12.

1.1K 98 0
                                    

"ma aku kuliah dulu yah! Kalau ada apa-apa dirumah, mama tinggal telfon aku." ucap (namakamu) lalu mencium punggung tangan farah.

"hati-hati sayang." ucap farah yang menghentikan langkahnya di pintu gerbang rumah.

Setelah (namakamu) pergi, wanita yang mungkin seumuran dengan farah datang menyapa farah dengan sapaan hangat.

Farah mengenal wanita itu yang tengah tersenyum licik bagaikan iblis.

"lisa" desis farah.

"aku pikir kamu udah lupa sama aku. Padahal enggak sama sekali." ujar lisa.

Lisa
Wanita yang sangat dibenci oleh farah, dulu Lisa adalah patner kerja farah dan sangat akrab layaknua saudara.
Tapi lisa menghianati farah, membuat perusahaan yang didirikan farah sendiri bangkrut.

"aku kesini cuma mau lihat kondisi kamu yang sekarang, ternyata kamu juga punya rumah yang bagus yah! Aku nggak nyangka loh! Kamu akhirnya dapat rumah kayak gini. Aku kira kamu udah terlantar karna ditinggalin andre." ejek lisa menganggap rendah farah.

Farah hanya diam dan berusaha tersenyum menyembunyikan rasa amarahnya.

"aku tidak sebodoh itu. Setelah kamu nipu aku dan menghianati aku, disitu aku mulai sadar kamu ternyata bermuka dua. Buat apa kamu kesini!?" ujar farah lantang.

"tadi aku udah bilang, aku kesini mau lihat kondisi kamu yang sekarang. Oh yah... Anak kamu mana? Pasti kamu paksa dia buat kerjakan supaya kamu tinggal terima uang dari hasil kerja anak kamu sendiri!" lisa.

"aku bukan ibu yang kasih perintah anaknya buat kerja paksa. Selagi anak aku suka dengan apa yang dia inginkan itu juga bukan urusan kamu! Lebih baik kamu pergi dari sini!! Apa kamu nggak puas udah ambil andre dari aku?! Kamu memang penjahat yang kurang ajar! Pergi kamu" ujar farah dengan emosi yang memuncak.

Selain menghianati farah, lisa juga mengambil seorang yang berharga yaitu andre ayah (namakamu).

"kamu memang jahat yah sa! Kamu menikah dengan orang yang aku cinta dan kamu buat aku harus menanggungg semua perbuatan andre! Aku tau kamu pasti menghasut dia supaya dia jadi orang yang jahat kayak kamu!"

Dari jarak yang tidak jauh dari perdebatan farah dan lisa, seorang yang tengah menyaksikan keduanya tengah mengepalkan tangannya erat.

Perasaannya terasa sakit dengan nafas yang memburu. Raut wajah yang membenci melihat lisa yang sedang memancing amarah farah.

(namakamu) orangnya, ia belum pergi karna sebelum itu dia sudah melihat sekilas wajah lisa.

(namakamu) tidak terlalu kenal lisa tapi karna mendengar percakapan mereka, (namakamu) menjadi mengerti kenapa andre ayahnya menceraikan farah.

Gadis itu mendekat pada farah dan lisa, menatap santai lisa seakan tidak tahu apa yang terjadi.

"(namakamu) kok kamu belum pergi kuliah, nanti kamu telat." farah.

"untuk anda yang paling saya hargai dan hormati, anda siapa? Kenapa ikut campur dengan urusan ibu saya?" ujar (namakamu) dengan bahasa yang formal.

Farah terdiam melihat aksi anaknya yang mungkin saja akan membela dirinya.

"wah...kamu beneran udah dewasa sekarang. Farah aku jadi iri deh sama anak kamu." tutur lisa mengalihkan pembicaraan.

"siapapun anda, anda harus pergi." pinta (namakamu) dengan sopan.

"farah aku semakin iri sama kamu"

(namakamu) tertawa kecil melihat tingkah lisa yang mengabaikannya.
Merasa tidak dihargai gadis itu mengalihkan bahasanya menjadi bahasa sehari-harinya.

