Minhyuk sudah 2 hari tidak pulang kerumah. Hyura tetap melanjutkan aktivitasnya seperti biasa tanpa Minhyuk. Dia merasa tidak ada bedanya dengan atau tanpa Minhyuk dirumah itu.
Malam ini Hyura tidur sendirian lagi. Sebelum tidur Hyura membaca buku ditemani teh hangat disebelah kanannya.
Tininingningning*
Wonho's Calling.....
"Apakah kau tidak punya sopan dengan menelepon perempuan di jam 11 malam? bahkan wanita itu berstatus istri orang tuan Lee"
"Diamlah nyonya Lee dan cepatlah ke Rumah Sakit. Kondisi Felix memburuk, dokter Park dalam perjalanan kemari. Felix sedang ditangani dokter Jung di ICU"
Tanpa berfikir 2 kali Hyura mengambil kunci mobil tanpa mengganti piama birunya.
*Rumah Sakit*
"Bagaimana keadaan Felix?" Tanya Hyura kepada Wonho yang sedang berada di depan ICU.
"Anak laki-laki pemberani itu sudah sembuh" Jawab Wonho sambil tersenyum
"Syukurlah"
"Dia sedang disamping Tuhan sekarang" Lanjut Wonho.
"kau gila? apa maksudmu?"
"Tuhan menyayangi dia dan tidak ingin lama lama berpisah dengan Felix"
"Wonho, kau benar-bebar tidak waras! bicaralah dengan benar!"
"Dia dibawa tuhan Nyonya Lee Hyura"
Hyura membeku, tangisnya pecah.
"Pulanglah Hyura, besok kita harus memberi penghormatan terakhir pada anak nakal itu"
___________________________________
*Tininingningning
Dimobil Hyura hanya menatap nyalang jalanan. Sampai suara telfon mengagetkannya.
"Iya"
"Kau belum pulang kerja?"
"Aku dijalan
"baiklah"
pip,
Panggilanpun diputus sepihak oleh Minhyuk
Sampai dirumah Hyura langsung masuk ke kamar dan menemukan suaminya sedang fokus pada laptop.
Hyura duduk dipinggir kasur lalu menangis dalam diam. Minhyuk melihat punggung bergetar Hyura lalu mendekatinya.
"Kau menangis?" Tanya Minhyuk.
"Ah.. Aku.."
"Ceritakan semua jika membuatmu lebih baik"
"Min, aku punya seorang pasien anak kecil bernama Felix. Dia nakal, tidak mau diatur. Pada saat yang bersamaan dia dewasa sebelum umurnya. Dia manis sekali. Aku menyayanginya seperti anak yang lain"
Mata Hyura mengeluarkan air mata saat membayangkan Felix.
"Tapi pukul 11 tadi aku ditelfon Wonho. Dia mengatakan kondisi Felix memburuk aku lalu bergegas ke rumah sakit. hanya 15 menit perjalanan tapi anak itu tidak mau menungguku. Dia tidak sabar ingin pergi"
"Padahal baru kemarin aku memarahinya karena dia tidak mau meminum obatnya"
"Aku memberikan banyak harapan agar dia memiliki semangat untuk hidup. Aku mengatakan jika dia minum obat, makan yang banyak dan selalu bahagia dia akan tetap hidup"
Hyura menatap Minhyuk dengan matanya yang memerah dan penuh air mata.
"Apakah aku terlalu galak sehingga dia tidak mau menungguku dan pergi tanpa ijinku Min?"
Air mata Hyura jatuh lagi.
Tak tahan melihat seorang perempuan menangis, Minhyuk memeluk Hyura hangat. Menenangkan Hyura.
"Saat ayah pergi. Ibu berkata padaku faktor utama perpisahan adalah sebuah pertemuan, manusia tidak akan berpisah jika mereka tidak bertemu. Tugas kita adalah jangan menyesali ataupun menangisi perpisahan tersebut. Mungkin jalan terbaik adalah berpisah"
"Hyura apa kau tau? Anak itu sudah sehat sekarang, dia tidak perlu minum obat lagi"
Perkataan Minhyuk sedikit menenangkan Hyura.
Hyura melepas pelukan Minhyuk.
"Ah maaf aku merepotkanmu"
"Tidak masalah. Aku senang menjadi tempatmu berbagi cerita. Tidurlah, besok kau harus menghadiri pemakaman anak itu kan?"
Lalu Hyura menempatkan diri untuk tidur dan Minhyuk melanjutkan pekerjaannya.
"Kau tau Hyura, aku menemukan bukti lain bahwa perkataan ayahku soal kau adalah wanita hebat benar adanya"
Gumam Minhyuk sambil mengamati wajah tenang Hyura yang sedang tertidur.
___________________________________
ege maafkan acu... ini sangat tijel seperti kamu alwaysgreentea