Keberangkatan

294 36 27
                                    

Berakhir sudah acara itu. Keiko merebahkan tubuhnya diatas kasur besarnya. Acara memang sudah berakhir tapi entah mengapa bayang-bayang Iqbal sang kapten dingin tak kunjung berakhir terus memutar dalam benaknya. Keiko menyadari perubahan sikap Iqbal yang terjadi secara tiba-tiba. Iqbal yang dingin, bisa saja berubah menjadi hangat. Senyuman dan tatapan matanya sebelum dia pergi menghampiri orang tuanya sungguh menjadi candu bagi Keiko. Bahkan Keiko tak bisa berhenti tersenyum ketika mengingatnya.

Drrrtt....drrrrttt

Keiko bangkit dari posisinya dan meraih handphone. Ada notifikasi Line yang masuk, dan itu dari Misaki. Lagi-lagi Misaki mengirin sebuah video. Kali ini dengan cover dia tengah berada di lapangan Furano. Lapangan penuh kenangan antara Keiko dan Misaki. Ah dasar perempuan, hatinya terlalu labil untuk bersinggah.

Klik

“Ohayo Keiko. Ogenki desu ka?(Apa kabar?) Kudengar dari ayahmu, kau tengah bersenang-senang di Istana Negara Indonesia karena secara keberuntungan kau juga ikut dalam perayaan kemenangan Indonesia.”

Keiko tersenyum. Misaki masih tetap sama, dia selalu mengetahui Keiko lebih dari siapapun. Pasti dia sudah mengetahui bahkan saat sebelum Keiko berangkat. Misaki selalu bisa membuatnya seakan berharga.

“Kuharap kau tak melupakan kami disini Keiko. Kami selalu merindukanmu, apa kau tak berniat untuk kembali? Haha.”

Kali ini senyuman Keiko berubah menjadi senyuman masam. Keiko memang merindukan Jepang, Furano, dan Misaki. Disana dia tidak perlu repot-repot mengurusi seseorang dengan kadar kedinginan yang luar biasa model Iqbal.

“Piala Asia sebentar lagi akan dimulai. Aku tak sabar untuk bertanding melawan tim nasional Indonesia. Aku benar-benar menantikan pertandingan melawan Iqbal. Bagaimana? Apa kau sudah mengetahui Iqbal?”

Ya Keiko sudah mengetahui bagaimana laki-laki itu. Dingin, dingin, dingin, dan dingin. Sudah seperti kulkas berjalan. Pertanyaan yang masih setia hinggap dalam kepala Keiko adalah, mengapa Misaki bisa mengetahui Iqbal?

“Aku akan menyampaikan kabar baik untuku. Kami dari tim Furano telah mendominasi timnas Jepang. Hebat bukan?”

Keiko mengkerutkan alisnya. Timnas Jepang didominasi Furano? Secepat itukah Furano berkembang?

“Pelatih bilang, sebelum kami melakoni Piala Asia itu, kami akan uji tanding melawan Australia. Kuharap kau bisa menontonnya. Itu akan dilaksanan 2 hari sebelum pertandingan perdana. Kurasa kau sudah berada di Jepang saat itu.”

Luar biasa. Jepang akan menantang Australia yang memiliki postur tubuh lebih besar daripada orang Jepang? Berani sekali manager Jepang melakukan itu. Tapi wajar saja, Timnas Jepang yang didominasi para pemain Furano sudah terlatih dan bisa diuji bahkan untuk timnas Australia sekalipun.

“Kapten, kapan kau akan mulai berlatih?”

“Tunggu sebentar Izawa, aku sedang membuat video untuk Keiko. Barang kali saja dia merindukan aku disana.”

Keiko sudah merindukan Misaki. Sudah sejak hari pertama dia mendaratkan kaki di Indonesia. Memang ada 1 laki-laki yang membuat Keiko penasaran setengah mati, hanya saja kenyataannya pesona Misaki, perlakuan Misaki, dan sikap Misaki bisa membuat Keiko melupakan Iqbal.

“Kurasa cukup sampai disini video yang kubuat untukmu Keiko. Izawa mulai sensitif saat aku membuat video untukmu. Jangan-jangan dia menyukaimu? Ah tidak mungkin, yang pantas untukmu hanyalah aku. Haha. Sayonara Keiko.”

Keiko masih melihat layar handphonenya yang sudah gelap. Jika tadi bayang-bayang Iqbal yang seliweran  kesana kemari, kali ini bergantian dengan bayangan Misaki. Begitu kuat pesona Misaki sampai meruntuhkan semuanya. Keiko tersenyum, ya memang Misaki yang Keiko inginkan. Namun, alam tak pernah berkata begitu.

Faith And HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang