Bay-Key

287 32 17
                                    

Pukul 12 siang waktu Korea, Iqbal sudah mendaratkan kakinya di bandara. Disana dia sudah dijemput oleh Keiko. Iqbal juga sempat terheran, mengapa yang manjemputnya adalah manager. Bukannya dia seharusnya bersama tim mengingat hari ini tim sedang uji tanding melawan timnas Korea.

“Selamat datang kapten.”

Manager mengapa kau yang menjemputku? Bukannya kau harusnya mendampingi tim?”

“Harusnya memang begitu, tapi pelatih Indra menyuruhku untuk menjemputmu dan langsung membawamu ke stadion.”

Tak mau bicara banyak Iqbal hanya mengangguk. Mungkin pelatih Indra menyuruh Keiko untuk menjemput karena Keiko yang memiliki waktu lebih senggang ketimbang yang lain. Memang ada keuntungan tersendiri dijemput Keiko ketimpang bang Asep, bisa terjadi perang dunia ke 3 jika akhirnya Iqbal berdua dengan bang Asep.

Sepanjang perjalanan menuju stadion hanya keheningan yang menyelimuti seluruh ruang taksi. Keiko bukan tipe orang yang suka keheningan, sementara kaptennya ini adalah seseorang yang hobi sekali dalam keheningan.

“Kali ini kau tidak diturunkan kapten. Sekeras apapun kau memaksa, tetap saja kau tidak bisa dimainkan.” Keiko mencoba memulai percakapan. Dia sungguh tak betah berlama-lama dengan keheningan.

“Apa? Kenapa? Apa karena jet lag? Aku tidak selemah itu manager.”

“Tidak bukan karena itu, intinya kau tidak bisa bermain.”

“Apa karena cederaku? Bukannya bang Asep sudah bilang bahwa cederaku sudah sembuh? Jika aku tidak bisa dimainkan sebagai starter setidaknya kau bisa bermain di babak kedua.” Jawab Iqbal dengan keukeuhnya. Dia tahu memang tak akan dimainkan pada babak awal dan takkan bermain penuh 90 menit, tapi dia tak tahu kalau dia tidak akan dimainkan barang 1 menit pun.

“Bukan kapten.”

“Lalu apa? Kenapa aku tidak bisa dimainkan sekarang? Padahal aku ingin sekali bertanding dengan Korea Selatan. Aku ingin menjajal ketuatan Song Heung-Min.”

“Kau tahu dia?”

“Siapa yang tidak tahu pemain terbaik di piala Asia tahun lalu.”

“Apapun alasanmu kau tetap tidak bisa dimainkan karena namamu tidak didaftarkan.”

“Apa?”

“Tenanglah kapten. Pelatih Indra sengaja tidak mendaftarkanmu pada uji tanding kali ini. Dia ingin kau melihat dahulu sisi permainan lawan. Korea selatan adalah negara yang keluar sebagai juara tahun lalu, dan pelatih Indra sangat berambisi untuk bisa mengalahkan mereka.”

Iqbal terdiam. Pelatih Indra menginginkan dirinya untuk tetap duduk di bangku cadangan dan melihat teman-temannya berjuang tanpa dirinya. Strategi macam apa itu? Tapi sudahlah, Iqbal hanya bisa mengikuti alur pelatihnya itu.

“Kuharap kali ini kau bisa menahan dirimu kapten. Untuk hari ini saja. Besok kita akan langsung terbang ke Jepang dan akan mengadakan uji tanding lagi dengan timnas Nepal akan kupastikan kau ikut bertanding.”

Iqbal hanya mengangguk menanggapinya. Pada ajang tahun lalu Nepal habis dibantai Korea Selatan dengan skor 16-0. Namun kali ini Nepal tidak bisa dianggap remeh. Mereka sudah mengorbitkan pemainnya untuk berlatih di klub luar negeri. Sudah pasti mental mereka akan semakin bagus.

30 menit sudah Iqbal dan Keiko berada dalam 1 kursi yang sama didalam taksi. Berakhir sudah penderitaan Keiko yang terus mencoba memancing kaptennya ini untuk berbicara. Untungnya Keiko ditaktirkan untuk menjadi perempuan yang sabar. Dia sangat penasaran dengan kapten timnas Indonesia ini, mengapa dia bisa sedingin es dan hanya mencair saat membicarakan sepak bola?

Faith And HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang