nggak mungkin, itu nggak mungkin dia.
"K-kau"gagapku. Dia masih memiliki wajah yang sama. Wajah yang sama yang telah....
*Flashback*
"Yahh! Eodiga! Kau meninggalkanku disini sendiri?" teriakku. Kami kabur dari penjahat yang dia buat kesal. Tapi, tanganku ditahan."Dimana temanmu? Kalian tidak akan membayar rokokku yang kau jatuhkan ke tanah?" penjahat itu dan teman-temannya menangkapku.
"Kau hanya mabuk!" teriakku ke mereka
"Dan kau hanya anak kelas 8!" teriak penjahat yang menangkap tanganku.
Mengumpulkan tenaganya, ia menamparku keras sehingga darah keluar dari ujung bibirku. Aku melihat kepalanya muncul dibelakang dinding, sedang bersembunyi. Dia terlihat ketakutan dan kehilangan. Kenapa dia tidak menolongku?.
Aku mencoba untuk berlari.
"Mau kemana kau?" ia menangkapku lagi. Bersamaan mereka menendangku, mereka menamparku keras berulangkali. Tubuhku terbaring di tanah, mereka menggunakan kayu dan memukulku berulang kali. Rasa sakit setiap kali mereka menendang tubuhku.
Penglihatan kaburku menyaksikan dia kabur meninggalkanku sendirian. Sungguh teganya dia.
Aku masih terus dipukul, semua yang bisa kuucapkan adalah namanya orang yang meninggalkanku dipukuli. Orang yang aku pikir akan menjadi sahabatku selamanya. Orang yang aku fikir tidak akan meninggalkanku sendirian.
Tapi, dia mengkhianatiku. Dia meninggalkanku sendirian.
Terbaring di tanah dan air mata turun ke pipiku, namanya, adalah semua yang dapat kuucapkan.
*End Flashback*
"Park Jimin"ucapku. Dia terkejut melihatku.
"K-Kim Lee Ein"gagapnya.
Aku merasakan setetes air mataku turun dari mata kiriku. Orang yang membuatku pindah sekolah, alasan yang membuatku pindah ke Seoul untuk menghindarinya, alasan kehidupanku sangat gelap, alasan aku bersikap dingin.
"Kamu masih memiliki wajah yang sama" ucapnya mencoba untuk tersenyum.
"Kamu juga"
"Bagaimana kabarmu?"tanyanya
"Bagaimana kabarku?"aku tersenyum miring dan menghela napas berat.
Aku meninggalkannya disitu dan menghapus air mataku sambil berjalan ke kelas. Apa juga yang dia lakukan disini? Apa dia murid disekolah ini?
Tidak, dia mungkin menjenguk seseorang, dia bahkan tidak memakai seragam sekolah.
Aku memasuki kelas yang ribut itu dan langsung menuju kursiku. Seluruh kelas terdiam saat aku masuk tapi berhasil ribut kembali.
Seperti biasa, aku melemaskan lengan kananku diatas meja dan menaruh kepalaku diatasnya sambil menghadap jendela. Aku seharusnya memberikannya tepuk tangan karena telah membuat air mata berhargaku keluar.
Alasan aku pindah ke Seoul adalah dia. Orang yang baru saja muncul berbicara tepat didepanku beberapa menit yang lalu. Yang dulu aku panggil sahabat tetapi tidak lagi.
~~~~~~~~~~
Aku sedang membersihkan rumah. Sepertinya rumah ini sudah menjadi milikku sejak appa meninggal dan aku yang akan membayar kehidupanku sendiri. Aku sudah selalu begitu. Jadi, aku sudah terbiasa.
Rumah ini tidak terlalu besar. Rumah ini ditempatkan di lingkungan yang baik dimana penduduk baru akan datang.
aku membereskan semua barang barang ayahku. Sebenarnya hanya butuh satu jam untuk membereskannya karena tidak terlalu banyak.
Aku bakar semua barang barang ayahku halaman belakang.Aku mengeluarkan napas berat. "Ini awal yang baru"ucapku sambil berdiri didekat api. Aku melihat langit dan menatap bintang bintang.
"Andaikan aku bisa naik keatas sana dan bersinar seperti kalian dan menerangi dunia gelap ini setiap malam"
Aku masuk kedalam dan menuju tempat tidurku. Aku berputar kekiri dan kekanan. Aku belum bisa tertidur. Aku bangun dan duduk tegap.
Aku mengambil sebuah peti kecil dari bawah ranjangku. Aku mencari kuncinya dan menemukannya dilaci mejaku. Aku memasukkan kuncinya dan memutarnya.
Perlahan-lahan aku membuka lebar peti itu dan menemukan banyak harta didalamnya. Ada banyak foto, surat, dan barang barang milikku. Ini sangat berarti bagiku.
Aku melihat semua foto-foto itu. Setiap foto membuat pipiku semakin basah, banyak air mata yang jatuh ke selimutku.
Setiap foto sangat berarti untukku.
Setiap foto ada aku dengan Park Jimin disampingku. Setiap foto memiliki senyuman kami hingga gigi kami kelihatan. Setiap foto memiliki kenangan.
Sesuatu yang berkilau dipeti itu menggaggu penglihatanku. Aku memungut benda berkilau itu. Ternyata sebuah kalung.
*Flashback*
"Yahh Kim Lee Ein!"
"Wae?"
"Ayo ke toko itu"
"Baiklah"
Kami masuk ke toko yang ingin Jimin pergi. Setelah membeli apa yang dia inginkan, kami keluar dari toko dan menemukan mesin dimana kau memasukkan koin dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu didalamnya.
"Ein"dia menjulurkan tangannya "50 sen"
" Wae? aku tidak memilikinya"
"Baiklah, akan gunakan uangku sendiri" dia menjulurkan lidahnya padaku, aku membalasnya. Aku melipat kedua tanganku menunggunya."Yah, Jimin-ah. Sudah cukup. Sudah 10 menit"
"Aish...meyerahlah"
"Tidak! ini yang terakhir, please?" Dia memohon dengan aegyo.
"Baiklah" aku memutar bola mataku dan dia berseru.
"Aku mendapatkannya! oh, sebuah kalung. kau boleh mengambilnya" dia memberikannya kepadaku.
"Kenapa aku?"
"Itu akan terlihat bagus denganmu dan hey-- aku ini namja" Dengan itu dia memasang kalung itu dileherku.
*End Flashback*