"tante yang buat saya harus pake bahasa yang cukup kasar menyakitkan buat tante." ujar (namakamu) lagi.

"sayang kamu pergi kuliah yah."

"enggak ma. Orang ini harus dikasih bumbu pedas baru itu aku pergi dari sini. Aku nggak tau siapa kamu tapi yang jelas kamu adalah orang dimasa lalu mama, sebegitu pentingkah keadaan rumah dan keadaan mama serta keadaan aku dipertanyakan? Memangnya kamu siapa? Adik dari mama? Kakak dari mama? Ternyata masih ada orang yang kayak gini. "

"kamu memang lancang yah!"

"memang aku lancang kenapa? Tante merendahkan aku dan mama, terlantar? Aku dan mama hidup bahagia walaupun papa nggak ada disisi kita berdua karna ada orang yang nggak tau malu bahkan mungkin urat malunya udah putus bisa-bisanya dia hasut papa supaya mama diceraikan dan ninggalin hutang yang begitu banyak sampai-sampai mama harus bayar semuanya! Apa tante nggak malu hah!! Pelakor!" farah menenangkan (namakamu) yang sedang emosi pada lisa.

Lisa juga semakin panas mendengar pernyataan anak farah itu.

"ayah kamu yang tertarik sama saya makanya dia ninggalin mama kamu!" balas lisa.

"enggak!!!" teriak (namakamu).

"sayang tenangin diri kamu." farah berusaha menenangkan anaknya tapi tidak berlaku bagi (namakamu).

Emosi (namakamu) meluap dihadapan lisa dan farah.

"kamu yang rebut papa dari mama! Kamu memang nggak tau malu, kamu nggak cantik sama sekali jadi jangan kira papa tertarik dengan kecantikan kamu karna kamu bakal tua! Lancang banget yah kamu ejek kita berdua! Kamu pikir kehidupan kita berdua itu enak kayak kamu. Oh atau mungkin semua kekayaan kamu hanya berasal dari orangtua kamu, bukan dari hasil kerja keras kamu sendiri. Malu! Kamu malu dong sama diri kamu!! Memangnya situ udah perfect? Mandang rendah orang gitu aja!?"

(namakamu) tidak bisa membendung airmatanya, sudah cukup ia merasakan betapa susahnya berada diposisi farah.

"kamu memang anak kurang ajar!" ujar lisa.

"kamu wanita kurang ajar, nggak tau malu. Dasar cabe!"

"(namakamu)!!" bentak farah.

"aku udah nggak tahan lagi ma, dia memang harus disakitin kayak gini. Eh kamu malu dong sama diri kamu, kamu juga harus pikirin orangtua kamu. Nggak usah jadi orang egois memangnya masih jaman yah? Aku pikir udah punah." balas (namakamu).

Kali ini lisa merasakan sakit dilubuk hatinya perkataan (namakamu) tepat mengenai hatinya.

Hal itu membuat lisa pergi dari hadapan keduanya.
Farah menatap tak percaya dengan sikap anaknya barusan, ia sama sekali tidak mengajari anaknya untuk lancang pada orang yang lebih tua.

"kenapa kamu lakuin itu?!" bentak farah.

"aku lakuin ini karna aku sayang sama mama, aku ngerasain apa yang mama rasain. Sakit ma! Mama diem gitu aja? Seharusnya mama lawan, mama nggak boleh jadi wanita yang lemah." tutur (namakamu) lalu memeluk farah.

Farah membalas pelukan putrinya dan menangis bersama dengan (namakamu).

"pokoknya siapapun itu mama harus lawan, mama nggak boleh diem aja. Kalau mama diem aja aku bakal kasih pelajaran kayak tadi. Ma aku minta maaf udah lancang sama wanita tadi, aku emosi ma."

"iya sayang mama maafin, mama akan ingat perkataan kamu untuk berani melawan jika itu benar."

Dari jauh iqbaal menatap gadis itu yang tengah memeluk ibunya erat, iqbaal melihat kejadian itu.

"lo nggak pernah berubah. Lo masih sama kayak dulu, berani melawan musuh." batin iqbaal.

Bersambung.

Do You Remember Me? [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang