Senjata Makan Tuan

15 0 0
                                    

Saya tidak tahu bahwa ada orang lain yang membaca cerita ini. saya senang sekali :):):):):)    terima kasih para pengguna wattpad yang mau mampir ke cerita saya. 





Dua hari mereka izin libur sekolah, yang berarti sudah tiga hari mereka menikah. Saat ini mereka tengah menata barang di rumah baru. Rumah pemberian dari abi Adi. Di mana akan menjadi saksi bisu kisah manis-asam-pahit pernikahan mereka.

"Pak, tolong taruh itu di dapur ya?"

"Eh, jangan taruh di sana, di sebelah.. sini aja" ia berjalan meninggalkan tempatnya berdiri lalu menunjuk tempatnya saat ini.

"Dek, istirahat dulu gih," kata Adi yang sedang menarik koper-koper berisi pakaian mereka.

"Aku ngangkat barang aja enggak masa' tiba-tiba jadi capek. Yang ada itu harusnya aku yang bilang gitu ke kakak yang jelas-jelas udah bolak-balik keluar masuk rumah buat ngangkatin barang," jawabnya sambil menggelang pelan. Adi tersenyum.

"Ya udah, kalo capek langsung istirahat." Ia mengelus kepala istrinya yang terbalut jilbab biru dengan sayang lalu kembali pada pekerjaannya. Jika ada yang bertanya kenapa mereka bisa jadi sedekat ini, maka jawabannya terletak pada satu minggu sebelum pernikahan. Setelah mengetahui dan setuju untuk menikah dengan Olfi, Adi jadi gencar mendekatinya. Di mulai dengan mengajak basa-basi selama satu jam di taman belakang sekolah, hingga meminta nomor telepon dan akun media sosialnya. Lengkap tak terkecuali. Memang dasarnya Olfi tak terlalu mengikuti tren masa kini, yang didapat Adi hanya nomor telepon, Line, dan Instagram. Sebenarnya juga ada Facebook tapi tak pernah digunakan.

Setelah selama berjam-jam menata rumah, tak terasa adzan Dhuhur berkumandang dan bertepatan dengan selesainya pekerjaan mereka. Adi pun ke masjid untuk menggugurkan kewajibannya sedangkan Olfi ke kamar untuk menunaikan shalat. 20 menit berlalu, mereka sudah ada di ruang tengah dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya.

"Mau makan apa?" Tanyanya sambil bermain game dalam ponselnya. Yang ditanya tak menjawab apa-apa malah menarik tubuh gadisnya agar mendekat padanya. Olfi yang sebelumnya tak pernah berdekatan dengan lawan jenis kecuali kakak ipar dan ayahnya sedikit terkejut namun tak ia tampakkan, berpura-pura biasa. Ia berusaha menenangkan debaran jantungnya dengan berkata dalam hati jangan kaget, jangan malu, jangan nolak, harus dibiasakan karena dia suami kamu.

Saat ini Olfi sedang ada di dalam dekapan sang suami yang sedang memperhatikannya dan mengelus sayang rambut coklat sebahunya yang seharusnya tadi terlapisi kain jadi terbuka akibat ulah suaminya.

"Gimana? Suka gak sama rumahnya?" Tanya Adi sambil berkali-kali mencium kepala Olfi dan semakin mengeratkan dekapannya.

"Suka, rumahnya sederhana tapi segala keperluan penting ada. Jarak satu ruangan ke ruangan yang lain juga deket jadi enak kalo butuh apa-apa, enggak kaya rumah ayah yang harus turun ke bawah kalo butuh cemilan. Terima kasih, tolong bilangin itu ke abi," katanya. Tetap masih berkutat pada ponsel, namun bukan ponsel miliknya melainkan milik suaminya. Ia sedang melihat-lihat akun IG suaminya.

"Kamu liat apa sih?" Tanya penasaran. Jangan heran dengan perubahan bahasa Adi. Karena itu adalah permintaan dari Olfi kemarin, katanya biar romantis.

"Lagi liat postingan punya kakak, banyak banget ya?" Ia melirik ke atas menatap suaminya.

"Namanya juga masih muda, pasti ada aja momen yang pingin dibagi ke orang-orang." Hadeuuh lurr jawabnya kayak udah jadi om-om, yang tua mah bebas, candanya dalam hati membuat ia cekikikan.

OKE SAYA TERIMA KAMU (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang