십팔

1.5K 284 41
                                    

Rosé nyaris nabrak pas Seonho bilang Guanlin pingsan.

Nggak, bukan gara-gara dia megang smartphone-nya sambil nyetir. Telfonnya dia loud speaker kok, tapi tetep aja nyaris nabrak pembatas beton di belakangnya, which God knows what's gonna happen to her car kalau tadi sampai kejadian.

It's just, the moment Rosé denger hal tersebut.......semua skenario terburuk langsung berputar secara liar di dalam dirinya. Akal sehatnya tau kalau panik yang dia alami itu nggak masuk akal, tapi dia sama sekali nggak bisa mengabaikan perasaannya yang kacau, yang terus-menerus menakutinya dengan membuat berbagai spekulasi yang inti sebenernya cuma di situ-situ aja.




Gimana kalau sesuatu yang fatal terjadi ke cowok itu sekarang, dimana mereka lagi berantem? Dimana dia bahkan belum sempet minta maaf?

Ketika Rosé bahkan belum ngasih tau soal perasaannya sendiri?

Speaking about her feelings, Rosé—thanks to semaleman mikirin—tadinya yakin bahwa alasan kenapa dia peduli banget sama Guanlin adalah karena dia emang ngeliat cowok itu lebih dari sekedar anak kecil. Dia benci buat mengakui kalau Guanlin benar, but she really sees him as a romantic interest.

.......or that's what she thought, sampai akhirnya Rosé bela-belain ngebut ke arah gedung SMA cuma karena denger cowok itu pingsan, bela-belain untuk bolos kelas yang bikin dia akan kehilangan nilai partisipasi cuma untuk nemenin sampai Guanlin bangun, dan sekarang bela-belain untuk mengantar cowok itu pulang ketika Pak Hartono udah dikirim dari rumah untuk sekalian ngambil mobil Guanlin.




Kalau The Lis selalu ketat dalam mengajarkan anak-anaknya soal tanggung jawab, The Henneys bisa dibilang punya standar yang sama soal prioritas. Being a future lawyer/businessman that they are, baik Rosé mau pun Felix harus bisa menyeleksi dengan benar mana hal yang paling worth it, yang paling butuh mereka prioritaskan.

.......and she just prioritised Gabriel Guanlin Li dengan melakukan hal-hal yang sebenernya dia nggak perlu lakukan, bahkan sampai menomorduakan tanggung jawab utamanya, cuma karena Rosé segitu khawatirnya akan kondisi cowok itu.

Rosé bukan cewek naif, apalagi bodoh; buat tau kalau hal-hal yang dia lakukan tanpa mikir dua kali itu cuma punya satu alasan. Nggak, dia nggak cuma liat Guanlin sebagai romantic interest, karena semua petunjuk dan bukti yang ada saat ini semuanya cuma bisa dijawab dengan satu konklusi.

Bahwa dia, entah sejak kapan dan bagaimana, juga udah sayang sama that lil' wanker yang kerjanya bikin pusing dan punya kemampuan untuk memutar balik dunianya yang sempurna tersebut.




"Are you sure lo nggak mau dipanggilin dokter?" Tanya Rosé, menatap Guanlin yang terbaring di atas tempat tidurnya dengan khawatir.

He then rolled his eyes. "Nggak usah, orang cuma kurang tidur. Makan, minum obat, sama tidur doang juga sembuh."

"Well, that is true to most people," Rosé menghempaskan diri di sofa sisi kiri tempat tidur, "but Aunt Brianna kedengeran sepanik itu tadi pas gue nelfon. Lo sama Seonho jarang banget sakit ya emang?"

"You can say that," balas Guanlin tak acuh, lalu memiringkan badannya menghadap Rosé. "What else did she say?"

"Maaf karena dia sama Om nggak bisa pulang katanya, harus langsung terbang ke Guangzhou karena ada urusan kerja," balas Rosé. Cewek itu lalu mengedarkan pandangannya, karena sebenernya dia agak malu buat melanjutkan pesan dari ibu calon tunangannya tersebut.

Sick Joke | BlackPink's Rosé × Wanna One's Guanlin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang