Keadaan Jun lebih buruk dari sampah saat ini. Mentalnya hancur, bahkan lebih parah, ia mungkin sudah gila. Melihat Minghao meledak di hadapannya sendiri sama seperti bunuh diri. Jiwanya hilang entah kemana, mungkin melaut di pantai mencari ikan. Jun dari tadi diam. Pandangannya kosong, dan ia tidak tahu harus bagaimana. Daze masih tak sadarkan diri setelah mimisan dan muntah-muntah. Tubuhnya masih belum normal dan ia meringkuk secara aneh di dalam selimut.
Sam a.k.a remaja SMA yang ternyata mengenal mereka, sedang sibuk menghubungi petugas medis untuk mengobati yang lainnya.
Dumbbell hanya melirik Jun yang duduk menyendiri di atas patung kuda. Mereka sedang mengungsi di mansion kota, bersama penduduk lain yang ikut terluka. Sirine ambulan menguar di udara dan keadaan sedang sangat ribut. Hoon disisi lain tengah memerban lengan kanan Dumbbell.
"Apa langkahmu selanjutnya?" tanya Hoon, membuat Dumbbell menoleh ke arahnya.
"Aku... tidak tahu. Ini diluar rencana, dan ledakan tadi... tidak masuk ke dalam masalah yang kemungkinan terjadi. Tidak ada yang menduganya, Hoon," jawab Dumbbell, sedikit lebih pelan, takut menyinggung Jun.
Keadaan kembali hening. Sam datang sambil membawa beberapa petugas medis yang datang bawa tandu. Namun Coups hanya meminta jasa pengobatan saja, tidak perlu sampai ke rumah sakit, walau tidak ada yang tahu apa Daze masih hidup atau tidak.
"Ini tidak mungkin benar," ucap Vernon.
"Apa maksudmu?" tanya Coups.
"Ini hanya tipuan. Maksudku, Hao tidak benar-benar meledak jadi berkeping-keping dan meninggalkan keadaan jadi menggantung begini, kan? Mereka pasti hanya ingin memainkan kita, merusak kepercayaan kita. Ingat apa yang Daze bilang? Yue tidak lebih hanya sebuah istana yang bisa roboh kapan saja. Tapi mereka lebih cerdik, mereka tahu cara memanipulasi pikiran kita," jawab Vernon.
"Apapun masalah yang muncul kita harus tetap percaya satu sama lain," imbuh Wonu.
Mereka mulai saling menatap satu sama lain. Tak lupa melirik Daze yang nafasnya teratur di balik selimut tebal.
"Apa Daze sudah menduga hal ini akan terjadi?" tanya Hannie.
"Well yah, dia tidak akan mati semudah ini tanpa adegan norak nan heroik."
Sebuah suara menginterupsi. Seorang pria kekar berkepala botak datang dengan balutan jaket hitam dan celana tentara. Sebuah cerutu terpasang di mulutnya.
"Flop!" seru Coups, entah bahagia atau terkejut.
"Bos!" seru Sam di belakang sana. Ia melambai penuh semangat, yang langsung dibalas Flop dengan anggukan kecil.
"Bos?" tanya Bob.
"Iya, dia adik iparku," jawab Flop, membuat yang lain terkejut. "Dia memberitahuku dimana kalian berada, terutama Jun dan Dummy. Ia telah menuntaskan tugasnya."
Flop berkacak pinggang, menyapu pandangannya sebelum menepuk tangannya sekali.
"Singkat saja. Ayo cari Minghao."
---
Kala Jun mengerjap untuk yang kesekian kalinya, mereka sudah berada di sebuah gubuk reyot di belakang pagar istana yang megah. Bibirnya melongo, bingung dengan apa yang terjadi. Joshua sibuk berbisik dengan Hannie, berdebat tentang jarak tolak ukur jika mereka melompat dari atas pohon kelapa. Tak lupa Flop yang sibuk sendiri memamerkan sekotak raksasa koper berisi banyak sekali senjata.
Jun menepuk paha Bob yang tengah bersembunyi di balik semak-semak tinggi.
"Kita dima--"
"Shhh... ikuti saja dan jangan banyak bicara," potongnya sok misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROTECTOR - Disclosure of Identity | Junhao[✔]
Fanfic[Beberapa chap mungkin tidak untuk manusia normal] "Kau milikku dan aku milikmu. Kita akan terus begini sampai Fortuna menghisap bisa ularnya Medusa." "Tunggu, apa?" Hao tidak pernah tahu kalau kelakuannya saat itu membuatnya harus terlibat dalam pe...