Kubuka perlahan mataku, lalu kumendapati langit-langit yang cukup asing. Bau obat menyengat tercium. Aku dimana?
"Sungyoung?"
Sayup-sayup kudengar ada seseorang yang memanggilku, aku tertoleh ke samping. Mendapati dia yang kucari sedari tadi ada disampingku.
"Mingyu..." panggilku sangat pelan.
"Maaf!" ucapnya seraya menunduk. Dia memegang erat tanganku dan terus berkata 'maaf'
"Mingyu.." kesadaranku sudah hampir sepenuhnya. Aku terduduk diranjang rumah sakit, berusaha membuatnya menatapku.
"Maafin aku, Uyong. Harusnya aku pulang bareng kamu tadi."
Sangat jelas terlihat ada sorot penyesalan dari mata indahnya. Ya, dia terlihat sangat menyesal meninggalkanku tadi.
Ku tatap lengan atasku yang menjadi korban kebrutalan geng motor tadi. Sudah di perban dan masih terasa sedikit sakit.
"Kamu kemana tadi?"
Dia diam. Sepertinya dia bingung mau menjawab apa. Aku tahu siang tadi dia pasti sudah bersiap untuk penyerangan itu. Dia membohongiku hanya agar aku tak merengek padanya lagi.
"Mingyu, jujur sama aku. Kamu kemana?"
"Ada."
"Di?"
Ia menghela nafas sebentar sebelum akhirnya menjawab. "Markas."
"Ngapain? Kamu mau tawuran?"
"Ga, ga gitu."
"Terus gimana?"
"Kamu ga ngerti masalahnya, Uyong."
"Apapun Mingyu... Apapun itu, aku ga mau kamu terlibat kekerasan." ucapku. "Menang atau kalah, kamu akan rugi nantinya. Itu ga akan bisa selesain masalah. Malah bikin masalah berkepanjangan."
"Aku hanya membela teman-temanku. Aku bukan sok jagoan." katanya tegas namun suaranya masih melembut. Dia tak pernah bicara kasar padaku, selalu dengan nada lembut yang menangkan.
Matanya beralih pada lukaku, dia meringis pedih. "Maaf karena itu, aku nyaris lupa bahwa kamu pun harus aku lindungi."
Aku ga bisa melontarkan kata-kata lagi, aku bingung.
Tangannya semakin erat memegangku.
"Siapapun, Uyong. Siapapun yang berani lukain kamu, harus sangat menyesal atas kebodohannya."
****
Lukaku tidak serius, jadi sudah bisa pulang. Tadi teman-teman yang mengantarku ke rumah sakit, lalu Hyeri memberitahu Mingyu. Ketika Mingyu sampai di rumah sakit, dia menyuruh yang lain pulang. Dan akhirnya dia sendiri yang mengantarku pulang ke rumah dengan taxi.
"Assalamualaikum, bun." ucapku ketika memasuki rumah.
Kebetulan bunda sedang ada di ruang tamu sembari membaca majalak masakan. Dia sangat terkejut melihatku datang dengan lengan atas yang diperban. Sampai-sampai dia lupa membalas pesanku.
"Ya ampun sayang kamu kenapa??" tanyanya panik.
Kulirik Mingyu yang nampak sangat kacau. Dia ingin buka mulut namun buru-buru kusela.
"Tadi ada kecelakaan kecil, bun." jawabku.
"Kecelakaan apa? Gimana? Coba ceritain!"