Hari ini adalah hari ke 18 aku dan Mingyu resmi berpacaran. Semuanya berjalan baik, tidak ada konflik berarti yang membuat kami ribut atau sampai adu mulut.
Sebenarnya masalah yang sering muncul adalah banyaknya wanita yang tidak terima jika aku dan Mingyu berpacaran. Hampir setiap hari aku menerima labrakan dari mereka. Jujur aku lelah, seolah-olah salah sekali jika aku dan Mingyu punya status.
Aku tidak menceritakan ini pada Mingyu, ya aku tidak mau dicap sebagai tukang ngadu karena mentang-mentang aku punya pacar ketua geng. Selama bisa kuatasi, akan aku lakukan sendiri.
Semenjak pacaran, waktu Mingyu lebih sering dihabiskan denganku. Kadang aku ke rumahnya, dia ke rumahku atau kami pergi keluar. Kemana saja asal berdua, sudah sangat bahagia kurasa.
Aku juga mulai jarang dengar Mingyu terlibat aksi kekerasan lagi, mungkin dia mulai mendengar nasihatku untuk berhenti atas semua itu. Dia juga lebih sering masuk kelas sekarang, supaya bisa awasin aku katanya. Takut aku digondol maling.
Aku bersyukur sih, setidaknya mungkin aku membawa sedikit pengaruh baik padanya. Tapi aku berharap ini bukan sementara.
"Yang, mau beli cilor ga?" tanya Mingyu ketika aku lagi rendemin kaki di terapi ikan. Kita lagi cfd ke taman.
"Emang ada?"
"Kalo ga ada, aku ga akan nawarin."
Aku ketawa pelan. "Iya mau."
"Ya udah bentar ya."
Lalu dia menghilang, pergi beli cilor.
Hari ini kita mau puas-puasin berdua,soalnya sore nanti Mingyu bakal ke luar kota. Adik mamanya yang paling kecil mau nikah besok, jadi dia cuti sekolah deh 1 hari. Tadinya aku diajak sama mamanya untuk ikut, cuman besok ada ulangan sejarah. Jadi ga jadi ikut deh.
"Nih buat tuan putri."
Mingyu datang dengan beberapa tusuk cilor ditangannya. "Makasih." kataku.
"Yang, kayanya kita ga bisa main sampe sore deh."
"Kenapa?"
"Mama telepon dan kita berangkat jam 1 siang."
Ada rasa kecewa, tapi sebisa mungkin aku tutupi. Bagaimanapun, aku tetap tidak boleh egois. Ia masih hak orang tuanya, aku tidak boleh menuntutnya untuk terus denganku.
"Ya udah gapapa. Abis ini kita pulang aja."
*****
Sore itu, tepat 3 jam Mingyu pergi ke rumah tantenya, ada seseorang datang. Aku benci sekali, kenapa dia harus datang disaat aku sudah resmi jadi pacar Mingyu? Aku bahkan hampir lupa kalau aku dan dia masih punya hubungan.
"Mau apa kesini?" tanyaku dingin. Ayah dan ibu tidak ada. Tadinya kalau ada, aku ingin minta tolong ayah untuk menyudahi hubungan kami.
Bukannya menjawab ia malah tersenyum dengan senyuman yang memuakkan untukku sekarang. Ya aku memang sudah membenci sekarang ini.
"Mengunjungi pacarku tentu saja. Kenapa salah?"
Aku terus berfikir, memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa memutuskan hubungan dengan dia dan fokus pada Mingyu. Ya jujur saja aku masih merasa ada yang mengganjal jika aku belum menyelesaikan masalahku dengannya.
"Duduk dulu! Aku buatkan minum buat kamu."
Setelah itu aku pergi ke belakang untuk membuat minum. Sebenarnya aku ingin bilang ini kepada Minggu tapi aku merasa sangat ragu. Mengingat bahwa Mingyu waktu itu pernah bilang jika ia tidak ingin berurusan atau juga mempunyai hubungan dengan wanita yang sudah memiliki kekasih karena menurutnya itu akan sangat merepotkan. Katakanlah aku egois karena aku tidak ingin Mingyu menjauh. Aku hanya ingin dia di dekatku makanya aku melakukan hal sehina ini.
