Don't. Worry.
Demi apa pun, kenapa juga mulutnya harus ngomong gitu sih? Emang dia takut Rosé bakal khawatir soal apaan?? Cewek itu emang tanya soal Bomin, tapi kan itu nggak berarti kalau dia khawatir juga???
"Aish!" Guanlin memukul setir mobilnya, lalu menginjak gas lebih dalam untuk membuat kecepatan Audi R8 hitam itu bertambah.
Like, alright, suasana di antara mereka emang lumayan bagus di penghujung pesta kemarin, tapi nggak ada jaminan apa pun bahwa Rosé nggak akan menggunakan dia yang salah ngomong itu to her advantage. Buat bahan godain dia lah, paling nggak.
Nggak, nggak bisa. Melakukan hal tersebut berarti sama aja dengan meng-expose dirinya sendiri buat terluka, ketika Guanlin aja sama sekali nggak tau perasaan Rosé ke dia gimana. Guanlin udah pernah terluka karena hal itu, dan dia nggak sudi jadi keledai yang jatuh ke lubang yang sama.
Masih sibuk dalam pikirannya, tanpa sadar cowok itu pun ternyata udah sampai di gerbang sekolah. Guanlin langsung mengambil tempat parkir yang udah dikenal umum sebagai spot-nya, sehingga nggak pernah ada mobil lain yang berani buat parkir di sini.
Nggak, murid-murid lain nggak ada yang berani parkir di sini bukan karena Guanlin ancam atau apa. Sure, dia emang termasuk ke anak paling populer di sekolah thanks to being a part of school's basketball team, tapi Guanlin dan anak basket lainnya bukan tipe yang kemana-mana bareng dan bertingkah kayak geng penguasa kayak di manga Jepang. Intinya sih Guanlin nggak melakukan hal spesial untuk dapat this parking spot, and yet people give it to him anyway.
Truth be told, alasan utama kenapa cowok itu payah banget dalam mengungkapkan apa yang dia mau adalah karena kebanyakan orang emang cenderung bakal ngasih hal tersebut tanpa Guanlin perlu minta. Ya pasti ada pengecualian sih, tapi orang yang bisa kayak gitu nggak banyak.
Roseanne Alveenia Henney, salah satu contohnya.
"Man, I swear your car is getting shinier and shinier day-by-day," celetuk suara yang familiar saat Guanlin turun dari mobil, membuat dia menoleh ke arah seseorang yang cengar-cengir sambil duduk di atas kap Chevrolet Corvette berwarna biru gelap metalik.
Guanlin mendengus. "Yours would be too kalo lo bolehin orang lain ngelap, Ric."
"Ogah lah, nanti kalo baret gimana??" Jawab cowok yang bernama Eric tersebut, loncat dari mobilnya dan berjalan di sebelah Guanlin. "Gue jadi lo nggak bakal bolehin orang lain bersihin sih. R8 men, R8!"
Guanlin rolled his eyes. "Stop making it such a big deal."
"Fuck you, brat," jawab Eric sambil menunjukkan jari tengah, lalu tiba-tiba merangkul bahu adik kelasnya yang lumayan jauh lebih tinggi dari dia itu.
"Gimana nih calon kapten? Udah persiapan belum buat the tradition at our next game?"
"Calon kapten apaan sih," Guanlin melepaskan rangkulan Eric. "Jeno didn't say anything yet about it, lo jangan sotoy."
"Ck, ya elah," Eric mengibaskan tangannya. "Siapa lagi sih emang anak cowok kelas 11 yang pantes jadi kapten selain lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sick Joke | BlackPink's Rosé × Wanna One's Guanlin ✅
أدب الهواةNot really your typical arranged married story. If you can't comprehend the pairing, the style of writing, the word choices, etc.; then don't read this. It's not like I will be losing money so it's all good, really. P.S: Will be written in mostly Ba...