Sampailah Keiko dan Iqbal di stadion yang mempertemukan timnas Jepang melawan timnas Australia. Mereka datang disaat yang tepat saat pluit tanda dimulai baru dibunyikan.
Suasana stadion tidak begitu ramai mengingat ini hanya uji tanding. Kebanyak supporter dari Jepang menganggap uji tanding bukanlah sesuatu yang istimewa, mau hasilnya kalah seri atau menang, itu tak akan ada pengaruhnya.
“Itu Misaki.” Kata Keiko sambil menujuk seseorang dengan nomor punggung 11 yang berseragam timnas Jepang. Dilengan sebelah kirinya terpasang tanda kapten. Ternyata sainganku berposisikan midfielder dan seorang kapten, persis sepertiku, pikir Iqbal.
“Dengar, aku mungkin akan cerewet kali ini karena aku ditugaskan pelatih Indra untuk mengenalkanmu pada semua pemain yang tampil. Sedikitnya aku sudah mengetahui kelemahan dan kelebihan mereka, maka jangan menyela saat aku berbicara, kau cukup diam saja paham?”
Nada Keiko seolah bukan sebuah persetujuan melainkan sebuah paksaan. Iqbal hanya mengangguk sebagai jawabannya. Dia mencoba fokus memperhatikan lapangan walaupun kini suasana hatinya sangat tak menentu tiap kali melihat Misaki.
“Penjaga gawang itu adalah Ken Wakashimazu, sebenarnya dia adalah penjaga gawang kedua yang dimilki Jepang. Yang aku tahu penjaga gawang utama mereka masih dalam perjalanan dari Jerman. Genzo Morisaki.”
Bermain di Jerman? Kiper itu harus bisa Iqbal taklukan! Iqbal masih menggumam sendiri dalam hatinya.
“Nah yang menggiring bola itu, Mamoru Izawa. Dia tidak memiliki lari yang cepat, hanya saja umpannya sangat membahayakan. Lihat saja aksinya nanti jika dia sudah berduet langsung dengan pemain nomor 13 Hajime Taki. Itu dia, dia mengoper pada Taki.”
Secara otomatis Iqbal mengikuti arah bola itu. Benar saja pemain nomor 2 yang katanya bernama Mamoru Izawa itu mampu mengoper dengan sangat baik.
“Jangan sampai pemain berhasil mengoper pada striker bernomor 9 itu, selain tubuhnya yang besar dia juga memiliki kekuatan kaki kanan yang sangat baik, hanya saja keseimbangannya kadang bisa dengan mudah tergoyahkan. Namanya Kojiro Hyuga.”
Beberapa saat kemudian tendangan langsung diluncurkan pemain bernomor punggung 9 itu, namun untungnya dapat diganggu oleh pemain belakang Australia hingga tendangannya masih tipis diatas mistar gawang. Hebat sekali, hanya dalam waktu beberapa detik saja Jepang sudah berani menyerang.
“Ketika dalam situasi bola berada dikaki lawan, maka yang akan lebih banyak bergerak adalah pemain nomor punggung 12 Hikaru Matsuyama. Dia memiliki teknik sledding yang sangat bersih, namun umpannya sering kali tak tahu arah. Biasanya dia akan berudet di garis belakang dengan Hiroshi Jito, pemain dengan nomor punggung 8. Jito memiliki kepampuan menang jika duel udara, namun dia terlalu emosional jika terprovokasi.”
“Untuk defender kanan dan sayap kanan, kau akan menemukan 2 orang yang memilki kemiripan. Kembar Tanchibana. Ada Masao Tachibana pemain bernomor 23 yang berperan sebagai bek dan Kazuto Tachibana pemain dengan nomor punggung 32 yang berperan sebagai winger.”
Sungguh sulit memang membaca permainan Jepang yang begitu cepat. Rasanya tak sampai 1 detik bola berada disalah satu kaki pemain Jepang.
“Yang perlu kau waspadai adalah daerah tengah, selain ada Misaki, disana juga ada Tatsuya Ozora pemain dengan nomor punggung 10. Mereka adalah pasangan emas yang dimiliki timnas Jepang. Jika mereka sudah maju, itu artinya bahaya.”
Ada gejolak dalam diri Iqbal saat melihat Misaki bermain di lapangan. Misaki memang jenderal lapangan tengah yang baik. Semua umpannya tidak pernah meleset.
“Apa kekurangan Misaki?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Iqbal. Dia tak sabar lagi ingin mengeksploitasi kekurangan Misaki.
“Susah sekali mencari kekurangan Misaki, dia nyaris tanpa celah. Akselarinya cepat, umpannya juga akurat, meskipun dia hanya seolah gelandang tapi dia juga memiliki tendangan yang mampu menjebol gawang lawan bahkan dalam jarak 40 meter.”
“Jadi dia tidak memiliki kekurangan?” Tanpa sadar, Iqbal mengeluarkan nada ketusnya.
“Misaki juga manusia, pasti memiliki kekurangan hanya saja tidak menonjol dan itu berhubungan dengan fisiknya.”
“Apa maksudmu?”
“Misaki memilki riwayat cedera bahu yang cukup parah. Sekitar 6 bulan dia harus menepi untuk memulihkan bahunya, jika kau lihat, Misaki selalu mengindari terjadinya benturan pada dirinya. Kuharap siapapun yang mengetahui hal ini tidak menjadikan kekurangan Misaki.”
“Aku dan timku bukanlah pemain yang senang mencederai lawan.”
“Eh..eemm maksudku bukan—“
“Lalu sipa lagi yang harus aku waspadai?” Seolah tak mau lagi membahas apa yang tadi dibicarakan Keiko, Iqbal langsung memotongnya. Iqbal tahu Keiko memang tak berniat menyindir siapapun dalam kata-katanya. Dia hanya khawatir dengan keadaan Misaki, dan Iqbal tak suka itu.
“Di bangku cadangan masih banyak nama besar yang mesti diwaspadai. Jun Misugi, biasanya akan dimainkan pada babak kedua menggantikan Hiroshi Jito. Dia adalah jenius sepak bola yang bisa menerapkan segala macam teknik dengan tepat. Dia bisa memajukan garis kedalaman hingga sepertiga lapangan lawan.”
Jun Misugi? Pemain macam apa dia yang bisa memajukan garis pertahanan? Apa dia juga hendak berniat memajukan gawangnya? Pikiran Iqbal mulai sedikit kacau.
“Lalu 2nd striker Shingo Aoi. Dia sama tajamnya dengan Hyuga, bahkan dia berkarir disepak bola Italia. Dia bisanya menjadi juru kunci saat permainan mulai menemukan kebuntuan. Dan yang terakhir Junko Takeuchi. Meskipun dia berposisikan defender, dia selalu naik membantu hingga umpannya begitu memanjakan Shingo Aoi.”
“Apa kau percaya timnas Indonesia bisa mengalahkan timnas Jepang, key?”
Iqbal menatap dalam mata Keiko. Keiko yang ditatap serius begitu hanya bisa terpaku meihat bola mata hitam milik Iqbal. Untuk beberapa saat, Keiko seolah kehilangan kesadarannya.
“Ekhm.” Keiko mencoba menetralkan suaranya. Tak mungkin dia bersuara denga nada gemetar. Keiko tak mua menunjukan bahwa dia tengah gugup.
“Pasti bisa, bahkan aku yakin piala Asia tahun ini akan dibawa ke Indonesia.”
Iqbal tesenyum mendengar kata-kata Keiko yang seolah menjadi suntikan semangat bagi dirinya. Indonesia memang belum memilki sejarang menang dalam piala Asia, maka dari itu inilah saatnya.
Prit....
Pluit pertandingan sudah dibunyikan. Kedudukan dimenangkan tipis oleh Jepang dengan 2-1. Pertandingan belangsung seru dan cukup panas. Apalagi saat pemain dengan nomor punggung 8 terprovokasi tim lawan yang menyebabkan dia diganjar kartu kuning.
Babak kedua berlangsung semakin panas, saat pemin dengan nomor punggung 14 mengantikan Jito, Jun Misugi. Ternyata benar apa yang dikatakan Keiko soal Jun Misugi yang begitu jenius memajukan garus pertahanan. Beberapa kali serangan balik timnas Australia harus terhenti karena jebakan offside yang selalu berhasil.
“Kau mau menemui pemain Jepang key?”
“Sepertinya tidak, kulihat mereka cukup kelelahan. Tidak masalah kan kita tidak bertemu dengan mereka kali ini?”
“Tidak.”
Memang tidak masalah bagi Iqbal, dia memang tak mau bertemu dengan Misaki, apalagi melihat Misaki berdua dengan Keiko. Tidak.
“Kalau begitu, lebih baik kita pulang.”
“Baiklah.”
.
.
Tbc. Wait lagi yesss. Dan kalo ada yang tau nama-nama pemain Jepang ini siapa aja, berarti kira seumuran 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith And Hope
FanfictionSpecial Cast: Muhammad Iqbal Muhammad Iqbal captain Tim Nasional Indonesia. Terus bermimpi, berusaha, dan berdo'a agar menjadi pesepak bola nomor 1 di dunia. Orang lain mengannggap mimpinya terlalu tinggi. Tapi dia selalu berkata "Aku memang tinggi...