JIMIN POV
Aku melihatnya makan siang dikafeteria dengan salah satu teman kelas kita. Dia mengangkat dagunya dan mengatakan sesuatu yang membuatnya tersenyum dengan manis.
Senyuman yang baru lagi terlihat olehku sejak aku kabur. Sejak aku meninggalkannya. Aku tidak tahu kenapa tapi sudah jelas, aku sedikit cemburu.
"Ahah! kau tertangkap basah" sebuah tepukan dibahu menyambutku. Aku langsung sadar diri dan melihat pemilik tangan tersebut, Rap Monster.
"Hyung, jangan khawatir. Kau akan mendapatkannya suatu hari nanti" ucap Jungkook. Aku sekarang sedang makan siang dikafeteria bersama member lainnya.
"Yah V, apa maksudmu dengan 'Itu aku' ?" tanyaku.
Dia menjelaskannya. Aku mengangguk dan yang lain juga ikut mendengarnya.
"Apa kau mengikutinya pulang?" tanyaku lagi.
"Yah, michyeosso?!" teriaknya. Aku tertawa kecil. Iya, aku memang gila.
~~~~~
Ini sudah waktu pulang dan aku harus melakukan sesuatu. Aku memberitahu member lainnya kalau akan pulang terlambat. Mereka mengerti lalu aku menunggu seseorang. Tasnya masih ada. Aku mendengar sebuah suara dan melihat Ein dan si Youngjae itu masuk kedalam kelas.
Sepertinya mereka tidak menyadari aku dikelas jadi cepat-cepat berpura-pura untuk tidur. Aku mendengar dia tertawa dengan Youngjae. Sudah sangat lama sejak aku mendengarnya tertawa.
That sincere laugh.
"Apa kau tidak ingin membangunkannya?" ucap Youngjae ke dia. Sepertinya dia menunjuk kearahku.
"Anii, biarkan dia istirahat. Aku tak percaya dengan yang kau katakan tadi. Mereka Idol?" ucapnya.
"Yeah, dan sekarang yang lagi trending dikorea" ucap Youngjae. Informasi yang cukup bagus. Akh menahan tawaku.
"Apa kau sudah baikan dengannya?" Ein memberitahunya juga? "Pasti dia memiliki alasan melakukan hal itu, jika aku diposisinya. Mungkin aku akan melakukan hal yang sama"
"Kalau begitu, Pergilah dari kehidupanku" ucapnya terdengar serius. Beberapa detik berlalu "Anii, aku hanya bercanda" lalu dia tertawa kecil. Dia masih memiliki lelucon itu yang membuat orang percaya kalau dia sedang serius.
"Aigoo, kau menakutiku" Youngjae menghela napas lega. Mereka tertawa.
"Aku hanya tidak ingin ada lagi teman yang meninggalkanku" ucapnya dengan suara kecil. Yeah, aku sangat bodoh. "Mari kita tidak membicarakan ini" dia menghela napas.
"Baiklah, Kajja. Aku akan mengantarmu pulang" tawarnya. Tidak, tidak. Jangan Ein.
"Tidak usah, aku akan baik-baik saja. Lagipula aku akan berangkat kerja" Yes!
"Baiklah, sampai jumpa besok"
"Dah"
Sudah waktunya. Aku menunggu untuk Ein selesai mengemas barangnya dan segera setelah dia keluar kelas, aku memakai topi yang dibalik menghadap kebelakang. Aku memakai kacamata nerdku lalu mengikutinya.
Untung tidak ada orang yang mengenaliku dan juga Ein tidak menyadari kalau aku mengikutinya selama ini. Langkahnya berhenti didepan sebuah kafe. Aku bersembunyi dibelakang dinding dan mengintipnya.
Dia memegang ransel tasnya dan melihat sekilas kiri dan kanannya. Dia menghela napas berat dan melanjutkan langkahnya kedalam kafe. Tanpa berfikir panjang, aku juga ikut masuk kedalam kafe tersebut.
Setelah memesan sesuatu, aku duduk disudut kafe dan hanya memperhatikan gerakannya. Setiap kali dia mengelap meja dan berpindah kesetiap meja untuk bertanya apakah ada yang salah dan semacamnya. Dia tidak pernah menyadari kalau aku berada disitu.
Kim Lee Ein, apa aku terlalu menyakitimu sehingga membuatmu berubah? Tentu saja, Apa juga yang kupikirkan ini?
Biarpun dia memperlakukanku seperti itu, aku tidak akan pernah berhenti berjuang untuk mendapatkannya kembali. Aku tidak akan berhenti untuk membayar apa yang telah kulakukan padanya. Aku akan menjadi temannya tanpa sepengetahuannya. Aku akan mengembalikan dirinya yang sebelumnya. Aku akan menghapus air matanya. Aku akan menjaganya.
Itu adalah janji. Kim Lee Ein, wish me luck with 'Fighting'.
~~~~~
EIN POV
Ada yang aneh. Biarpun aku tidak melihatnya, aku merasakannya. Aku merasa ada seseoranb yang memperhatikan setiap gerakanku. Tetapi, saat aku berbalik, tidak ada orang sama sekali."Ein-ah" seniorku dikafe itu memanggilku.
"Ne?"
"Seseorang memberimu ini. Dia telah memperhatikanmu selama ini" memperhatikanku? Aku mengambil kertas tersebut. Disitu tertulis 'Fighting?'
"Unnie, siapa yang memberikanmu ini?"
"Sebenarnya, dia orang yang sangat misterius. Dia memakai kacamata nerd. Kau mengenalnya?" Youngjae tidak memakai kacamata. Bagaimana juga dia bisa mengetahui tempat ini.
"Pantesan aja aku merasa ada sesuatu yang aneh"
"Kau mengenalnya ya?"
"Aniyo, aku tidak memiliki teman yang memakai kacamata nerd"
~~~~~
Kacamata
Kacamata
Siapa yah?
Kenapa aku begitu peduli? Tapi, dia membuatku ingin mengetahui siapa dirinya. Apa aku harus mencari tahunya? Naluriku mengatakan Iya, sedangkan otakku mengatakan yang sebaliknya.
(A/N: Ein pilih yang mana Naluri atau Otak~~)
"Yahh Kim Lee Ein!" seseorang memanggil namaku. Aku mengangkat kepalaku saat aku berjalan di koridor sekolah menuju lokerku, "Oh, Choi Young Jae" ucapku terkejut.
"Aku dari tadi menunggumu" Seseorang menunggku?
"K-kenapa?" gagapku sebelum aku membuka lokerku.
"Aku membutuhkan seorang teman" dia memegang kedua ransel tasnya. Aku hanya tersenyum. Aku membuka lokerku dan mengambil bukuku.
"Ayo" aku terenyum kepadanya lalu kita menuju kelas bersama.
Saat kami masuk, teman kelas kami melihat kita. Bahkan BTS melihat kita.
'Youngjae oppa'
'Dia memiliki Youngjae oppa sekarang. Aish. Bagaimana bisa?'
'Apa dia mengancam Youngjae oppa? Kasihan oppa'
"Urus urusanmu sendiri" aku berbicara keras-keras saat aku duduk. Seluruh kelas memperhatikanku. Bahkan Youngjae melihat tapi hanya tersenyum miring lalu duduk ditempatnya.
"KAU urus urusanmu, Ice Princess" Eunha, dia memukul mejaku. Aku melihat kearahnya lalu menatapnya dalam-dalam.
"Aigoo, kau memukul meja ya sekarang?" ucapku lalu memberinya senyuman miring.
"Yahh, kau mencoba untuk mengambil Youngjae oppa kan?" ucapnya.
"Eunha, berhentilah" Youngjae angkat bicara.
"Tidak, dia mengambilmu dariku. Kenapa juga kau bersamanya? Apa yang salah denganku? Apa yang salah dengan kita?"
"Kau mau tahu kenapa? Karena dia berbeda dari kalian semua dikelas ini" Youngjae akhirnya menjawab.
Seluruh kelas langsung diam. Bahkan murid paling ribut dikelas juga ikut diam.
"Tidak, aku tidak bisa terima itu" ucap Eunha berlebihan. Aish, dia belum muak denganku ya?
"Apa? apa yang akan kau lakukan?" aku melihatnya.
"Dasar anak ini" saat dia mengangkat tangannya untuk menamparku, aku hanya melihatnya.
"Do it"
.
.
.
tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/102869534-288-k857296.jpg)