Iya aku sadar mungkin Jika aku lebih terbuka pada Mingyu dan aku membicarakan hal ini dengannya, mungkin dia bisa memberikan jalan keluarnya. Tapi aku juga takut jika dia tidak menerima fakta ini lalu memutuskanku dan pergi begitu saja. Tidak, aku tidak ingin itu terjadi. Aku masih ingin Mingyu di sampingku aku menyayanginya bahkan rasanya aku lebih menyayangi Mingyu dibanding rasa sayangku dulu pada Seokjin.
Beberapa saat kemudian aku kembali ke depan untuk menghampiri Seokjin. Dia masih duduk di sofa ruang tamu caranya memainkan ponselnya di rumah sepi Bibi pergi ke rumah tetangga dan tukang kebunku sedang pulang ke rumahnya. Tahu dia akan datang mungkin tadi aku pergi saja ke mana kek, ke rumah Hyeri atau jalan-jalan sendirian. Kenapa dia datang disaat Mingyu pergi? Kenapa bisa tepat sekali?
"Diminum!"
Dia menoleh lalu tersenyum sejenak, dia menaruh ponselnya dulu untuk meminum teh yang aku buat. Setelah itu kami diam, aku tidak tahu mau bicara apa makanya aku lebih memilih diam menunggunya untuk memulai pembicaraan.
" Maaf aku jarang menghubungi kamu akhir-akhir ini. Aku sibuk dengan eskulku, aku juga sibuk karena tugas banyak sekali. Maaf ya jarang mengabarimu."
Aku hanya mengangguk menanggapinya. Dalam hati aku berkata, masa bodoh aku tidak memikirkanmu sama sekali, lagian semua pikiranku sekarang tertuju pada Mingyu. Tak terbesit sedikitpun di otakku tentang kamu. Salah sendiri kenapa jadi pacar yang sangat menyebalkan sehingga aku dibuat nyaman oleh pria lain.
"Bunda sama ayah di mana? Kok rumah sepi sih?" tanyanya seraya menaruh cangkir teh di atas meja.
"Ada acara di kantor ayah yang mengharuskan bunda datang."
Dia mengangguk kecil isyaratkan bahwa dia paham apa yang ku ucapkan.
"Aku Rindu Kamu makanya aku kemari dan juga aku ingin memastikan bahwa kamu disini tetap jadi anak baik yang selalu menjaga dan berusaha mempertahankan hubungan kita."
Aku hanya diam, ya sebenarnya aku ini bukan tipe anak yang mudah menutupi suatu kebohongan yang aku buat, tapi aku ingin berusaha untuk terlihat baik-baik saja di matanya. ya bukan karena aku takut tapi aku khawatir Jika Seokjim bisa menyembabkan hal yang tidak menyenangkan padaku ataupun pada Mingyu.
Hampir satu jam dia berkunjung ke rumah. Dia pamit pulang, dia bilang dia ingin mencari hotel murah yang tidak jauh dari komplek perumahanku. Dia akan menetap di sini selama dua sampai tiga hari. Ya Tuhan bahkan dia sampai bolos sekolah hanya untuk mengunjungiku.
Aku pulang dulu besok pulang sekolah aku jemput salam buat Ayah sama Bunda ujarnya sebelum naik mobil
Tak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk.
Chup!
Tanpa aba-aba, dia mencium bibirku selama kurang lebih 4 detik. Tak ada rasa yang menggetarkan hatiku, aku hanya kaget terkejut menerima perlakuannya. Aku merasa menjadi gadis yang sangat jahat dan sangat hina sekarang. Apa jadinya jika Mingyu tahu atau melihat sekarang ini aku dan Seokjin tengah berciuman.
Dan setelah itu dia pergi dengan mobilnya entah kemana aku tidak peduli. Yang jelas, aku kini tengah kalut memikirkan apa yang baru saja kulakukan.
"Kak! Ngapain diluar?"
Aku menoleh, ada adikku nomor dua yang baru pulang bermain.
"Seokjin kesini tadi."
"Ketemu kak Mingyu dong."
"Apa?"
"Tadi aku liat kak Mingyu dengan motornya ke arah sana. Aku pikir dari rumah buat ketemu kamu, kak."
ASTAGA