah dan Rifky berjalan beringinan sambil melempar tawa.
"Jangan di liatin kayak gitu nanti lo sakit hati!" ejek Farhan yang tiba-tiba datang berdiri di sampingnya.
"Lebih baik lo ambil sapu terus kerja bareng gue, oke!"
Azrah melangkah malas menuju area pembersihan.
"Jangan jadi seseorang yang menyakiti diri sendiri Rah, kalo mau berhenti, lo harus berhenti sepenuhnya." nasehat Rahma yang tiba-tiba datang menemuinya.
"Rahma?"
"Dunia ini terlalu besar untuk lo isi dengan satu kata yang di sebut cinta doang," ucap Rahma lagi seakan-akan mencoba menasehati cewek di sampingnya itu.
"Gue nggak ngerti perasaan lo gimana sakitnya, tapi menurut gue. Kalo rasa yang lo lalui itu menyakitkan, udah pertanda bahwa kalian nggak bisa bersama, meski ribuan kali lo mencoba untuk mempertahankan sebuah rasa. Karena sebenarnya cinta nggak pernah buat tuannya tersakiti." Azrah benar-benar terdiam kali ini.
Ada niat dalam hati nya untuk melupakan Rifky seutuhnya, tapi bagaimana jika ia tak berhasil lagi untuk kali ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diam Aku Bertahan (END)
Teen FictionCerita ini sudah berakhir. Namun, masih dapat kamu nikmati. Pesanku : Jangan kecewa dengan apa yang ada di akhir. Yang harus kamu tau, bahwa tulisan ini tulus untukmu. (Tahap revisi) Dalam hidup, ada banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa...