Semenjak kakaknya banyak dapat job photo sekaligus nari di Jakarta dan Bandung, Daniel (kadang Minhyun) merasakan dampak jadi pria panggilannya Seulgi. Mulai dari jemput di bandara, stasiun, anter ke studio, jemput lagi, anter ke tempat shooting. No doubt, walau sebenernya Seulgi ga memohon. Cuman Daniel ga sampe hati liat kakaknya naik taksi online, apalagi dia kadang pulang tengah malam.
"lah cece bilang gausah loh padahal nyel, cece bisa numpangin temen ke apartemen" ujar Seulgi saat keluar studio liat mobil Minhyun plus Daniel depan pintu.
"gamau kena omel papa sih aku Ce" dalih Daniel.
"ini kan masih jam 7, kalo gini terus ntar kita berdua sama - sama ga punya pacar" keluh Seulgi mengomel. Diakui salah satu penghambat percintaannya adalah Daniel dan Minhyun. Beberapa cowok menghindar padahal Seulgi belom bilang 2 cowok itu adik kandung dan sepupunya.
Pintu kaca studio itu berderik menimbulkan bunyi aneh karena bergesekan dengan lantai.
"Oh lo di jemput seul" ujar salah satu pria yang muncul disitu.
"oh Jimin, ini adik gua. Kang Daniel. Nyel ini Park Jimin photographer yang suka motoin cece"
Daniel mengangguk - angguk. Keduanya mengulurkan tangan dan berjabat kaku.
"Eh seul, niel nongkrong kafe depan dulu mau ga?" ajak Jimin. Jam baru menunjukkan pukul 19.30.
Daniel menghela nafas. Bukan tanpa alasan, dia kerap menjemput kakaknya karena studio photo itu tepat di sebrang kafe tempat Sejeong kerja sambilan. Setidaknya dia selalu menjadikan kakaknya alasan saat tiba - tiba datang kesitu.
Seulgi menyikut Daniel. Daniel refleks mendekatkan kepalanya ke Seulgi yang akan berbisik.
"Lo bisa enyah ga? Gua sama Jimin tuh..." bisik Seulgi super pelan. Tapi Daniel mengerti.
"Sejeong kerja disitu. Sekalian gua juga mau ngobrol" jawab Daniel mengangkat jempolnya. Ketiganya pun langsung menyebrang jalan.
Jimin memilih smoking area di belakang kafe. Daniel sigap bersedia memesan ke kasir tak lupa mencolek bahu kakaknya.
Jantung Sejeong sempat terhenti saat tadi melihat Daniel dan Kakaknya masuk dan melewatinya saat dia membersihkan gelas di meja.
"Jeong.." panggil Daniel. Sejeong menoleh kaget, hampir saja nampan yang ia bawa terjatuh kalo saja Daniel tidak reflek.
"oo.. Niel.. Jemput cici ya?" ujar Sejeong basa basi, suaranya agak bergetar.
"bantuin gua mau ga? Cece gua lagi pedekate, gua gamau ganggu tapi tar keliatan banget kalo gua ngehindarin mereka" papar Daniel singkat.
Sejeong manggut - manggut paham.
"gua kebelakang dulu ya.. Sebenernya gua udh pulang sih" ujar Sejeong setuju.
Daniel mengantarkan pesanan Jimin dan Seulgi ke meja.
"kak, gua di dalem ya ngobrol ama temen" izin Daniel.
Daniel langsung duduk di kursi pojokan yang jauh dari penglihatan Jimin. Sejeong menyodorkan minuman.
"gua ga pesen" ujar Daniel.
"itu jatah gua hari ini. Gua udah bosen udh pernah coba semua" ujar Sejeong. Mereka lebih santai di banding sebelumnya.
"apaan nih?"
"latte"
"kalo traktir yoo menu yang paling mahal dong jeong" canda Daniel sambil terkekeh khas.
"lo kan sukanya latte" jawab Sejeong mengendalikan mimik mukanya.
