Chapter 14

14 9 0
                                        

Jimin POV

Aku yakin dia pasti berfikir bahwa tidak ada yang melihatnya tenggelam dalam pikirannya. Tapi, dia salah. Aku melihat semuanya.

Aku melihatnya berfikir apa yang akan terjadi setelah lulus. Aku melihatnya mencoba untuk berhenti berfikir.

Hanya dirinya saja yang tidak merasakan kalau selama ini ada yang mengamati semua gerak-geriknya. Raut wajahnya menunjukkan segalanya.

Aku tidak ingin berpisah dengan Ein. Aku akan kehilangan dia lagi.

Kemudian, hari -hari selanjutnya akan terasa hampa tanpa senyumannya.

Tawa candanya.

Suaranya.

Lebih tepatnya lagi, Kehadirannya.

"Jimin-ah" lamunanku buyar saat aku mendengar seseorang memanggilku. Aku menoleh kekiri dan mendapati Jhope memandangku seakan-akan aku baru saja melakukan sebuah kejahatan.

"Wae?" tanyaku. Aku sedikit heran saat melihatnya mendelikkan(?) matanya. Tapi kemudian aku sadar bahwa sekarang aku telah menjadi pusat perhatian satu kelas.

"Park Jimin, aku ingin kau menyelesaikan soalan ini" ucap Mr. Ahn kepadaku sembari menunjuk soal matematika yang tertera dipapan tulis.

Aish.

Bagaimana aku bisa menjawabnya? Aku terus-terusan menggosokkan tanganku dileher dan menggaruk kepalaku yang sama sekali tidak gatal.

"Tidak bisa menjawab?" ucap Mr. Ahn dengan nada meremehkan dan sudut bibirnya terangkat sedikit. Dasar guru tua!. Apa dia tidak tau siapa aku? Aku adalah Park Jimin member terimut dengan abs di BTS.

Aku hanya menjawab sembarangan yang muncul diotakku, secara terbata-bata tentunya. Tapi, untungnya jawaban yang kubuat-buat itu benar. Aku merasa legah saat duduk kembali.

Menjadi sorotan dipanggung itu enak tapi jika dikelas itu sangat memalukan, apalagi jika disuruh mengerjakan soal matematika seperti tadi. Untung saja aku tadi bisa menjawabnya, kalau tidak...bagaimana nanti nasibku!

Jhope tiba-tiba menyiku lenganku "Ada apa denganmu? Apa yang sedari tadi kau pikirkan sampai-sampai membuatmu tidak mendengarkan panggilan guru tadi?"

"Tidak ada, hanya..sesuatu" ucapku, tapi sepertinya bukan itu jawaban yang ia inginkan.

"Kenapa? Ein ya?" ejeknya.

"A-a--Ti-tidak" ucapku terbata-bata. Dia hanya menyeringai tidak jelas. Aish hyung ini dia bisa sekali membaca pikiranku.

Cenayang, mungkin?

~~~~~

Aku sekarang sudah ingin pulang, sementara para hyung menarik Jungkook untuk pergi meninggalkanku sendiri. Salah satu cara mereka untuk memasangkanku dengan Ein.

Dann aku menggunakannya dengan sangat baik.

Aku pelan-pelan menutup loker Ein secara tiba-tiba dan membuatnya menjerit dan melompat sedikit. Reaksinya sukses membuatku tertawa.

"Apa kau gila?!" serunya(?) tapi aku menahan bibirnya dengan jari-jariku. Matanya membulat melihat apa baru saja aku lakukan.

Menurutku dia sangat manis dan teramat cantik jika matanya berseri-seri begitu. Itu membuatku ingin menciumnya tetapi aku tidak boleh melakukannya.

Biarpun aku memang menyukainya, tapi aku tidak boleh egois.

"Kau tidak bisa melakukan apapun selain terkejut ya?" ucapku dengan sudut bibir terangkat. Dia semakin melebarkan matanya.

Idols with One Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang