15.

1K 82 0
                                    

"udah nggak sakit lagikan?" ucap iqbaal.

(namakamu) mengangguk dengan senyuman manisnya itu, membuat iqbaal kembali tersenyum. Setelah dua hari (namakamu) tidak masuk iqbaal merasa sangat kesepian. Tidak ada teman mengobrol dan lainnya.

Hari minggu menjadi kebiasaan iqbaal dan (namakamu) untuk pergi jalan-jalan.

Genggaman iqbaal yang kuat membuat (namakamu) tidak henti-hentinya tersenyum. Iqbaal benar-benar tidak ingin kehilangan (namakamu).

"aku seneng kamu pegang tangan aku kayak gini." tutur (namakamu) melihat tangannya yang digenggam erat oleh iqbaal.

"aku lebih seneng" iqbaal.

"lebih seneng?"

"iya, lebih seneng kalau liat kamu terus."

"bisa aja."

Langkah mereka terhenti disebuah taman dimana ada beberapa permainan untuk anak-anak disana. Seperti ayunan, prosotan, dan lain-lain.

Iqbaal mengajak (namakamu) untuk bermain ayunan, walaupun usia mereka bukan kanak-kanak lagi.

"ayo main!" ajak iqbaal.

"kok main ini sih baal, masa kecil aku udah bahagia"

"aku nggak yakin."

"mau kamu apa sekarang?" (namakamu).

Iqbaal menghela napas pelan kembali menghampiri (namakamu) yang tidak jauh dari ayunan.

Menatap kedua mata gadis itu tak lupa dengan senyuman manisnya yang membuat (namakamu) tidak kuat melihatnya.

"ada satu permintaan yang harus kamu kabulkan" ucap iqbaal.

"apa itu?" ucap (namakamu) penasaran.

"beneran mau?"

"kalau nggak mau?" tanya (namakamu).

"yaudah nggak jadi" jawab iqbaal cepat.

"yaudah, kalau gitu aku mau kabulin permintaan kamu. Tapi apa dulu permintaan kamu?" (namakamu).

"Can I Kiss You?" tanya iqbaal.

Jantung (namakamu) berdebar seketika menatap iqbaal yang tengah menunggu jawaban darinya.

(namakamu) tersenyum lalu mendekati iqbaal lebih dekat lagi. (namakamu) menyentuh pipi iqbaal kemudian mendekati wajahnya, hingga bibirnya menyentuh bibir laki-laki itu.

Bukan iqbaal yang memulainya tetapi (namakamu). Benda lunak itu iqbaal rasakan, membuatnya membalas dengan lembut dan pelan.

Tangan iqbaal ia lingkari dipinggang (namakamu) dengan kedua mata yang tertutup membalas benda lunak dan kenyal itu.

Iqbaal menghentikan aktivitasnya lalu menatap (namakamu), membelai rambut gadis itu lalu mengundang gadis itu kedalam pelukannya.

"love you" bisik iqbaal.

(namakamu) tidak angkat bicara melainkan membalas pelukan hangat yang diberikan iqbaal padanya.

"baal, aku mau kamu selalu ada. Aku mau kamu ada disamping aku kalau aku takut, kalau nggak ada kamu aku serasa nggak ada pelindung." ucap (namakamu).

"aku nggak bisa janji, tapi akan aku usahakan."

(namakamu) melepaskan pelukannya dari mengangguk pada iqbaal.
*
Baal...
Aku nggak paksa kamu untuk selalu ada buat aku, tapi aku hanya berharap kamu selalu menjadi iqbaal yang ceria, yang bisa membahagiakan aku. Kalau kamu menolaknya, aku tidak paksakan. Aku hanya ingin melihat kamu selamanya.

Aku ingin pegang tangan kamu
Aku ingin peluk kamu
Melakukan hal yang romantis layaknya romeo dan juliet, tapi aku tidak mau kisah kita seperti romeo dan juliet.

Aku nggak mau salah satu diantara kita berdua pergi selamanya. Kita masih punya masa depan.

Akhir-akhir ini kamu mendadak berubah, seakan kamu mau tinggalin aku untuk selamanya.

Apa yang kamu pikirkan disana?
Apa masalah kamu?
Aku mohon baal, jangan pergi...

(namakamu) menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya dikursi.

Menatap setiap alinea yang ia ketik dilaptopnya. Setelah berjalan-jalan dengan iqbaal tadi, (namakamu) diantar pulang oleh iqbaal karena pinta iqbaal.

Sebenarnya (namakamu) masih ingin bersama iqbaal, tapi harapannya musnah.

"apa yang kamu sembunyiin baal? Kamu buat aku jadi tau kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu yang aku nggak tau." gumam (namakamu).

Sementara itu.

Iqbaal mengambil beberapa pil obat untuk ia konsumsi, obat apa itu? Kenapa baru sekarang ia merasakan rasa sakit? Iqbaal saja tidak tau mengapa.

"iqbaal, kamu udah minum obatnya?" tanya rike yang datang ke kamar iqbaal.

"sudah bun."

"kamu harus diperiksa di dokter, bunda khawatir."

"nggakpapa bunda. Iqbaal cuma sakit biasa, pusing doang. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan." ujar iqbaal menenangkan rike.

"yaudah, bunda keluar dulu."

Iqbaal mengangguk pada rike membiarkan ibunya melangkah keluar dari kamarnya.

Iqbaal melangkah kearah nakas  yang terletak disamping tempat tidurnya. Membuka laci dari meja kecil tersebut lalu mengambil sebuah kertas yang berukuran besar sebagai pembungkusnya, bukan kertas putih melainkan hasil dari diagnosa.

Iqbaal menahan rasa sakit yang ada dikepalanya saat ini, pandangannya sekarang mulai kabur. Iqbaal menyimpan kembali benda tersebut lalu menyimpannya dilaci dan menguncinya.

Tiga hari yang lalu

Iqbaal melangkah dengan mantap masuk ke area rumah sakit, hari ini tengah membuat janji temu dengan dokter yang bernama dokter lucy.

Iqbaal masuk kedalam ruangannya menunggu dokter tersebut.

"maaf yah saya lama" ucap dokter lucy yang baru datang.

"nggakpapa kok dokter."

"ini hasil diagnosa kamu."

"makasih dok."

"kamu kenapa nggak bilang kalau kamu ada tumor otak, ini sangat berbahaya loh. Kalau kamu diemin aja itu semakin membahayakan diri kamu, bisa saja kamu akan meninggal." ucap lucy.

"saya juga baru tau dok kalau saya ada tumor dibagian otak, makanya saya kesini untuk minta diperiksa. Ternyata ada tumor, pantasan saja saya sering sakit kepala bahkan pusing dan penglihatan kabur." jelas iqbaal.

"keluarga kamu udah tau?" tanya lucy.

"enggak dok, saya sengaja nggak kasih tau mereka. Saya nggak mau buat mereka cemas apalagi ibu saya, ibu saya paling khawatir kalau saya sudah sakit." ujar iqbaal.

"mereka berhak cemas, kamu jangan menyembunyikan penyakit mematikan ini iqbaal. Kamu harus segera beritau mereka, agar mereka juga ikut membantu kamu supaya sembuh. Kebanyakan pasien yang saya tangani selalu saja punya alasan yang sama seperti kamu dan ujungnya mereka meninggal dunia. Apa kamu mau seperti itu?"

Iqbaal terdiam sejenak lalu tersenyum pada dokter lucy.

"saya memilih itu.".

"kenapa?"

"walaupun saya tidak bisa melihat orang yang saya sayangi lagi nanti, saya tetap bahagia. Selama hidup saya, kebahagiaan selalu ada. Bukan saya tidak bersyukur tapi seseorang memanggil saya untuk pergi jauh."

"kamu lucu juga yah, menyepelekan penyakit ini. "

Dokter lucy menghampiri iqbaal dan melihat iqbaal lebih dekat lagi. Rasa sakit dibagian kepala iqbaal mulai terasa kembali.

"kamu harus beritau keorangtua kamu. Jangan disembunyikan, saya harap kamu bisa mendengarkan saya."

Bersambung.

Do You Remember Me? [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang