Di luar sana cuaca tampak begitu cerah pagi ini. Haemi baru saja selesai menyiapkan bekal untuk Jungkook yang sebenarnya sudah ia kerjakan sejak tadi pagi. Namun setelah melihat pakaian kotor milik Jungkook tampak menumpuk, ia bergegas mencuci pakaian dengan mesin cuci. Setelah selesai membereskan semuanya, ia langsung membersihkan diri.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh namun Jungkook masih belum bangun dari tidurnya. Haemi keluar dari kamar mandi dengan mengenakan sebuah gaun sebatas lutut berwarna putih. Rambutnya sudah tertata rapi dan wajahnya sudah diberi sedikit riasan make up yang selalu ia siapkan di dalam tas. Ia lekas menarik gorden jendela agar cahaya matahari dapat masuk lebih bebas ke dalam ruangan itu.
Kini tubuh Jungkook mulai menggeliat, pria itu malah bergerak menarik selimut untuk menutupi wajahnya agar cahaya matahari tidak mengganggu tidurnya. Haemi menghela napas sejenak, lekas mendekat dan duduk di pinggir ranjang. Menyibakkan selimut yang menutupi wajah kekasihnya.
"Bangunlah, ini sudah siang. Oppa," ujar Haemi lembut sambil menggoyang-goyang tubuh Jungkook. Gadis itu kembali menghela napas. Jungkook benar-benar tak seperti biasanya padahal pria itu selalu bangun sendiri tanpa menunggu sang gadis untuk membangunkannya. Haemi mendekatkan bibirnya pada telinga Jungkook.
"Sayang bangunlah." Katanya lembut lalu mendaratkan sekilas kecupan pada sudut bibir pria itu. Jungkook kembali menggeliat, lekas membuka kedua matanya sambil mengerjap hingga beberapa kali. Kini pria itu dapat melihat wajah cantik gadisnya yang tengah menatap lembut. "Aku harus pulang sekarang. Bekalnya sudah aku siapkan di atas meja makan, jangan lupa membawanya." Ujar gadisnya itu hendak beranjak pergi namun Jungkook bergegas mengambil posisi setengah tidur lalu menahan pergelangan tangan gadis itu.
"Biarkan aku mengantarmu pulang." Ujar Jungkook pelan. Haemi menatap sejenak ke arah prianya.
"Aku bisa pulang sendiri." Sahutnya.
"Kau marah padaku?" tanya Jungkook dengan tatapan sendu. Ia ingat apa yang telah ia lakukan terhadap kekasihnya malam tadi. Hal itu pasti membuat Haemi merasa sedikit tertekan karena ia telah memaksa gadis itu untuk bercinta dengannya dalam keadaan yang tidak bagus. Haemi menghela napasnya lembut, bergegas mendekat pada Jungkook dan mengecup bibir pria itu dengan lembut lantas Jungkook mulai memejamkan matanya.
"Aku tidak marah pada Oppa. Aku harus segera pulang dan melanjutkan skripsiku." Jelas sang gadis dengan iringan senyum kecil. Jungkook lekas menarik pergelangan tangan gadisnya, menuntun Haemi untuk duduk sejenak di pinggir ranjang dan gadis itu menuruti kehendak sang kekasih. Kini keduanya menatap lekat satu sama lain. Jungkook bergerak merengkuh tubuh sang gadis ke dalam dekapannya.
"Maafkan aku Sayang," ujarnya lembut.
"Oppa sudah mengatakannya hingga dua kali malam tadi." Kata Haemi lirih, lekas membalas dekapan pria itu dengan lembut. "Jika ada masalah, maka selesaikanlah dengan baik. Aku yakin Oppa bisa menyelesaikannya." Kata sang gadis sembari mengusap punggung kekasihnya.
"Ya."
....
Jalanan tampak begitu ramai sore ini. Orang-orang yang baru saja menyelesaikan aktivitasnya kini mulai berlalu lalang memenuhi area khusus pejalan kaki di setiap sudut kota. Haemi masih sibuk mengerjakan skripsinya sambil menikmati secangkir kopi di sebuah kafe yang lumayan terkenal. Ia sebenarnya tidak biasa mengonsumsi kopi, namun karena skripsi yang harus ia selesaikan lebih cepat membuatnya merasa jenuh, Haemi berakhir melampiaskan rasa lelahnya pada kopi.
Pintu kafe terbuka berulang kali karena pengunjung semakin bertambah dari waktu ke waktu. Tak lama kemudian ada seorang pelanggan yang memasuki kafe dan langsung mengarahkan tatapan pada Haemi yang memang tak jauh dari letak pintu masuk. Pria yang baru saja memasuki kafe itu lekas melangkah ke arah Haemi yang masih fokus pada layar laptopnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Toy
Fiksi Penggemar(DI PRIVATE, FOLLOW TERLEBIH DAHULU UNTUK MEMBACA) [21+] Awalnya, Jeon Jungkook pikir ia dapat memiliki gadis itu hingga akhir hayatㅡmembawa kabur raga dengan sesuka hatinya. Namun, imajinasinya yang indah berakhir berbuah pahit saat diakhir cerita...