2.1K 344 12
                                    

"For the love of God and all that is holly, please jangan bilang gue yang beneran harus bayar." Felix mencengkram tangan Rosé yang lagi menyuapkan Seared Foie Gras-nya ke mulut, sambil matanya mengisyaratkan ke arah cowok paling muda di depannya.

Daniel Henney bisa dibilang emang memanjakan kedua anaknya dengan harta yang berlimpah ruah, tapi pria itu sebenernya cukup tegas dalam soal pengeluaran baik Felix maupun Rosé per bulan. Tegas dalam artian bahwa uang bulanan kedua anaknya emang banyak—kira-kira setara sama gaji average manager di Jakarta, dengan Rosé sedikit lebih tinggi dari Felix—tapi ya udah, mereka nggak boleh minta lagi, kecuali untuk keperluan-keperluan khusus di luar yang udah disepakati bersama.




"Ck, no, gue yang bayar," jawab Rosé sambil melepaskan cengkraman adiknya. "Lagian juga pasti diganti kok sama daddy, gue udah bilang tadi. Ini kan jatuhnya urusan keluarga," lanjutnya sambil mengisyatkan ke Guanlin. 

Rosé sebenernya rada ogah buat bahkan mengakui cowok itu bakalan jadi keluarganya nanti, tapi sisi loginya sebagai mahasiswi Hukum tau kalau hal itu adalah argumen yang ayahnya nggak akan bisa patahkan; which emang bener.

"Fiuh, thank God." Felix menghembuskan napas lega, lalu tertawa pelan pas ngeliat Seonho yang fokus memotong steak jenis Strip Loin miliknya. It's kind of funny honestly buat ngeliat cowok yang lebih muda itu fokus banget makan, now that dia nggak harus mikirin bayarnya gimana.

In his defense though, kayaknya cuma ada segelintir remaja seusia dia yang nggak khawatir buat harus bayar makan empat orang yang totalnya kurang lebih 10 juta. Like, strip loin yang Seonho makan sekarang aja harga 1,6, belum makanan-makanan dia yang lain tadi. Belum pesenan Rosé, Guanlin, dan dirinya sendiri.




Guanlin yang kurang lebih bisa menebak apa yang diperdebatkan Rosé dan Felix lalu mendengus pelan, tangannya meraih gelas minuman sambil matanya memperhatikan suasana restoran yang dipilih Rosé.

Guanlin tadi sempet kesel pas Rosé yang udah nggak ada angin nggak ada hujan dateng ke latihan basketnya, dan keselnya bertambah pas dia langsung menyeret cowok itu dan Seonho ke mobilnya sehabis mereka mandi dan ganti baju. However, mau nggak mau dia harus mengakui kalau keputusan cewek itu buat membawa mereka ke Akira Back adalah keputusan yang tepat.

Restoran yang berlokasi di Setiabudi ini emang masuk ke kategori fine dining dari segi harga dan kualitas, tapi suasananya juga santai, jadi mereka nggak out of place meskipun cuma pake baju kasual yang mayoritas kaus sama jeans. Belum lagi makanannya yang nyediain Japanese cuisine dengan unsur Korea juga emang sesuai sama cita rasa mereka berempat.

............but still, Guanlin nggak sebodoh itu buat nggak tau kalau Rosé pasti punya hidden motives buat bawa mereka semua ke sini.




"So? What is it?" Tanya cowok itu, bikin tiga pasang mata lain langsung menoleh ke arahnya.

Rosé lalu menaruh garpu dan pisaunya di sisi piring, dan menatap ke arah Guanlin dengan senyuman menantang. "What is it, what?" 

Guanlin rolled his eyes. "Don't play dumb, Rosé. Gue tau lo tau maksud gue apa."

"God, can you believe betapa juteknya nih orang satu?? And our parents actually percaya kalau kita bakalan nikah nanti????" Rosé setengah curhat setengah pidato ke Seonho dan Felix, sebelum akhirnya dia menaruh belakang telapak tangannya di dahi dengan dramatis.

Sick Joke | BlackPink's Rosé × Wanna One's Guanlin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang