Mimpi apa aku tadi malam hingga sesuatu menyenangkan terjadi hari ini. Ya, aku senang Mingyu menembakku, aku senang bisa jadi kekasih sungguhannya. Tidak lagi didelema akan sebuah status, tidak lagi khawatir dia malah dengan yang lain sebelum meresmikannya denganku. Intinya, aku bahagia sekali.
Setelah dari toko buku, aku memintanya agar mengantarku pulang. Padahal dia ingin makan bersama dulu sembari merayakan resminya hubungan kami. Tapi aku sangat ingin cepat sampai rumah dan berteriak dengan senangnya di kamarku.
Sepanjang perjalanan, aku lebih banyak diam sembari terus memeluknya erat. Aku hanya ingin menunjukan pada semua orang jika Mingyu kini sudah resmi jadi pacarku. Haha, aku tidak mengerti mengapa aku bisa sebangga ini menjadi pacarnya.
"Mau masuk rumah apa terus meluk aku?"
Pertanyaannya barusan menyadarkanku jika kami sudah berhenti didepan rumahku. Astaga, bahkan aku sampai tidak menyadarinya jika kami sudah tiba.
Lalu aku turun, langit sudah mulai menggelap. Komplek rumahku sepi.
"Ayah belum pulang kayaknya. Mau mampir dulu?"
"Harusnya mampir, kan? Aku mau bilang bunda kalo tadi sudah lancang menciummu."
"Jangan!"
"Aku minta ijin hanya untuk menggandengmu. Rasanya sangat brengsek jika aku menciummu tanpa minta ijin padanya."
"Jangan, Mingyu! Ini biar jadi rahasia kita aja."
Dia diam. Ya aku tidak ingin bunda marah karena tau anak gadisnya baru saja berciuman dengan lelaki.
"Ya sudah. Tapi nanti aku akan bilang."
"Kapan?"
"Ketika ada penghulu didepan kita nanti."
Kadang aku ingin bertanya padanya, tidak bisakah sehari saja tidak membuatku melayang?
"Sana pulang! Hati-hati!" kataku.
"Ongkosnya?"
"Ongkos?"
Bukannya menjawab, dia malah menunjuk pipinya.
Haha, aku paham apa yang dia maksud.
Chup!!
Tanpa aba-aba lagi aku segera mencium pipinya. Dia langsung tersenyum senang.
"Aku pulang dulu! Besok aku jemput."
"Iya."
Dan setelah itu dia kembali menjalankan motornya. Menghilang dibelokan pertama. Aku tersenyum lega.
****
Pagi hari seperti biasa, aku bersiap ke sekolah. Ayah dan bunda berangkat pagi-pagi sekali keluar kota, ada acara yang mengharuskan bunda turut serta.
Rumah terasa sedikit sepi. Adikku yang pertama sudah berangkat sekolah, sedangkan si kecil masih tidur karena ia libur hari ini.
"Bi, aku berangkat dulu."
"Ga sarapan?"
"Nanti aja di sekolah."
Mingyu sudah didepan, dia yang mengajakku untuk sarapan bersama. Lagipula hari ini sekolahku akan masuk lebih siang, dikarenakan gurunya akan mengadakan rapat bulanan rutin.
"Selamat pagi!" sapanya ketika aku menutup gerbang rumah.
"Pagi!"