Bunyi khas raket yang memukul bola terdengar ke seluruh lapangan tenis indoor privat tersebut, dengan seorang bapak dan anak perempuannya sama-sama fokus nggak membiarkan pihak lain untuk ngambil poin lebih jauh.
PAK!
"Alright! That's 30 for Rosé and still 15 for ya', Pops." Felix menunjuk ke arah Daniel dengan ekspresi mengejek, karena tinggal satu poin lagi dan Rosé akan menang game kali ini. Misalkan beneran kayak gitu, berarti kakak perempuannya tersebut cuma perlu menang satu permainan lagi untuk memenangkan set pertama.
Daniel mendengus geli. "Wipe that grin off your face, Felix," lalu menoleh ke Rosé yang lagi meneguk air dari botolnya.
"You're on fire today, sweetheart. What's the occasion?"
"Who's the occasion would be more appropriate," celetuk Felix, nyengir.
"Shut up, Syphi—" Rosé hampir aja memanggil Felix dengan julukan laknat itu, yang mana dia hentikan pas ngeliat sorot mata memperingatkan dari Daniel. Dia ngomong juga paling cuma diperingatin sih sebenernya, tapi rasanya nggak enak aja untuk Rosé kayak gitu di depan ayahnya yang mereka udah nggak ketemu berminggu-minggu itu.
See, unlike someone, Rosé tau gimana menjaga sikap dan sopan santun di depan orang yang berarti untuknya.
"Oh, siapa?" Tanya Daniel dengan ekspresi bingung, pasalnya Rosé bukan tipe anak yang suka berlarut-larut kalau ada masalah sama orang. Dari kecil Daniel dan Yoana selalu mengajarkan Rosé dan Felix untuk berkomunikasi langsung secepatnya ketika ada masalah, biar semuanya cepet selesai dan nggak jadi beban pikiran.
"Seseorang yang aku nggak akan perlu berurusan kalau nggak karena Dad and Aunt Brianna," jawab Rosé ketus, memantulkan bola tenis di tangannya.
"Gabriel?" Daniel mengangkat sebelah alisnya. "Tapi bukannya kalian baru aja memutuskan untuk pacaran secara resmi, getting to know each other? Kok udah berantem aja?"
"Ya habis dia—" omongan Rosé terputus seraya dia sadar akan sesuatu.
"How do you know, Dad?" Tanyanya dengan bingung sekaligus skeptis, ekspresi yang nggak ada sedetik langsung berubah ke nggak percaya seraya dia menangkap sorot mata Daniel yang langsung melirik ke arah kiri atas.
".......pasti ini gara-gara lo, Syphilis?!"
"G-gue nggak sengaja, I swear to God!" Seru Felix dengan panik, mengangkat kakinya yang menggantung di kursi pengamat skor yang tinggi tersebut begitu melihat Rosé berjalan ke arahnya.
"Nggak sengaja gimana, persisnya?" Tanya Rosé tajam sambil mendongak. "Tolong coba disebutkan kata-kata, waktu, lokasi, dan situasi pas lo nggak sengaja itu sejelas-jelas dan sebenar-benarnya."
"Calm down, sweetheart. Kita nggak lagi berada di pengadilan sekarang."
"But he's not supposed to do that, he promised!" Rosé berjalan ke arah Daniel sambil tangannya menunjuk ke arah Felix, yang diam-diam turun dari kursi untuk menyelamatkan nyawanya.
"Adikmu cuma mau yang terbaik untuk kamu, Roseanne. Just like me and your Mom." Daniel tersenyum kecil, lalu menepuk kepala anak perempuannya itu dengan penuh sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sick Joke | BlackPink's Rosé × Wanna One's Guanlin ✅
FanficNot really your typical arranged married story. If you can't comprehend the pairing, the style of writing, the word choices, etc.; then don't read this. It's not like I will be losing money so it's all good, really. P.S: Will be written in mostly Ba...