"Oh lo inget ternyata"
Hening. Daniel hanya menatap lekat manik mata Sejeong. Entah apa yang terjadi, Sejeong tidak sedikit pun menghindar dan mata mereka bertemu dalam diam.
"kenapa?" Sejeong bertanya setelah beberapa menit mereka hanya saling menatap.
"kenapa apanya?" tanya Daniel belom melepaskan pandanganya.
"bukannya kemaren ada kesempatan besar sama Sana"
Daniel mengangkat ujung bibir kirinya.
"manis sesaat emang bisa bikin kita lupa sama rasa yang kita suka kan?" jawab Daniel penuh kiasan.
"maksudnya?"
"iya kemaren aku terbuai sama Sana umpamanya dia makanan manis, tapi setelah itu aku semakin craving sama taste yang aku suka, bukannya manusia kayak gitu"
Sejeong diam. Dia sebenarnya memahami. Hatinya juga tidak memungkiri, Daniel juga seumpama makanan kesukaannya. Yang walaupun dia mencoba berbagai makanan baru, dia semakin craving dengan taste kesukaannya.
"Jeong. Gua ga bisa. Even after many sweet things around me, I'm always to my favorite taste. Aku maunya kamu, bukan Sana"
Deg. Jantung Sejeong mungkin berhenti sepersekian detik.
"Sejeong... Mungkin ini terlambat, mau restart dari awal lagi ga?"
"Niel tapi..."
"I would do my best. Take and give. Gua bakal ngertiin lo tanpa mengesampingkan diri sendiri"
"Kita itu terlalu jauh bedanya"
Daniel mengeser posisi duduknya dan condong lebih dekat ke Sejeong.
"Kita bisa sama - sama geser ke tengah bukan? Dan jarak itu akan mempersempit jarak yang ada"
Sejeong memberanikan diri menatap bola mata Daniel. Dia tau lelaki itu sincere. Terjadi gemuruh dalam benaknya. Yes or not.
"Jeong balikan lagi mau ga?"
Pergolakan batin Sejeong berakhir saat dia tanpa sadar mengangguk. Daniel mengangga tak percaya.
"bahkan kosmetik pun ada sample dan bikin coffee dan pastry ada trial & error" jawab Sejeong pelan. Sorot matanya meredup, ya dia akui sulit untuk berkata tidak untuk kedua kalinya jika hatinya menginginkannya.
Mereka menikmati kecanggungan sore itu sampe Daniel berdiri.
"Yuk gua anter pulang, yang" ujarnya.
"please Dan, I hate that thing" keluh Sejeong yang emang anti banget di panggil sayang.
Keduanya tertawa, melepas semua keraguan yang sebelumnya ada.
"Niel, aku pulang sendiri aja"
"masa pulang sendiri"
Sejeong menunjuk ke arah luar. Daniel menepuk dahinya.
"Ah! Aku tadi sama cece ya. Bareng aja sih"
"gua udh punya jemputan tuh" Sejeong menunjuk Donghan yang sedang asik menyisir rambutnya sambil melihat kaca spion.
"Teh Sejeonggggg gancang, adikmu banyak schedule" teriak Donghan pas Sejeong keluar kafe.
"loba gaya!"
"ih ada A Daniel, ada apa ini teh"
"jangan sotoy dan mari kita pulang"
"dah kasih tau kalo udah sampe. Bocah, tiati ya bawa tetehnya. Berharga nih" ujar Daniel terkekeh.
"dasar alay kalian teh" keluh Donghan
Mereka hanya tersenyum lega.
*hi guys! Sorry kemaren aku sempat menghilang beberapa minggu karena kesibukan stadium 4 dan masuk middle shift mulu😢
Apakah kalian masih bersedia menanti cast - cast yang masih belom keceritain kan? Coba leave comment kalian mau siapa beside Hana sama Minhyun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost Tante BoA vol. 2
Short StoryMasih nyeritain seputaran dunia Hana plus pria - pria penghuni kost dirumahnya, sepupunya yang isinya nyaris cowok semua dan juga teman - teman kampus tercinta, ITB?