Masih sangat terasa sejuknya sisa hujan pagi ini. Bau tanah basah yang menenangkan, terasa sangat damai. Ada lapisan tipis kabut yang tersisa, menambah dinginnya udara pagi disini.
Dengan merapatkan jaket merahku, aku berjalan santai menuju sekolah. Jarak dari gerbang ke kelasku lumayan jauh. Halaman sekolah pun cukup luas, tak heran banyak siswa yang lebih memilih membawa kendaraan agar tak perlu lelah berjalan.
Deru suara motor menyapa telingaku pagi ini. Entah dari mana bisanya, ku yakin itu dia.
"Selamat pagi!" seperti kemarin, ia memelankan laju motornya disampingku.
"Pagi."
"Mimpiin aku ga semalam?"
"Engga."
"Yah!!!" desisnya kecewa.
"Kenapa?"
"Berarti mimpiku bertepuk sebelah tangan."
"Maksudnya?" tanyaku yang masih belum paham.
"Aku mimpiin kamu semalam. Aku pikir kamu juga."
Aku cuman senyum tipis sambil terus berjalan.
"Mau ikut?"
"Ga perlu." tolakku. "Kamu duluan aja."
"Ya memang harusnya aku didepan. Kan bakal jadi imammu nanti."
Astaga!
"Ya udah. Aku duluan, ya! Nanti kita bertemu di kelasmu."
Di kelasku? Mau apa lagi dia?
Sebelum pergi, seperti biasanya dia menyunggingkan senyuman.
****
Ketika sedang fokus memperhatikan bu Eunji, aku terganggu oleh suara bentakkan diluar sana. Hingga akhirnya aku menoleh ke luar jendela.
Dia lagi.
Sedang di marahi pak Seungcheol, guru BK.
Dia ga sendiri disana, sama 4 temannya. Entah lagi dimarahi kaya gimana, yang jelas hampir aja dia ditampar sama pak Seungcheol.
"Ga usah heran. Mereka emang selalu bikin masalah disini." kata Hyeri.
"Mereka siapa sih?"
"Yang paling kanan itu namanya Jongin, anak sosial 1. Sebelahnya Sehun, sekelas sama Jongin. Dan yang tengah itu Chanyeol, dia anak sains 3. Sampingnya Rowoon, anak sains 2."
"Yang paling kiri sih?"
"Dia Kim Mingyu, sekelas sama Rowoon. Ketua gangster yang paling ditakuti di Seoul."
"Serius?"
"Iya. Ga ada yang berani cari gara-gara sama dia."
"Ko masih dipertahanin di sekolah ini?"
"Dia pintar, selalu dapat juara dibidang apapun. Sekolah akan mikir ribuan kali buat keluarin dia dari sini. Lagipula, dia ga akan berulah kecuali ada yang nyenggol dia."
Aku cuman diam habis itu. Ternyata namanya Mingyu. Ga pernah sampai kepikiran kalau dia itu pintar dan berprestasi. Ya semua pun akan menilai kalau dia itu hanya berandalan ga berguna.
"Kedip, Sungyoung!" kaget Hyeri. Dia tertawa. "Nanti kamu suka sama Mingyu kalo liatin dia segitunya."
Apa? Suka?
Ya ampun yang benar aja!
****
Takoyaki isi gurita sama crabstick ini jadi temanku makan. Kali ini, aku hanya ditemani Hyeri dan Minyoung. Ditambah si seksi keamanan, Minhyun.
"Sungyoung, mau tambah saos tomat ga?" tawar Minhyun yang kebetulan sedang memegang botol saos.
"Engga. Udah cukup."
Minhyun senyum lalu naruh botol itu didekat mangkuk mienya. Dia tampan, lebih tampan dari Mingyu malah. Selain wakil 2 ketua osis, dia juga kapten futsal. Ga heran jika banyak gadis yang mengantri untuk jadi pacarnya. Tapi Minhyun tidak menggunakam kepopulerannya untuk hal-hal buruk. Seperti bermain perempuan misalnya. Dia terlalu pendiam. Makanya banyak yang bilang jika wanita yang disukainya itu adalah wanita paling beruntung.
"Pagi atau Siang, Sungyoung!"
Aku ga menyadari kalau tadi Mingyu jalan kesini. Dan sekarang dia udah duduk disampingku dengan temannya si Sehun yang berdiri sambil makan sosis bakar.
"Pagi atau siang?" gumanku bingung. Dia ini nyapa apa gimana sih?
"Sehun, jam setengah 11 tuh pagi apa siang sih?" tanya Mingyu ke temannya yang berkulit pucat itu.
"Udah siang aja."
"Ok." Mingyu kembali menatapku. "Siang, Sungyoung!"
Pengen ketawa, tapi nanti dia seneng karena leluconnya berhasil. Jadi kutahan aja.
"Minhyun, ga kumpulan? Katanya anggota osis lagi rapat buat ngomongin porsak." kata Mingyu.
Muka Minhyun berubah dingin pas Mingyu datang. Ga suudzon, cuman merhatiin aja.
"Nanti jam 1."
"Kenapa ga sekarang aja?"
"Emang kenapa?"
"Biar ga terlalu deket sama Sungyoung."
Otomatis aku langsung nengok ke arahnya. Dia masih mandangin Minhyun dengan senyum anehnya.
"Jangan terlalu deketin Sungyoung, nanti aku cemburu." katanya.
"Kamu suka Minhyun?" tanyaku dengan tololnya.
"Ngaco!" selanya. "Aku cinta kamu. Gapapa?"
"Hah?"
"Gapapa, kan? Ga dosa, kan?" tanya dia. "Kalau pun bayar, aku bakal bayar berapapun supaya bisa cintain kamu terus."
Beneran kaget deh. Ini teman-temanku mendadak jadi merhatiin kita. Aku dan Mingyu maksudnya.
"Nanti pulang sekolah, aku tunggu ditengah lapangan." katanya sembari berdiri. Kayanya dia mau pergi.
"Tengah lapangan? Ngapain?"
"Biar keringetan kena matahari. Kan lebih keliatan kalo lagi berjuang buat kamu."
Mingyu... Dia selalu aneh.