Pt. 1

21.2K 700 17
                                    

Dinginnya angin terasa menyentuh hingga ke tulang rusuk. Di luar sana hujan tengah mengguyur dengan derasnya namun tanpa disertai petir atau pun kilat, hujan yang sangat tenang.

"Ah―"

"Faster!"

"Come on Babe, lebih dalam."

"Kau sangat basah."

Hujan benar-benar turun disaat yang tepat. Dingin yang menusuk tak akan lagi terasa jika sepasang kekasih menyatukan tubuh mereka dengan gerakan dan desahan erotis. Ah―bukan pasangan kekasih, mungkin lebih tepatnya seorang pria muda yang tampan dan kaya kini tengah menikmati tubuh wanita malam bayarannya. Siapa yang berada di atas bukanlah masalahnya, yang terpenting adalah memberikan service terbaik. Menyentuh, mengusap, memijat, mengulum, mengerang, mendesah, menggerakkan pinggul semua itu membutuhkan teknik ketika tengah bercinta, bergulat kasar atau pun lembut di atas ranjang.

"Fuck!"

Ketika sampai pada puncak kenikmatan, mereka akan saling mengerang frustasi, lega, merasa bebas, hingga akhirnya terlelap. Esok paginya mereka akan terbangun dengan energi terisi penuh, seolah terlahir kembali dari kematian.

....

Aroma embun pagi terasa lembut menyentuh penciuman. Segar dan tenang seperti aromaterapi. Cahaya matahari perlahan menyongsong dengan cerahnya. Terik matahari yang sedikit menyengat, menembus hingga ke dalam ruangan melalui celah-celah nan sempit.

Seorang pria kini terbangun, mengerjapkan sepasang matanya dengan lembut. Ia mengerang malas, sejenak mengalihkan pandangan ke arah sisi lain di sebelah ranjangnya, kosong. Ia menarik sudut bibir, mengusap bibir cherrynya dengan ibu jari.

"Sial, aku membayar mahal tapi tadi malam aku salah memilih. Dia tidak ketat." Dengus pria bernama lengkap Jeon Jungkook itu. Kini wanitanya telah pergi. Ya―seperti biasa, setelah bercinta ia akan membayar wanitanya dan kontrak pun berakhir hanya dalam semalam. Kecuali jika ia benar-benar mendapatkan wanita yang dapat memberikan service terbaik, mungkin ia akan mengikat wanita itu selamanya. Belum pernah ada yang mampu menaklukkan Jeon Jungkook lebih dari dua malam.

Jungkook beranjak dari ranjang, tubuh telanjangnya yang tampak begitu indah terasa terisi penuh dengan energi. Ia menggeliat, mengangkat dua tangannya ke udara lalu beralih memunguti pakaian yang berserakan di atas lantai dan lekas mengenakannya.

....

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Seorang gadis masih menunggu bus di sebuah halte. Ia baru saja keluar dari sebuah universitas tempatnya menuntut pendidikan. Ia melirik jam tangannya sejenak, mendengus sebal setelahnya. Sudah hampir setengah jam ia menunggu di perhentian bus namun hasilnya nihil. Gadis bernama Jung Haemi itu akhirnya mulai melangkah perlahan meninggalkan halte. Ia ikut berlalu lalang bersama orang-orang lain yang juga memenuhi jalanan.

Haemi menghentikan langkahnya ketika menemukan halte lain yang terlihat lebih sepi. Setidaknya ia dapat merasa tenang tanpa suara berisik orang-orang. Sayang sekali ia tidak membawa mobilnya hari ini. Haemi sempat ingin menelpon supirnya untuk menjemput, namun sial―baterai handphone gadis itu ternyata habis. Ia mengeluh lagi sambil menghentakkan kaki di atas lantai halte yang kini ia pijak.

"Oppa! Tolong jemput aku!" katanya bermonolog, memohon jika mungkin seseorang yang ia panggil Oppa itu dapat mendengarnya melalui kontak batin. Benar, ia baru saja menyebut saudara laki-lakinya yang bernama Jung Hoseok.

"Oh sial!" tukas gadis itu berulang kali setelah ia melirik jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Suasana halte benar-benar sepi sekarang, tak ada orang-orang yang berlalu lalang namun satu atau dua kendaraan masih tampak melewati area itu. Haemi juga tidak begitu tahu jika area halte di tempatnya menunggu terkenal sepi ketika sudah melewati jam delapan malam, namun kalau pun gadis itu tahu ia tak memiliki pilihan lain karena ia benci dengan keramaian.

My ToyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang