[Minghao's]
Dingin.Rasanya dingin. Terlalu dingin hingga nyaris membekukan. Aku tidak yakin pasti dimana aku berada. Segalanya gelap pekat. Aku bahkan tidak bisa melihat tanganku sendiri. Oh, apa aku sudah mati?
Well, fuck.
Aku senang bisa mati, namun aku juga tidak senang jika harus mati sekarang. Aku belum lulus kuliah, belum punya kerja, belum punya istri, belum punya anak, belum punya cucu, belum punya--tunggu, ini berlebihan. Jika aku sungguhan mati, apa aku harus terus disini, melayang sendirian, di tengah kegelapan, dan bakal gila karena bosan? Na ah teman. Bukan hal yang bagus.
Haruskah aku berteriak?
Aaa!!
Eh?
Aku tidak bisa mendengar apapun, meski aku yakin sekali aku berteriak mengalahkan toa. Luar biasa. Aku tuli sekarang. Lalu apa? Kegelapan ini sesungguhnya karena aku buta? Atau apa aku sesungguhnya tidak bisa bicara alias bisu?
Atau aku saja yang terlalu tolol untuk berpikir seperti itu.
Sebenarnya aku mau menololkan diri lagi, daripada diam saja seperti kutu. Tapi sebuah cahaya terang muncul tiba-tiba di depan mataku dan menghempaskan tubuhku dengan rasa hangat. Lalu aku jatuh. Di atas lantai. Bokongku rasanya mau retak. Aku mengaduh pelan sambil berusaha berdiri.
Saat ini aku berada di sebuah ruangan. Cukup mewah kalau disebut kamar. Lantainya berlapis karpet halus berwarna peach dan sebuah kesialan karena aku tidak jatuh di atas karpetnya. Aku mencoba berjalan untuk mengamati segala sesuatu di dalam sini. Siapa tahu ada sebuah petunjuk. Sepertinya ini memang kamar tidur. Ada banyak kertas gambar yang ditempel berantakan di dinding, ada meja rias tanpa peralatan make up, almari, 3 buah pintu, satu jendela besar, dan kasur super besar melebihi besarnya king size di tengah ruangan. Mungkin yang ini lord size. Oke maaf.
Aku mencoba membuka almari kayu yang tampak kokoh disana itu. Tapi nyatanya tidak bisa. Tanganku tembus, rasanya seperti menyentuh gambar dari layar LCD. Hanya angin. Aku mencoba menjedukkan kepalaku, tapi nyatanya tidak bisa. Jadi aku iseng memasukkan kepalaku dalam almari dan melihat barisan sepatu mewah di dalamnya. Kuakui di dalam situ memang gelap, tapi bung, sepatu bermerk tetap bisa ter-notice walau gelap gulita sekalipun.
Aku beralih ke sebuah pintu bercat putih di pojok ruangan. Sama seperti sebelumnya, aku masih tidak bisa menyentuh apapun. Jadi aku berjalan menembus ke sana.
Wow.
Kamar mandi mewah! Ada bathtub raksasa bersticker lucu dan closet duduk berbentuk tahta raja. Banyak balon-balon karet bentuk bebek disini. Kutebak ini pasti kamar anak-anak. Aku keluar dan pergi ke pintu lainnya. Kali ini ada gantungan dari kayu yang dilukis sedemikian rupa hingga membentuk sebuah gambar kepala orang. Aku langsung saja melangkahkan kaki menembus pintu.
Tebak apa?
Ada hantu!!
Eh tidak hehe.
Itu ternyata ruangan berisi banyak sekali baju. Dan bukan hanya tumpukan baju buluk. Itu baju mewah! Baju bangsawan lengkap dengan kotak perhiasan di bagian atas. Aku ingin mengambil perhiasan itu dan menjualnya tapi sayang, aku tidak bisa menyentuh apapun. Aku keluar dan ingin membuka pintu terakhir yang kutebak pintu keluar kamar. Tapi sebelum aku menembus, seorang anak membuka pintu dan berjalan masuk.
Ia tiba-tiba diam terpaku menghadap ke arahku. Sial. Ketahuan. Eh, bukankah seharusnya aku tidak terlihat? Anak itu mengernyitkan alisnya lalu mendecak sebal.
"Kenapa ada disitu, sih?!"
Setelah itu ia melipat tangannya sambil berjalan mendekatiku. Oh sial-sial. Fuck. Aku bakal mati sekarang juga. Bagaimana jika bapaknya adalah seorang pria menyeramkan yang psikopat? Dan saat aku sudah sampai di tembok dan tidak bisa kemana-mana, eh tunggu, seharusnya aku bisa tembus! Tapi tidak bisa! Anak itu mengangkat tangannya dan meraih sesuatu di belakangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROTECTOR - Disclosure of Identity | Junhao[✔]
Fanfiction[Beberapa chap mungkin tidak untuk manusia normal] "Kau milikku dan aku milikmu. Kita akan terus begini sampai Fortuna menghisap bisa ularnya Medusa." "Tunggu, apa?" Hao tidak pernah tahu kalau kelakuannya saat itu membuatnya harus terlibat dalam pe...