First Meet

302 34 4
                                    

Keiko sudah tiba di Indonesia. Beberapa orang dibandara banyak sekali berbincang-bincang soal timnas sepak bola Indonesia u-23. Keiko sudah tahu kabarnya soal timnas yang keluar sebagai juara di turnamen pra Piala Asia itu. Keiko yakin, tim yang kali ini akan dia tangani akan lebih seru. Mengingat antusiasme masyarakat yang begitu luar biasa. Terbukti, mereka jadi perbincangan hangat kali ini.

“Pantas saja banyak sekali orang disini, ternyata mereka sedang menunggu kedatangan timnas u-23. Kau mau melihatnya juga Keiko?”

Ayah Keiko memperhatikan sekeliling dan wajahnya mulai sumringah. Ayahnya memang penggemar sepak bola sama seperti Keiko, tapi tetap saja tak membiarkan Keiko menjadi seorang pemain sepak bola.

“Ayah mau melihat mereka?”

“Memangnya kau tidak mau?”

“Kurasa melihat mereka sebentar tak masalah.”

Akhirnya mereka menunggu di kursi panjang yang langsung menghadap ke pintu kedatangan penumpang. Keiko kembali melihat sekiar, banyak sekali orang-orang berpakaian serba merah disini. Mereka semua akan menyambut pahlawan sepak bola. Senyum Keiko terukir. Wajar saja ayahnya sangat merekomendasikan Keiko bekerja di Indonesia.

“MEREKA SUDAH TIBA!” Teriak salah seorang dari kerumunan itu. Keiko langsung ikut berdiri. Ingin juga rasanya melihat bagaimana wajah skuad garuda yang bisa mendapat antusias sebanyak ini.

“IN-DO-NE-SIA!”

“IN-DO-NE-SIA!”

“IN-DO-NE-SIA!”

“IN-DO-NE-SIA!”

“IN-DO-NE-SIA!”

Keiko mencoba merangsek kebarisan depan untuk melihat lebih jelas para pemain. Tapi tubuhnya yang mungil membuatnya kesusahan setengah mati didalam kerumunam. Andai saja ayahnya tidak menariknya keluar, dia bisa mati kehabisan nafas.

“Sudah disini saja, disini juga kelihatan.”

Tetap saja sama. Sudah dibilangkan bahwa Keiko termasuk kriteria perempuan irit badan? Kali ini dia bersusah payah berjinjit berharap ada 1 atau 2 wajah yang bisa dia lihat.

“IQBAL!!”

“IQBAL!!”

“IQBAL!!”

Iqbal? Keiko memang belum mengetahui satu per satu nama para pemain, tapi nama Iqbal terus menggema dimana-mana. Apa Iqbal ini adalah orang yang paling berpengaruh bagi tim? Beberapa laki-laki berseragam jaket hijau tiba dengan mendorong koper masing-masing. Satu per satu dari mereka disematkan kalung bunga oleh petugas bandara. Teriakan semakin riuh saat mereka mulai keluar dan mendekati para supporter. Dan terikan atas nama Iqbal yang paling lantang.

“Indonesia luar biasa. Pantas saja ibumu selalu ingin pulang.”

“Supporter Indonesia sungguh luar biasa.”

“Kau harus bisa membuat tim ini jauh lebih luar biasa lagi Keiko.”

Keiko tersenyum mendengar kata-kata semangat dari ayahnya itu. Pekerjaannya memang berat tapi ayahnya tidak perlu terlalu khawatir. Keiko tidak bermain 90 menit di dalam lapangan.

“Lebih baik kita pulang sekarang ayah.”

“Mengapa buru-buru sekali? Kau tidak mau bertemu dulu dengan mereka?”

“Besok juga aku akan bertemu dengan mereka. Ayolah ayah kita pulang.”

Keiko mulai merajuk. Mungkin Keiko mengalami sedikit jet lag saat penerbangan tadi. Maklum saja sudah lama sekali dia tidak ke Indonesia.

Faith And HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang