Let's talk about the previous chapter. Shall we? So basically, Minghao woke up from his so-called sleep, then returned to his uncle's house. He believed that all of his crazy adventures were just a dream, based on what the waiter said. Then he was haunted by something strange; the bat and the knock on his closet. So he decided to go to the park. There, he met Junhui, who had fallen from nowhere. But it turned out that he wasn't Junhui. And it was his another nightmare.
I know the previous chap might sound weird and out of your mind.
But believe me, my brain has become super weird after I dreamed of a caterpillar monster that swallowed me alive.
I'm sorry please don't hate me :)[Minghao's POV]
Kalau pahlawan kalian adalah Superman, atau Batman, atau Catman-eh, maka pahlawanku adalah bibiku sendiri. Ya gimana ya? Aku yakin 100 persen bahwa aku sudah mati gara-gara ditembak oleh banci kalengan bau badeg di taman. Tapi nyatanya tidak. Kepalaku tidak bolong, dan aku masih bisa mengeluarkan kentut pagi ini.
Berkat dipukul sapu, aku selamat dari lumpuh tidurku. Untungnya, telinga bibiku ini sangat peka. Katanya, ketika beliau sedang menyapu lorong, dia mendengarku mendesah dan menggeram aneh. Bibi kira aku sedang berkelahi dalam mimpi, tapi desahan dan geramanku makin lama makin menyeramkan. Kata beliau, suara geramanku nyaris mengalahkan geraman si Emily Rose dalam film horror yang tak kuingat namanya. Jadi beliau mengintip masuk dan melihatku sudah bersimbah keringat dan tidak bisa bernafas.
Lalu layaknya mbak Wonderwoman, bibiku menerjang masuk lalu memukul dadaku pakai batang sapu. Sakit? Banget!
Pagi tadi waktu aku mandi, ada garis merah melintang di dadaku. Perih sekali coy, kau tak akan mau macam-macam dengan bibiku dan sapu andalannya.
Aku resmi balik ke Anshan setelah sarapan perpisahan. Paman bersikeras untuk ikut mengantarku ke bandara, karena takut kalau di jalan tiba-tiba aku collapse dan kerasukan. Tapi ayolah, mereka terlalu mengkhawatirkanku. Setelah prosesi bujuk membujuk yang merepotkan, akhirnya aku boleh pergi sendiri asal membawa batang sapu kesayangan bibi yang ternyata bisa ditekuk-tekuk itu. Aku terkejut jujur saja.
Bibiku juga bersikeras supaya aku naik Uber saja biar cepat dan tidak tersesat. Aku terima saja sih, toh gratisan haha. Aku hanya berharap bahwa keputusanku untuk pulang adalah pilihan yang terbaik. Sebenarnya aku merasa bersalah dengan paman dan bibi. Mereka merindukanku, masih ingin bicara banyak denganku. Tapi keadaan mentalku tak terlalu baik semenjak piknik di sini. Aku tidak bisa memilih yang mana yang nyata yang mana yang tidak. Semuanya melebur dan terasa acak di kepalaku.
Tak terasa, mobil sudah sampai di bandara. Aku mengucapkan terima kasih pada supir lalu segera beranjak masuk. Tebak apa? Ramai sekali. Mungkin karena liburan, manusia jadi banyak yang berpergian untuk membuang-buang uang mereka. Untungnya aku sudah pesan tiket lewat aplikasi menyebalkan yang sering tiba-tiba muncul saat aku streaming di Youtube. Ternyata iklan itu ada gunanya juga.
Setelah memastikan koperku lulus scan, aku menunggu di ruang tunggu sambil menyiapkan segala yang dibutuhkan. Kemarin aku nyaris membuang tiketku ke tempat sampah karena kukira itu tissue bekas. Tak lama berselang, suara panggilan terdengar di sepenjuru ruangan. Aku bangkit dari kursi dan mengantri.
Selamat tinggal Shenzen...
Aku memberikan petugas cantik itu tiketku. Ia nampak bingung untuk sesaat.
"Apa ada yang salah?" tanyaku. Ia menatapku bingung lalu memberikan tiketku ke petugas lain yang sedang patroli. Mereka berdiskusi agak lama, setelah sebelumnya menyuruhku menyingkir dulu dari antrian. Aku jadi gugup tentu saja. Jangan-jangan itu tiket palsu, lalu aku bakal dipenjara selama 6 tahun karenanya. Semoga tidak. Si petugas wanita kembali lagi seraya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROTECTOR - Disclosure of Identity | Junhao[✔]
Fanfiction[Beberapa chap mungkin tidak untuk manusia normal] "Kau milikku dan aku milikmu. Kita akan terus begini sampai Fortuna menghisap bisa ularnya Medusa." "Tunggu, apa?" Hao tidak pernah tahu kalau kelakuannya saat itu membuatnya harus terlibat dalam pe...