Minghao tidak pernah mengira bahwa cara matinya adalah dengan dikoyak dua babi hutan di tengah hutan antah-berantah dengan tangan diborgol oleh pemuda asing dan bakal dikira sebagai pasangan gay yang mati mengenaskan.
Tentu saja semua hal ini diluar kepalanya. Yang ia harapkan adalah mendapati bahwa otaknya kembali pulih dan ia bisa menamatkan kuliahnya dengan nilai yang luar biasa. Mendapat pekerjaan tetap dengan gaji besar dan hidup bahagia dengan seorang gadis manis yang sangat mencintainya.
Namun kenyataan berpaling darinya. Karena sesungguhnya, dua babi itulah yang akan menentukan nasibnya ke depan. Seakan tak lelah terus bernasib buruk, goresan setengah inchi di telapak kirinya kini melebar hingga 1,5 inchi dan darah mengalir dari sana. Persetan dengan segalanya.
Selagi ia memikirkan kehidupannya yang menyedihkan, Jun makin pucat wajahnya. Balutan kemeja di betisnya kini berwarna merah pekat. Jadi, harapan terakhir adalah memikirkan kebahagian si babi hutan karena kenyang telah menyantap mereka.
Tunggu, babi makan daging(?)
Dan saat kedua babi itu melancarkan aksi melompatnya, yang Hao lakukan adalah berdoa agar ia dibawa ke surga sambil memeluk Jun erat. Matanya terpejam dan ia menyembunyikan wajahnya di balik bahu Jun. Suara geraman babi menusuk telinganya dan seketika itu pula jantungnya mencelos, menimbulkan bunyi Dorr! yang cukup keras.
Eh tunggu.
Tidak.
Itu suara tembakan.
Minghao mengerjap. Ia mendongak ketika dua babi hutan itu sudah tumbang di hadapannya. Jun seketika itu langsung jatuh pingsan dan Hao masih bertahan dengan wajah konyolnya. Kedua babi menguik kesakitan saat itu. Minghao mendengar suara langkah kaki yang diciptakan oleh dedaunan kering di tanah. Seorang pemuda berlari gembira sambil membawa senapan berburu. Ia menghampiri tempat dimana kedua babi tergeletak sekarat.
Bibirnya menyunggingkan senyum lebar.
"Oh wow, beruntung sekali kedua babi ini gemuk!" serunya.
Seorang pemuda lain menghampiri, dengan wajah datar seolah segala sesuatu yang ada di dunia tidak ada yang menarik untuknya. Ia membawa tali dan jaring. Ia menghampiri pemuda tinggi yang berbinar lalu ikut jongkok di sebelahnya.
Matanya melotot sepersekian detik sebelum kembali datar saat melihat dua manusia menyedihkan yang tersungkur di bawah cekungan akar pohon. Ia memukul bahu kawannya.
"Kau juga menembak mereka?" tanyanya.
Yang ditanya menoleh. Ia melonjak kaget.
"Aku bersumpah tidak menembak kera."
Suara langkah kaki lain mendekat. Pria datar menoleh lalu berdiri.
"Apa yang kita dapat?" tanya pemuda yang baru saja datang.
"Gyu menembak 2 babi, dan kami menemukan pasangan kera disini," jawab pria bermuka datar.
Singkat cerita, pemuda raksasa menyeret kedua babi dengan senyum merekah ke dalam bagasi mobil tak jauh dari hutan. Si pria berwajah datar dan seorang pria lain membopong Jun. Mereka masuk ke dalam mobil dengan aroma badeg yang dihasilkan kedua babi di bagasi. Jadi pemuda bersurai hitam memutuskan untuk membuka kaca mobil.
"Jadi, hei, aku Coups," sahut pemuda yang menyetir mobil.
Minghao meliriknya dari pantulan kaca spion. Ia mengangguk.
"Bisa kau ceritakan apa yang terjadi?" lanjutnya.
Minghao menatap dengan tatapan kosong. Mentalnya masih terguncang dan ia tidak menjawab selain bengong.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROTECTOR - Disclosure of Identity | Junhao[✔]
Fanfiction[Beberapa chap mungkin tidak untuk manusia normal] "Kau milikku dan aku milikmu. Kita akan terus begini sampai Fortuna menghisap bisa ularnya Medusa." "Tunggu, apa?" Hao tidak pernah tahu kalau kelakuannya saat itu membuatnya harus terlibat dalam pe...