Ga peduli lagi dengan rasa pusing, rasa lemas. Aku bahkan lupa aku sakit sekarang ini. Ada yang terasa lebih sakit dalam hati ini.
Aku berlari seperti kesetanan, mencari sosok pria yang sudah berhasil aku hancurkan hidupnya.
Ketika sampai di ruang guru, aku bisa liat ada mamanya Mingyu disana tapi ga ada Mingyu. Sekarang ini yang aku butuhkan adalah bicara empat mata dengan Mingyu.
Beberapa siswa terlihat sedang mengintip juga ke ruang guru. Berita Mingyu akan dikeluarkan dari sekolah langsung menyebar bagai virus.
Aku kembali bergegas mencarinya, sampai akhirnya aku memutuskan untuk ke basecamp tempat biasa Mingyu kumpul-kumpul. Disana cuman ada gengnya, tanpa Chanyeol dan Mingyu.
"Rowoon!" panggilku. Aku hanya berani memanggil Rowoon karena hanya dia yang pernah bicara empat mata denganku.
Mereka menoleh. Rowoon diam saja, tidak menjawab panggilanku. Lalu dia menunduk.
"Puas lo?" sinis seseorang yang kulihat name tagnya dengan nama Jongin.
Jongin sama Sehun natap aku tajam sekali. Seolah-olah semua ini salahku. Tapi ya mungkin benar.
Aku hanya bisa diam. Disini hanya ada mereka dan aku.
"Mingyu berubah brutal dalam semalam terus ribut sama sahabat-sahabatnya hanya karena hal sepele. Semua gara-gara lo, cewek sialan!" bentaknya.
Ga ada yang bisa aku lakuin selain nangis tanpa suara. Ayo, maki! Kikis rasa bersalahku padanya.
Sehun ikut ngedesis sinis. "Hanya gara-gara perbuatan hina ni cewek, kita semua nanggung akibatnya. Dan parahnya, Mingyu akhirnya di DO!"
Tubuhku terhuyung ke belakang ketika Jongin dengan kasarnya mendorong bahuku. Aku tak berani mendongkak hanya untuk sekedar melihat matanya.
"Mau apalagi lo sekarang, hah?" bisiknya.
"A-aku .. Aku mau minta maaf!"
Plak!
Sedetik kemudian kepalaku berpaling ke samping. Tamparan yang amat keras itu terasa sangat perih dipipiku.
"Jongin, udah!! Lo ga boleh main tangan sama cewek!" cegah Rowoon.
Sehun cuman bisa diam. Dia memang geram juga, mungkin dia ingin memukulku juga tapi dia tahan. Jongin yang kesabarannya sudah mulai habis.
"Diem Rowoon! Gue benci cewek ini! Gara-gara dia Mingyu lupa sama kita, gara-gara dia kita harus berantem lawan sekolah lain untuk belain dia, gara-gara dia Mingyu kacau sampe lepas kontrol gini, gara-gara dia juga Mingyu tempramen ke temen-temennya sampe Chanyeol juga dia gamparin. Semua gara-gawa cewek ga tau diri yang berani ciuman sama cowok lain disaat dia udah jadi pacarnya Mingyu!" Cecar Jongin dengan amarahanya yang menggebu-gebu.
Plak!!
Pipi satunya pun menjadi korban kemarahan Jongin. Aku terima, aku terima ini dengan ikhlas. Ini belum apa-apa dibanding sakitnya Mingyu.
"JONGIN STOP!!" Rowoon dorong Jongin walaupun Jongin masih melotot marah ke arahku.
"CEWEK JALANG GA PUNYA OTAK! HARUSNYA LO GA PERNAH HADIR DIHIDUPNYA MINGYU! PERUSAK! BRENGSEEEK!"
Brug!
Mereka bertiga langsung diam ketika aku berlutut. Aku masih menangis dengan tatapan kosong. Semua sakit aku rasakan sekarang. Rasanya aku sungguh ingin mati.
"Maaf!" lirihku pelan.
Aku sungguh tak tahu lagi harus bagaimana sekarang. Rasanya semua sudah sangat kacau balau dan aku tidak bisa menata ulang sebesar apapun aku mencoba.
