“Bay bangun.”
“Hhmm.”
Bukannya bangun, Iqbal malah menenggelamkan wajahnya dipundak Keiko. Seolah mendapat setruman Keiko refleks sedikit menjauhi Iqbal namun tetap saja kaptennya itu tidak bergerak.
“Bay kita sudah sampai Jepang.”
Kali ini Iqbal merasakan sentuhan halus di pipinya. Dalam posisi masih menutup mata saja Iqbal sudah bisa merasakan bahwa tangan Keiko lah yang menyentuh pipinya.
Sebenarnya Iqbal sudah bangun, namun dia masih ingin merasakan sentuhan lembut tangan Keiko. Entahlah dia menjadi sedikit manja jika berdekatan dengan Keiko.
“Manager kenapa kau tidak turun?”
Terdengar suara Firza yang tengah berbicara dengan Keiko. Iqbal sebal sekali mendengar mereka berdua mengobrol, padahal hal yang mereka bicarakan masih biasa saja. Beginikah yang dinamakan cemburu? Ah tidak mungkin, pikirnya.
“Kapten belum bangun, aku tak mungkin meninggalkannya disini.”
Binggo! Ternyata Keiko masih peduli padanya. Sekuat tenaga Iqbal menahan senyumannya agar Keiko tidak melihatnya. Ada rasa senang saat mengetahui bahwa Keiko ternyata peduli padanya.
“Kalau begitu biar aku panggilkan Witan untuk membangunkannya.”
“Hhmm.” Sedetik kemudian Iqbal mengangkat wajahnya dari pundak Keiko. Mendengar nama Witan saja sudah secara otomatis mengembalikan kesadarannya.
“Sudah sampai key?” Tanya Iqbal masih dengan sikap sok polosnya.
“Sudah.”
“Manager ayo kita turun.” Firza yang tampaknya menyadari tingkah laku kaptennya itu pada manager mulai berbeda seperti mulai mengambil langkah.
“Baiklah aku—“
“Key, kau tahu aku masih jet lag. Penerbangan dari Indonesia ke Korea Selatan lalu langsung terbang ke Jepang sementara aku harus menghadapi uji tanding melawan Nepal. Temani aku istirahat sebentar diruang tunggu ya key?”
“Baiklah, Firza kau bisa turun duluan. Aku akan bersama kapten.”
Senyuman miring kemenangan Iqbal kembali terukir. Keiko lebih mementingkan dirinya daripada Firza, hah! Sebenarnya Iqbal tidak terlalu jet lag. Penerbangan begini memang sudah biasa mengingat dia sudah terbang kesana kemari dalam waktu yang berdekatan. Itu hanya alasan supaya Keiko tidak pergi berdua dengan Firza. Lebih baik, Keiko pergi dengan dirinya.
“Ayo kita turun kapten.”
Sesampainya diruang tunggu, Iqbal masih saja menempel pada Keiko. Seolah mereka memang sudah menjalin hubungan. Pelatih Indra tidak mempermasalahkan itu, karena dia tahu bagaimana Iqbal. Baginya Iqbal bagai anak kandungnnya sendiri, jika dia berbuat salah maka tinggal dia tegur dan Iqbal akan menurutinya.
Kringg...
Dering handphone Keiko berbunyi. Iqbal sempat melihat sekilas ala mata angkot siapa yang menelpon managernya itu. Kazuo Misaki. Nama yang sangat identik dengan Jepang, sama seperti nama Keiko. Keiko nampak begitu sumringah saat mengetahui nama yang tertera di layarnya itu. Buru-buru dia mengangkat teleponnya.
“Misaki.”
Terdengar sedikit terikan riang dari Keiko. Iqbal yang masih berkutit dengan pikirannya memikirkan siapa Misaki dan kenapa Keiko begitu senang saat mendapatkan telepon darinya.
“...”
“Kau sudah sampai dibandara?”
Iqbal semakin aneh dibuatnya. Mengapa Keiko menggunakan bahasa Indonesia saat menelpon orang ini? Padahal sudah jelas-jelas nama Misaki itu pasti orang Jepang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith And Hope
FanfictionSpecial Cast: Muhammad Iqbal Muhammad Iqbal captain Tim Nasional Indonesia. Terus bermimpi, berusaha, dan berdo'a agar menjadi pesepak bola nomor 1 di dunia. Orang lain mengannggap mimpinya terlalu tinggi. Tapi dia selalu berkata "Aku memang tinggi...