Bugh!
Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku menendang daerah sensitifnya agar jambakkanya terlepas.
Tuhan, haruskah aku menerima kemarahan Seokjin yang membabi buta lagi?
"Sialan!"
Baru aku mau lari, dia lebih dulu menyandung kakiku hingga aku terjatuh ke aspal cukup keras. Lututku perih, tergores cukup kasar. Telapak tanganku juga berdarah karena terkena pecahan botol minuman keras yang entah mengapa bisa ada disini.
"Toloooong!!" teriakku sebisanya. Disini sepi, jarang ada yang lewat. Basecamp dimana Rowoon dan teman-temannya tadi pun cukup jauh.
"Arghh!!"
Dia menarikku berdiri dengan cara menjambak rambutku.
"Makin berani lo, ya!"
Plak!
Pipi ini rasanya sudah sangat perih. Ditampar Jongin, disiksa Seokjin. Tidak, aku tidak butuh Mingyu disini. Biar, biar ini cara untuk menghapus dosaku padanya. Mingyu tidak boleh menolongku.
"Seokjin, sakit!" lirihku dengan tangis. Sekarang aku merasa demam, kepalaku pusing, badanku remuk.
Ayah...
"Sakit? Sakit mana sama gue yang lo selingkuhin hah?"
Dia tau?
"Iya aku selingkuh. Karena aku ga bahagia sama kamu, Seokjin! Kamu kasar, kamu ga bikin aku nyaman. Aku muak sama kamu!!"
"GA TAU DIRI LO, ANJING! BERAPA DUIT YANG UDAH GUE KELUARIN BUAT LO?"
"Aku ga pernah minta apapun sama kamu. Sedikitpun aku ga pernah minta. Kamu sendiri yang mau, kan?"
"Jadi lo mau campakin gue gitu aja?"
"Iya. Aku cape terus-terusan ngalah dan diem. Hari ini aku mau bebas dari kamu!"
Bugh!
Haha. Dia nonjok!
Ujung bibirku sobek, hidungku juga mimisan. Gapapa, bunuh aja!
Aku tersungkur ke aspal. Dia bukan pria jantan! Dia banci! Mana ada pria jantan yang berani menganiaya wanita seperti ini?
Aku hampir kehilangan kesadaranku, hingga aku mendengar suara deru motor yang mendekat. Pandangaku yang mulai kabur melihat ada yang berhenti dan turun dari motor.
Bugh!
Seokjin tersungkur beberapa meter ketika orang itu menendangnya.
"Mingyu, bawa Sungyoung ke rumah sakit. Biar gue yang urus si bajingan ini!"
Mingyu?
Badanku terasa diangkat ke atas paha seseorang. Ketika aku berusaha sadar, aku bisa melihat seseorang yang aku cari.
"Mingyu.." lirihku pelan.
Tes!
Pipiku ditetesi air yang ternyata adalah air matanya. Mingyu menangis tanpa suara. Aku tertegun, baru kali ini aku melihatnya menangis.
"Mingyu.. Kenapa?"
"Uyong maafin aku!"
Aku mencoba tersenyum walau kurasa perih karena bibirku sobek. "Aku yang minta maaf. Aku bikin kamu sakit sampai kamu bermasalah kaya gini. Maafin aku, Mingyu."
Dia masih nangis. Panik dan kaya hilang kesadaran liat aku dalam keadaan seperti ini.
"Jangan nangisin cewek kaya aku, Mingyu! Aku pantas dapetin semua ini. Mungkin ini bisa sedikit hapus dosaku ke kamu.