Han Sungyoung selamat! Kamu sudah berhasil menjadi perempuan paling tidak berotak dibumi ini!
"Aku mohon maafin aku!" lirihku lagi. "Jongin benar, aku memang sangat brengsek. Tolong bantu aku menemukan cara membayar semuanya?"
Jongin ngebuang mukanya, begitu pula Sehun. Muka mereka keliatan banget udah sangat malas hadapin aku. Kalo Rowoon kayanya ga bisa apa-apa selain diam. Dia juga kecewa, hanya saja dia tak mau menyakitiku dengan tindakannya.
Aku mengamit tangan Rowoon, dia berjongkok dihadapanku sekarang.
"Rowoon, mungkin hanya kamu yang bisa dengar aku sekarang. Tolong sekali saja, dengarkan ini! Bantu aku sekali lagi!" pintaku dengan air mata menyakitkan ini.
"Aku sangat hancur sekarang, Rowoon. Kamu boleh bilang aku ga tau diri karena Mingyu lebih hancur dariku sekarang. Tapi sekarang aku benar-benar tak punya tenaga lagi untuk cari Mingyu dan minta maaf padanya."
"Tolong sampein sama dia, Rowoon. Aku sayang sama dia, aku cinta sama dia. Posisinya dihatiku udah hampir sejajar sama ayah. Aku bukan lagi pengen dia, tapi aku butuh dia."
"Aku punya pacar sebelum Mingyu. Dia sangat kasar padaku dan membuatku tertekan. Bertemu Mingyu adalah sebuah hadiah terindah. Aku nyaman sama Mingyu, Rowoon! Dia yang membuat aku melupakan rasa sakitku dengannya, dia membuat aku kembali merasakan indahnya dunia ini."
"Salahku, Rowoon! Aku tidak jujur padanya jika masih ada hubungan dengan dia. Aku tidak mau Mingyu pergi, aku ingin pertahankan Mingyu apapun caranya. Iya Rowoon aku tau jika aku sangat egois!"
"Kebodohanku berdampak hari ini. Semua hancur dan kacau! Rasanya aku benar-benar tak berguna karena tidak bisa memperbaiki apa yang aku rusak sekarang."
"Aku ga tau apa yang musti aku lakuin sekarang ini. Tapi setelah dipikir mungkin benar jika aku harusnya tidak ada dalam hidupnya."
Aku menarik nafas panjang. "Aku akan berhenti juga dari sekolah, Rowoon. Hidup Mingyu hancur karenaku, maka aku akan menghancurkan hidupku sendiri. Mungkin itu cukup untuk menebus kebodohanku!"
"Sungyoung, jangan!"
"Tolong sampein semua ini sama Mingyu! Aku akan pantau berita tentangnya. Sebelum Mingyu baik-baik aja, aku akan terus hancurin diriku sendiri. Jangan pikirin aku, Rowoon! Tolong jangan peduliin aku! Tolong bantu Mingyu bangkit lagi! Aku udah ga bisa lagi. Aku pecundang!"
Dengan sisa tenaga yang kupunya, aku berdiri. Aku membungkuk 90 derajat pada Jongin dan Sehun.
"Maaf!"
Setelah itu aku pergi. Hari sangat buruk benar-benar terjadi sekarang.
"Sungyoung!"
Didepanku ternyata ada Seokjin, manusia yang sangat aku benci.
"Kamu kenapa nangis?"
"Aku mau kita putus, Seokjin!"
Tatapannya berubah menajam, aku sudah tau tabiatnya.
"Apa?"
"Aku mau putus dari kamu!"
Lalu ia tertawa sinis. "Kamu fikir kamu siapa, hah?"
Tidak kujawab, aku memilih pergi darinya namun..
Plak!
Aku ditampar. Olehnya.
"SIALAN! ANJING! SOK CANTIK LO HAH!!"
"PERGI DARI HIDUPKU, SEOKJIN! AKU BENCI KAMU. AKU GA BAHAGIA SAMA KAMU DARI DULU. AKU MAU KAMU PERGI DARI HIDUPKU!"
Seokjin semakin marah. Dia menjambak rambutku sampai aku mendongkak.
"Lo harus bayar semua ini!"