Dan akhirnya aku dan Seokjin berbincang disofa depan. Ditemani 2 cangkir teh yang aku buat dan beberapa camilan. Seokjin datang tidak dengan tangan kosong. Dia bawa parsel buah untuk orang tuaku, boneka bear yang besar, ditambah jajanan pedas favoritku.
Kami berbincang banyak hal. Bukan berbincang sebenarnya, karena dari tadi yang banyak bicara adalah dia sementara aku hanya diam mendengarkan. Aku bosan mendengar omongannya yang selalu meninggikan dirinya sendiri, menyombongkan kekayaan orang tuanya. Nadanya sangat angkuh dan sarat akan kebanggaan, seolah seperti dialah yang membuat orang tuanya bergelimangan harta.
Dia bercerita tentang orang tuanya yang baru saja membangun villa baru di daerah timur. Juga mobil barunya yang bernilai fantastis. Ditambah kemarin dia mengadakan acara amal besar-besaran. Memang itu bagus, tapi kurasa tidak perlu diumbar seberlebihan itu.
Aku bosan sekali, sungguh. Aku ingin di kamar, teleponan sama Mingyu atau apapun. Setidaknya kalau sama Mingyu ga akan sebosan ini, malah seru. Percakapannya aneh, ga jelas, tapi selalu bikin rindu.
Seokjin berhenti bicara dan memilih meminum sejenak teh. Aku sedikit melirik jam yang ada diruang tamu, kebetulan kelihatan dari depan.
"Kamu balik ke Daegu hari ini?" tanyaku.
"Besok pagi paling atau tar malam."
"Kemarin bunda bilang kamu otw kesini. Ko baru sampai?"
"Istirahat dulu di rumah temen. Kebetulan dia lagi di Seoul, ya udah aku mampir dulu. Abis gitu baru kesini."
Aku hanya mengangguk. Ikut-ikut meminum teh.
"Uyong.." panggilnya.
"Iya?"
"Kamu ga macam-macam kan selama jauh dari aku?"
Akhirnya pertanyaan ini keluar. Pertanyaan yang pasti akan terlontar dari mulutnya. Aku sudah sangat hafal. Bahkan ketika dia tidak masuk sekolah sehari, dia selalu bertanya seperti ini. Seolah aku ini peliharaannya yang akan berbuat tak benar ketika dia tak ada.
"Engga. Macam-macam gimana maksudnya?"
"Ya suka sama cowok lain. Atau sampe jalan sama dia."
Maaf Seokjin. Tapi sepertinya aku udah suka sama Mingyu.
Aku ga jawab, lebih milih diam. Malas mau jawab apapun.
"Sungyoung, kamu tau kan kalau aku sayang banget sama kamu?"
Dia menatapku dalam. Seolah ingin meyakinkanku bahwa dia memang sungguh begitu.
Ga mau cari perkara, aku cuman mengangguk. Cepatlah pulang!
Yang ada dipikiranku hanya Mingyu Mingyu dan Mingyu. Entah mengapa aku terbayang pernyataan cintanya tadi. Jujur, aku senang. Aku senang pas tau dia cinta sama aku.
Kedatangan ayah menyelamatkanku dari situasi ga mengenakan ini.
"Uyong, ayah bunda sama adik-adik kamu.mau ke rumah nenek. Kamu dirumah aja ya!"
"Aku ikut!" kataku spontan. Aku mau ikut. Aku ga mau disini sama Seokjin.
"Kan ada Seokjin. Ga enak masa kamu tinggalin." kata ayah. Ayolah, yah! Kasiani anakmu!
Aku menatap Seokjin yang memandangku penuh harap.
"Aku mau ikut, yah! Uyong kangen sama nenek."
"Nanti kan bisa ke rumah nenek lagi. Kasian Seokjin udah jauh-jauh kesini."
"Uyong mau ikut. Titik!"
Biarin Seokjin mau marah atau apa. Yang jelas aku sungguh malas dengannya. Dia mau marah sampe mutusin aku pun ga masalah. Justru aku dari dulu berharap supaya bisa cepat putus darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mingyu 2017 ✔✔
Fiksi PenggemarCOMPLETE PRIVATE Terinspirasi dari Novel Dilan 1990.