Iqbal?

277 34 6
                                    

Semua sudah berkumpul untuk makan malam. Besok pagi tim akan langsung bertolak ke Jepang. Dan semua akan segara dimulai. Iqbal yang kali ini terlihat lebih berseri-seri membuat teman-temannya memandang dengan tatapan aneh. Kesurupan jin darimana anak ini?

“Kapten, ceria sekali kau malam ini.”

“Biasa saja.” Iqbal menimpali dengan entengnya.

Tak mau merusak mood kaptennya itu, yang lainnya menyerah untuk bertanya lebih dalam lagi. Lagipula bukannya bagus melihat kaptennya itu bahagia seperti ini? Memang sedikit aneh, Iqbal yang biasanya dingin dan ketus kini menebarkan senyum manisnya.

Iqbal sebenarnya juga menyadari tatapan aneh teman-temannya saat mereka melihat perubahan ekspresi wajahnya. Iqbal memang tengah berbunga-bunga tapi dia sendiri tak tahu pasti sebenarnya apa yang membuat dirinya begitu gembira malam ini.

Apa karena dia sudah memeluk Keiko dan mereka sepakat membuat nama panggilan masing-masing? Ah entahlah, seharusnya dia tidak begitu. Bukannya itu hanya pelukan biasa? Dan nama panggilan itu, hanyalah panggilan biasa? Namun entah mengapa tiap kali mengingat kejadian itu Iqbal tak bisa berhenti untuk tersenyum.

Sore tadi, Iqbal memang sengaja tidak langsung beristirahat. Hal yang sangat biasa dia lakukan ketika timnya kalah adalah menyendiri kemudian menangis. Tepi kolam renang dirasa menjadi tempat yang strategis untuk melakukan hal itu. Dan akhirnya Iqbal menumpahkan semuanya disana.

Ketika Iqbal tengah asik dengan kesendirian dan air matanya, tiba-tiba saja Keiko datang menghampiri dirinya. Entah anak itu datang darimana, Iqbal sampai terkejut dibuatnya. Dengan susah payah, Iqbal mempertahankan ekspresi dinginnya didepan Keiko, namun nampaknya nihil semua orang yang melihat pasti tahu apa yang terjadi pada Iqbal, dia habis menangis.

Saat berbalik menghadap Keiko, Iqbal melihat ada gambaran kekhawatiran dari mata Keiko. Tersirat bahwa dia juga tak percaya bahwa seorang kapten yang terkenal cuek dan dingin ini ternyata bisa menangis.

Masih dengan ketahanan prinsip untuk bersikap dingin, Iqbal malah menanyakan apakah yang bisa dia bantu untuk Keiko. Bodoh.

“Kau baik-baik saja kapten?”

Nampak ekspresi kekhawatiran Keiko tak bisa dia disembunyikan lagi. Iqbal rasa Keiko adalah seseorang yang tidak pandai menyembunyikan sesuatu, atau biar lebih jelasnya lagi Keiko itu terhitung kedalam manusia lugu nan polos.

Fine.” Jawaban yang masih terdengar begitu ketus. Iqbal mencoba membuang muka dari arah Keiko dan tanpa sengaja, matanya melihat sosok Firza Andika tengah berdiri dibelakang Keiko dengan jarak sekitar 5 meter. Iqbal yakin, Keiko tidak menyadari bahwa ternyata ada Firza disana.

“Tapi mengapa kau—“

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk membalas apa yang Firza lakukan saat dibandara kemarin dengan Keiko, Iqbal memeluk erat Keiko. Ya, itulah sebenarnya rencana awalnya. Iqbal hanya ingin Firza mengerti bahwa tidak semua perempuan bisa menjadi mainanya, apalagi Keiko. Bukan berarti Iqbal tengan mempermainkan Keiko, Iqbal hanya berusaha melindungi Keiko.

Entah dorongan darimana, yang Iqbal pikirkan hanyalah bagaimana membuat Firza berpikir bahwa Keiko sudah dimiliki Iqbal, karena Iqbal tahu Firza tak akan mungin berani mendekati perempuan yang tengah dekat dengan dengan kaptennya itu.

Dalam pelukannya tadi sore dengan Keiko, ada kehangatan yang Iqbal rasakan. Kehangatan yang hampir mirip dengan pelukan ibunya. Padahal sebenarnya niat awalnya tidak begitu. Lagi dan lagi, Iqbal jadi geli sendiri jika memikirkan kejadian tadi sore, setan darimana yang berhasil merasuki jiwanya?

“KAPTEN!! MENGAPA DARITADI KAU HANYA SENYAM-SENYUM TIDAK JELAS! KAU MASIH WARASKAN?”

Suara Witan berhasil membuyarkan lamunan Iqbal. Lamunan yang cukup menyenangkan karena otomatis membuat wajah Iqbal berseri-seri.

Faith And HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang