Bagian 1. Sebuah Ingatan

8K 100 9
                                    

Yang aku tahu, aku tengah duduk pada sebuah kursi besi di sebuah kamar gelap.

Karena ada sedikit rasa nyeri, aku kemudian menemukan dua lempengan logam di kedua telapak tanganku.

Entah darimana lempengan ini bisa ada di tanganku. Yang pasti, ketika kucoba menariknya, lempengan itu melengket pada permukaan kulit.

Apa itu?

Ketika lampu menyala di atas kepala, aku melihat bayangan seseorang berambut panjang mendekat kepadaku.

Tangan kanannya seperti mengacungkan sebuah handphone lebih mirip seperti tablet pc, dengan bagian berlubang seperti kamera mengarah padaku.

Di tangan kirinya terangkat sepucuk senjata api, pistol semi otomatis yang mengarah ke kepalaku.

Aku terdiam kaku tak berani bergerak.

Mataku menangkap cahaya kecil menyilaukan dari tablet di tangan kanannya.

Aku tetap diam tak berani bergerak.

Sepertinya bayangan berambut panjang itu menanti sesuatu.

"Cirai!" suaranya terdengar, suara seorang wanita.

"Dia adalah Proteor, tidak mungkin seorang Cirai!" suara berat seorang lelaki membantah wanita itu. Lelaki yang tiba-tiba saja ada di samping kananku.

Mungkin karena aku terlalu tegang akibat todongan senjata api oleh wanita didepanku, sehingga aku tak menyadari sosok lain yang berada disampingku.

Dikepalaku aku menangkap kata Proteor sebagai penjaga dari Ranen. Aku bisa mengerti jika itu disebutkan sebagai protector yang menjaga runner. Tapi Cirai? Apa itu?

 Aku juga seakan menemukan kata Klinen, yang mungkin bisa diartikan sebagai cleaner. Kata lainnya adalah, Beken, mungkin backline.

Entah, aku tak mengerti apa maksudnya. Entah darimana aku bisa menemukan kata-kata itu dikepalaku.

Aku menemukan sebutan lainnya ketika aku tiba-tiba berdiri dihadapan puluhan pria berjas dan wanita bergaun.

Aku berdiri di depan mereka seorang diri. Seperti tengah menanti sesuatu.

Bukan sesuatu ketika kemudian seorang wanita cantik dengan gaun putih panjang mendekat dan berdiri disampingku.

Senyumnya mengembang sebagai jawaban atas pandangan bingungku.

Aku sedang dalam sebuah acara perkawinan?

Aku pengantin prianya?

Ada apakah ini sebenarnya?

Kebingunganku tak berhenti ketika seorang pria melangkah maju meninggalkan barisan orang-orang yang berada dihadapanku.

Tangan kanannya mengacungkan sebuah benda seperti handphone, atau mungkin tab, dengan lubang kecil mengarah padaku.

Ketika mendekat, lampu kecil menyilaukan pun terlihat.

Jantungku berdetak kencang, kedua tanganku siap untuk terangkat.

Sejenak lelaki itu tegang menatapku setelah mendapatkan sesuatu pada tabnya.

Mempelai wanita melirikku waspada.

"Cirod!" lelaki itu terperanjat.

Aku tak tahu apa yang terjadi, yang aku tahu bahwa gerakanku lebih cepat dari lelaki tampan bertubuh atletis. Tangan kirinya yang memegang senjata api, hanya separuhnya terangkat. Ia tak bisa menodongkan senjatanya, karena moncong pistol ditangan kananku telah mengarah ke kepalanya.

Yang menjadi ancaman bagiku adalah pengantin wanita disampingku.

Kami sama-sama telah menodongkan senjata ke kepala masing-masing.

Apa itu Cirod?

Kenapa aku ada disini?

Siapa aku?


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Cerita ini telah dipindahkan ke website yang baru.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Cirod dan Cirai 1: Yang TerbuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang