EPILOG

1.4K 36 5
                                    

"Setidaknya kamu pernah membuatku menjadi prioritas hidupmu."
-Azrah Rahmadhani Putri

"Terima kasih untuk ketulusan cintamu hingga detik ini, Azrah. Aku pamit."
-Muhammad Rifky

"Ini buat kamu, suatu hal yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi, karena tak ada yang tau Allah mempertemukan kita pada saat seperti ini." ujar Rifky memberikan sebuah flashdisk kecil yang ia ambil dari kantong kecil pada dompetnya.

"Ini apa?"

"Kamu baca dan liat isinya sendiri aja, ya. Aku pamit pulang."

Azrah mengangguk, mengantar Rifky keluar dari kantornya. Perempuan itu memandang sendu tubuh tegap pria yang hingga saat ini masih menjadi pemeran utama dalam hatinya

"Aku harus apa bila takdir selalu berkendak lain pada kita?" Tiba-tiba Azrah berucap, sembari matanya masih menatap Rifky yang semakin lama semakin hilang dari penglihatannya.

*****

Azrah duduk di kursi meja kerja miliknya di rumah. Perempuan itu membuka laptopnya, memandang flashdisk di tangannya itu sejenak sebelum mencolok pada laptop putih dihadapannya.

Hanya ada satu file bertuliskan 'Katasunyi' yang membuat Azrah di rundung rasa kebingungan dan penasaran apa isi folder itu.

Perasaanya yang selama ini campur aduk, terjawab sudah segala hal yang ia pertanyakan selama ini lewat sebuah rahasia di balik folder itu ketika nanti cewek itu membukanya.

Lagi-lagi Azrah kaget, terdapat satu document dan satu foto.

Azrah tercengang ketika mengklik dua kali foto di depannya. Wajah seorang gadis lugu tengah tersenyum, membuat pipinya berubah menjadi bakpau dengan mata yang mengarah entah pada objek apa di depannya.

Foto itu, foto dirinya sendiri, Azrah.

Azrah refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan menahan isakan yang perlahan menguras emosinya. Azrah kemudian beralih pada document disana, lagi-lagi perempuan itu mengklik dua kali sebelum muncul barisan tulisan yang tersusun rapih dengan font 12.

Teruntuk kamu Azrah Rahmadhani Putri.

Pertama-tama.
Mungkin, tulisanku tak seindah rajutan katamu. Namun, pecayalah setiap kata yang kuungkapkan di sini benar adanya.

Surat ini di buat, 12 oktober.
Di kala tiba-tiba saja,
rindu datang melanda hatiku di tengah malam.

Rah, apakabar?
Malam ini hujannya deras,
Sehingga membuat bintang tak muncul menemaniku menulis.

Tiba-tiba saja aku merindu, pada kisah kita yang tak lagi dapat terulang,
Kisah tentang kita yang pernah sedekat nadi, berubah karena sebuah perasaan kaku yang membuat kita saling menghindar hingga menjauh.

Kisah tentang kamu yang berusaha menggapaiku tapi tak sampai, karena aku yang tak peduli.

Kisah tentang kamu yang selalu mengalihkan pandangan ketika kita beradu pandang.

Serta kisah-kisah yang pernah indah dan pernah hadir di sela kehidupan kita.

Terkadang, aku depresi sendiri mengingat diriku yang dulu begitu bodoh, yang tak berniat menoleh padamu yang begitu nyata selalu hadir untukku.

Terkadang, bayang-bayang dirimu yang tertawa melihat wajahku, terpatri ketika sibuk dan kala sunyi menyelimutiku.

Mungkin, karena aku begitu bersalah sehingga Penyesalan tentang kita yang dulu selalu datang menghantui dan akhirnya membuatku memaki diri sendiri.

Di malam yang sedih karena rinduku yang tak dapat tersampaikan ini, tanpa sadar membuatku menangis, sedih sendiri saat menulis hal ini.
Aksara  yang kutulis entah bagaimana begitu mulus tertera, mewakili hati.

Rah, Satu hal yang perlu menjadi jawaban dari semua kisah kita yang tak seindah kisah lain adalah, aku sadar meski mungkin sudah terlambat bahwa Aku, pernah benar-benar mencintaimu.

Terakhir.
Terimakasih untuk ketulusan cintamu, Azrah.
Aku pamit.

Airmata Azrah tak kuasa menahan tangis, akhir dari kisah yang ia jaga dan kisah yang tahan seperti ini.

Sekarang ada satu hal yang ia sadari dari kisahnya yang telah berakhir dan terlewati. Bahwa, terkadang takdir tak pernah bisa ikut berkompromi dengan apa yang telah tertulis, meski kisah itu pernah punya satu tujuan.

-The End-

Dalam Diam Aku Bertahan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang