Bertemu Kembali

270 36 18
                                    

Sekitar pukul 12 siang waktu Korea, rombongan timnas Indonesia selamat menginjakan kakinya di bandara Korea. Disana sudah berdiri  Kim Hana manager dari timnas Korea Selatan. Kim Hana bersedia membantu timnas Indonesia soal akomodasi selama di Korea.

Untungnya Keiko mengenal bagaimana Kim. Saat masih duduk dibangku kuliah dan beberapa hari mengadakan tour di Korea, mereka mulai saling mengenal. Berita baiknya, Kim Hana fasih berbahasa Inggris.

“How are you Keiko? I’ll miss you so much.”

“Very well, how about you?”

“Not bad. Do you know, 2 mounth ago I was visited to Indonesia.”

“Really? What are you doing?”

“Met my boyfriend.”

“Really? You have boyfriend in Indonesia? How you can meet him?”

“Manager, bisakah kita langsung menuju ke hotel? Otakku masih tak bisa menerima bahwa aku sudah tiba di daratan.”

Keiko melirik kearah Witan. Dengan wajah pucatnya Witan memelas pada Keiko untuk segera pergi kehotel. Keiko hampir saja lupa bahwa dia kemari bukan untuk acara reuni dengan Kim. Dia sedang bertugas.

“Kurasa mereka masih jet lag.”

“Kau bisa bahasa Indonesia? Bahkan bahasa Indonesiamu lebih fasih daripada aku.”

“Simpan semua pertanyaanmu Keiko, kita harus segera berangkat ke hotel sebelum kariermu sebagai manager berakhir hanya gara-gara ini.”

Sesampainya di hotel, semua malah tercengang diluar. Keiko yang merasa aneh dengan sikap orang-orang itu langsung bersuara

“Ada apa? Kalian tidak suka tempat ini?”

“Apa kau yakin kita akan tinggal sementara disini manager?” Tanya Sagara yang masih terpaku melihat bangunan hotel itu.

“Memangnya kenapa?” Keiko malah balik bertanya.

“Kita tidak pernah difasilitasi dengan sesuatu yang mewah begini. Jangankan untuk hotel, untuk lapangan saja kita tak pernah diberikan lapang dengan kualitas rumput yang bagus. Sekali lagi kutanya padamu, apa kau yakin kita akan tidur didalam hotel ini?”

“I—iya.” Keiko gugup saat Sagara menatapnya begitu tajam.

“LUAR BIASA!!!! TAK SALAH PELATIH INDRA MENUNJUKMU SEBAGAI MANAGER. KAU SUNGGUH LUAR BIASA. TEMAN-TEMAN MARI KITA MASUK DAN LANGSUNG BERISTIRAHAT.”

“YA!!!” Keiko hanya melongo melihat sikap Sagara. Sejak kapan sifat Witan menular pada Sagara?

“Terimakasih Keiko.”

Pelatih Indra berdiri dihadapan Keiko membuyarkan lamunannya tentang keanehan sikap Sagara.

Manager kami dulu tak pernah memberikan fasilitas seperti ini untuk tim. Dia bahkan terkesan begitu cuek. Yang dia pedulikan hanyalah bagaimana menghasilkan banyak uang dari timnas.”

Keiko termenung. Ternyata ini problem yang sering menimpa timnas Indonesia. Keiko sedikitnya mulai mengetahui mengapa Indonesia belum bisa berbicara banyak soal sepak bola. Salah satunya adalah fasilitas untuk pemain. Bukan hanya soal penginapan, tapi juga soal sarana yang lain. Terngiang kata-kata Sagara soal lapangan yang tak memadai sesuai kualitas. Inilah sebenarnya tugas utama Keiko.

“Masuklah Keiko. Aku tahu kau pasti lelah.”

“Mengapa pelatih tidak istirahat?”

“Aku harus mencari arena untuk berlatih anak-anak.”

Faith And HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang