-"Aku harus sadar, keputusan yang ku buat adalah sesuatu yang harus ku pertanggungjawabkan."
"Azrah!!!!," teriak Salwa saat berada di depan pintu kamar Azrah.Azrah melangkah mendekat ke arah cewek reseh yang entah mengapa bisa menjadi sahabatnya itu.
"Kenapa?, biasa aja dong!." Salwa lalu menarik Azrah menjauh dari kerumunan kamarnya tanpa melihat ekspresi Azrah yang masih tampak kesal sekaligus kebingungan dengan tingkah Salwa.
"Apaan sih!" sentak Azrah saat tahu mereka berdua telah berada di tempat yang sunyi.
"Gue tadi ngomong sama Rifky!." mata Azrah terbebelalak hebat tak mengerti maksud ucapan Salwa.
"Lo ngomong apa?."
"Gue tanya hal yang buat lo bingung itu!." mata Salwa berbinar penuh semangat ingin cepat cepat memberi tahu Azrah.
"Gue tanya sama dia kenapa sikap dia ke lo gitu?," celetuk Salwa enteng.
Azrah mulai tertarik dan penasaran ia menarik Salwa ke kursi yang berada di dekat mereka lalu mulai bertanya, "Terus Rifky jawab apa?,".
"Tapi Rah, sebelum gue jawab, gue tanya sama lo. Rasa yang tumbuh dalam diri lo itu benar adanya?, sejak kapan?, dan setelah lo tau jawaban Rifky tentang pertanyaan gue tadi lo harus jawab jujur apa sebenarnya sama gue!,"
Azrah mengangguk,"Iya."
"Jadi Rifky itu bilang sikap dia kayak gitu karena alasannya ada sama lo, dan katanya lo juga tau arti sikap dia," jawab Salwa membuat Azrah mengernyit, bingung.
Azrah mulai berpikir, membongkar kembali memori otaknya, mencari kenangan lama yang seharusnya selalu ia ingat dan tak boleh ia lupa.
"Rah?,"
"Gue ingat Sal, memang benar itu salah gue!." ucap Azrah lirih menahan tangis mengingat perkataannya pada Rifky saat hatinya tak dapat menerima kenyataan pada perasaannya.
"Emang lo ngapain dia?."
"Waktu itu adalah kali pertama gue sebingung itu dalam hidup gue, karena gue pikir seharusnya perasaan itu nggak tumbuh, gue pikir seharusnya gue nggak suka sama dia, jadi karena pikiran gue benar-benar nggak tenang dan ke bingungan, yang gue ingat perkataan gue itu belum abis tapi Rifky paham maksud gue kalau untuk sementara seharusnya kita..." Azrah menunduk lirih air matanya tak dapat lagi ia tahan, cewek itu menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.Azrah menangis karena kesalahannya sendiri, menangis atas kebodohan yang cewek itu lakukan sendiri, menangis karena perih yang selama ini ia tahan ternyata berawal dari dirinya sendiri. Bodoh, itu satu kata yang pantas untuk diri Azrah. Cewek itu harus bertanggung jawab dan menyelesaikan segalanya.
"Kita saling menjauh." lanjut Azrah lagi. Salwa lalu menarik Azrah kedalam pelukannya, menenangkan sang sahabat yang ia sendiri paham kepolosannya makanya dia bingung dan tak mengerti betul sikap apa yang seharusnya di lakukan jika jatuh cinta.
"Gue nggak paham harus bersikap apa ketika perasaan ini untuk pertama kalinya gue rasa dalam hidup. Gue pernah menunggu, tapi menurut gue nggak sebingung ini saat gue mulai suka sama Rifky." kata Azrah masih terus menangis dalam pelukan Salwa menyesali perkataan bodohnya dulu.
"Gue yakin sama perasaan lo benar adanya Rah, mungkin keputusan yang lo ambil itu karena perasaan yang membingungkan itu terpaksa hadir dalam hidup lo dan udah lama datang." kata Salwa seakan-akan menjawab sendiri pertanyaannya tadi.
"Lo harus ngaku yang sebenarnya, itu satu-satunya cara lo bertanggung jawab karena membingungkan seseorang." Salwa menatap lekat mata Azrah, serius.
❄❄❄❄❄
"Farah juga suka sama Rifky!." gosip yang baru saja terdengar di telinga Salwa dan langsung ia beri tahu Azrah membuat tubuhnya bergetar hebat, niatnya malam minggu saat bioskop mini yang di selenggarakan OSIS Azrah akan mengungkapkan perasaannya pada Rifky, tapi sepertinya cewek itu harus mengurung niatnya.
"Setiap hati berhak mencintai setiap hati yang lain Sal." balas Azrah datar.
"Intinya apapun penghalangnya lo harus tetap ungkapin perasaan lo!." kata Salwa bersikeras.
"Eh, Sal ada yang minta nomor lo sama gue!." ucap Azrah mengalihkan pembicaraan.
"Nggak usah mengalihkan pembicaraan Rah."
Tak ambil pusing Azrah tetap bersikukuh mengalihkan pembicaraan mereka, "Lo mau dengar nggak ceritanya orang itu minta nomor lo, lucu deh."
Sadar bahwa Azrah benar-benar tak ingin membahas tentang Rifky atau Farah. Salwa hanya mengangguk dan mulai mendengar cerita Azrah sebelum bel masuk yang tersisa 15 menit lagi.
"Jadi gini kemarin itu ada orang yang minta nomor lo, trus awalnya dia pake perumpamaan tanya apa aja yang gue bicarain sama Rifky pas telfonan segala. Eh, tau-taunya malah to the point sama gue mau minta nomor lo." cerita Azrah mampu membuat Salwa penasaran siapa orang itu.
"Siapa orangnya?."
"Gue mau ngasih dare sama lo ungkapin perasaan lo sama Farhan lewat sms, karena Farhan orangnya." celetuk Azrah membuat Salwa gemas.
Baru saja Salwa ingin membalas perkataan Azrah, bel masuk sudah berbunyi, membuat Azrah tersenyum penuh kemenangan.
"Semangat yah, ungkapin perasaanya!" teriak Azrah saat Salwa berjalan keluar dari kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diam Aku Bertahan (END)
Novela JuvenilCerita ini sudah berakhir. Namun, masih dapat kamu nikmati. Pesanku : Jangan kecewa dengan apa yang ada di akhir. Yang harus kamu tau, bahwa tulisan ini tulus untukmu. (Tahap revisi) Dalam hidup, ada banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa...