11.

1.2K 101 0
                                        

Reina menghentikan langkahnya melihat iqbaal yang tengah menggenggam erat tangan (namakamu) dengan senyuman yang belum pernah ia lihat selama ia berkuliah disini.

Muncul perasaan iri membuat reina semakin membenci (namakamu), sebelum ada gadis itu mungkin dia masih bisa mengejar iqbaal lagi.

Reina memutuskan untuk menghampiri keduanya dengan bersikap santai.

"kalian pacaran?" tanya reina.

"Iya" jawab iqbaal dengan cepat.

"pasti cuma drama doang, ternyata perkiraan gue bener kalau lo suka sama ni cewek. Gue yang udah berjuang mati-matian, nggak dapat apa-apa. Terusin yah drama kalian itu. " reina.

Iqbaal terkekeh mendengar ucapan reina yang menganggap hubungannya dengan (namakamu) hanya rekayasa.

"kamu nggak usah mikirin cewek ini, dia bukan lawan yang cocok buat kamu." tutur iqbaal lalu pergi bersama (namakamu).

*
Iqbaal menghentikan aktivitasnya yang tengah menegeuk minumannya, meluhat (namakamu) yang terus diam dan menatap kosong kedepan.

Tangan mungil milik gadis itu diraih iqbaal dan menggenggamnya erat. (namakamu) tersadar dengan perlakuan lembut iqbaal membuatnya dia sedikit tersenyum.

"kamu kenapa?" tanya iqbaal berusaha membujuk gadis itu agar mau menceritakan apa yang terjadi.

(namakamu) menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

"beneran nggak ada yang kamu sembunyiin?" tanya iqbaal lagi.

"iya, nggak ada apa-apa kok." jawab (namakamu).

"aku seneng akhirnya kita ketemu lagi, setelah sekian lama aku nunggu kamu. Aku rindu kamu setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan sampai tahun. Kamu tau, aku kangen berat dengan kamu." ujar iqbaal.

"maaf..."

Iqbaal tersenyum kearah (namakamu) dan mengangguk, ia sudah cukup bahagia sudah dipertemukan oleh gadis ini.

"jangan tinggalin aku lagi." tutur iqbaal.

(namakamu) terdiam sejenak kemudian tersenyum tulus pada iqbaal.

"promise." (namakamu).

*
Reina masuk kedalam toilet bertujuan mencuci tangannya diwastafel, asyik membersihkan jari jemarinya reina menatap dari kaca dua orang gadis seumurannya masuk lalu membahas iqbaal yang menjalin hubungan dengan (namakamu).

"gue nggak percaya, iqbaal beneran pacaran sama (namakamu). Padahalkan tuh cewek nggak terlalu gimana-gimana."

"iya, iqbaal udah disantet kali sama tu cewek."

Reina hanya tutup mulut, merapikan rambutnya, memberi warna dibibirnya dengan lipstick sambil mendengarkan pembicaraan mereka.

"tapi ada yang lebih sakit hati dibanding kita berdua"

"memangnya siapa?"

"ada deh, tapi dia beda kelas dengan iqbaal. Gue jadi kasian sama dia yang udah capek-capek ngejar iqbaal eh ujung-ujungnya pangeran impiannya diambil princess yang sesungguhnya."

Reina menghela napas kasar lalu menegur kedua gadis itu dengan tatapan tak suka.

"heh! Kalau mau singgung, bilang langsung aja sama orangnya! Nggak usah pake cara kampungan kayak gitu!" bentak reina.

"memangnya gue singgung situ? Gue kan nggak bicarain lo, lo aja yang ngerasa! Perasaan nggak ada yang nyinggung situ deh. Kalau memang bener lo kesinggung yaudah terima nasib kalau iqbaal bukan orang yang cocok buat lo." ucap gadis berambut pendek lalu pergi.

Reina mengepalkan tangannya ia benci dengan ucapan gadis itu.

"kasian, reina lo nggak usah deh lari capek-capek cuma buat ngejar cowok yang nggak cinta sama lo. Lo nggak kasian sama kedua kaki lo? Ah.. Ada lagi, ni kaca besar yah lo ngaca dulu gih terus tanya sama diri lo sendiri kenapa lo jadi cewek terlalu genit, murahan, sok cantik, dan masih banyak lagi. Intropeksi diri aja yah,memangnya situ udah perfect?" timpal gadis berambut panjang berponi lalu menyusul temannya yang sudah pergi.

Reina merasakan sakit dilubuk hatinya mendengar ucapan kedua gadis itu, gadis itu menatap dirinya dikaca.

Merasa kesal reina berteriak ditoilet tak peduli jika ada yang mendengarnya berteriak.

"awas aja lo" ujar reina yang masih menatap dirinya sendiri di cermin.

*
Farah meraih sebuah bingkai foto diakhiri senyuman manis, melihat gadis kecil yang tengah ceria bersama dengan dirinya.

Gadis kecil itu tumbuh besar dan terpelihara sangat baik oleh farah, walaupun gadis itu harus menerima takdir jika ibunya harus berpisah dengan ayahnya.

Ya! (namakamu) adalah gadis kecil itu. Gadis cantik dengan pipi tembem tersenyum ceria.

"kamu tumbuh dengan baik sayang. Kamu harus sukses dan bahagiain mama, mama ingin kamu jadi orang yang sukses. Buat mama bangga yah nak." ujar farah sambil menatap foto kecil (namakamu).

Pintu rumah terbuka nampak seorang gadis cantik masuk kedalam rumah, tersenyum melihat farah yang sedang sibuk menatap bingkai foto.

"mama!! Aku pulang!" teriak (namakamu) dengan semangat.

Farah tersenyum saat mendapat sapaan hangat (namakamu) yang memeluknya dari belakang.

"mama kok lihat foto kecil aku? Kangen aku yah waktu kecil, aku kan imut sampe sekarang lagi." tutur (namakamu) dengan percaya diri.

"kamu terlalu percaya diri. Mama cuma nggak nyangka aja kamu udah dewasa gini. Padahal dulu mama selalu ajarin kamu huruf abjad, menghitung sampai kamu pintar. Mama berharap kamu bisa capai cita-cita kamu." farah.

"Iya mama, aku bakal bahagiain mama. Aku janji bakal sukses nanti dan aku bakal traktir mama pakai uang hasil kerja aku." (namakamu).

Farah hanya bisa tersenyum berharap anaknya sukses dan bisa menggapai cita-citanya.

"ma.." panggil (namakamu).

"hm..?" farah.

"laper"

Farah terkekeh lalu mengangguk lalu menyiapkan makanan untuk anaknya.

Bersambung.

Do You Remember Me? [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang