이십오

2K 269 79
                                    

"You're Guanlin??? Yang dulu suka ikutin Rosé kemana-mana? Good lord, you're so big now!"

Cowok itu mengangguk dengan senyuman canggung di wajahnya, menyalami kedua orang lansia yang dia ketahui sebagai nenek dan kakek Rosé dari sisi Daniel.

Although, if he's being really honest, kalau pun mereka dituker sama pasangan lain yang istrinya orang Asia dan suaminya Australian kulit putih juga Guanlin kayaknya nggak akan sadar. Pas masih tinggal di sini aja dia ketemu mereka itu jarang banget, apalagi habis pindah? Ini yang pertama kayaknya.

"Turns out the kid doesn't look too much like one, eh?" Kakek Rosé tertawa kencang, menepuk—ralat, menabok bahu calon tunangan cucunya tersebut dengan senyuman lebar di wajahnya.

Gila, udah tua juga tenaganya masih kuat banget, Guanlin berasa engsel bahunya mau lepas.




Ekspresi cowok itu yang menahan sakit terlihat lucu banget buat Rosé, membuatnya nggak bisa menahan tawa meski dia dan Guanlin masih belum ngomong sejak kejadian kemarin.

"Emangnya Nana sama Papa pikir Gabriel kayak apa sekarang?" Tanyanya.

"Nggak ada bayangan persis sih, we just don't expect someone who looks so mature." Nenek Rosé memperhatikan Guanlin dari atas sampai bawah, senyuman ramah di wajahnya.

"You're younger than Felix, aren't you?"

Guanlin mengangguk. "Yes, Ma'am."

"Stop being so stiff, brat." Kakek Rosé menabok bahu Guanlin lagi. "Kan sudah dibilang panggilnya Nana sama Papa aja kayak Rosé. How many times do we have to tell you?"

"Sorry, Sir—Papa," jawab Guanlin, sedikit meringis karena lagi-lagi bahunya terkana tekanan tinggi.




"Stop hitting the poor fella, Robert." Sekarang gantian nenek Rosé yang memukul suaminya tersebut. "Can't you see he's hurting? Dia mungkin memang nggak keliatan kayak remaja, but he is one."

"Ah; yes, yes." Kakek Rosé mengangguk-angguk. "Now that you mention it, kamu itu kurus sekali ya? Dulu waktu saya seumuran kamu, saya udah bisa menangkap beruang sendiri. Sementara kamu keliatannya nangkap kucing aja nggak bisa."

Rosé ketawa sampai perutnya sakit.

***

"Shit."

Guanlin memejamkan mata, lalu menyenderkan kepalanya ke dinding. Perutnya terasa begah banget, thanks to papa yang nggak berhenti menyuruhnya makan tanpa mengindahkan penolakan cowok itu. 

Heran, bukannya yang begitu biasanya nenek-nenek ya? Ini malah nana yang ngomelin suaminya buat berhenti, sementara Guanlin cuma bisa diem doang karena bingung tadi.




Iya bingung, bukan kesel. Ya ada sih keselnya dikit pasti, tapi bingungnya Guanlin itu jauh lebih besar karena dia sama sekali nggak inget bahwa kakeknya Rosé tersebut ternyata orangnya sepemaksa itu. He's always been intense and energetic, tapi ya udah cowok itu kira gitu aja.

.......then again, kalau dipikir-pikir lagi sih, dulu Rosé selalu jadi pihak penengah kalau-kalau kakeknya tersebut udah mau ngajak Guanlin ikut aktivitas outdoor kayak berburu dan semacamnya.

Sick Joke | BlackPink's Rosé × Wanna One's Guanlin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang