I'm sorry but, I don't have any idea for the title lol
Bisa dibilang, karir Minghao sebagai pria sejati yang bakal menikahi seorang wanita cantik dan hidup bahagia selamanya, terancam hancur. Pasalnya, saat benda kenyal milik Trevor menyapu bersih darah di sudut bibirnya, Hao tak bisa melakukan apapun selain mendelik horror. Matanya melebar, nafasnya tertahan. Trevor kini berada hanya beberapa mili saja darinya, sambil tersenyum menyeramkan. Astaga, Tuhan. Kenapa di dunia ini banyak orang mesum?
Tangan Trevor yang masih setia di tengkuknya perlahan meraba rambut Hao yang halus, menelusurinya dengan tangannya yang kurus. Minghao melirik Jun yang wajahnya memerah, pembuluh darah menghias kepalanya, tangannya terkepal, dan membuatnya tenang bukan lagi sebuah upaya. Ia sudah mencapai batas kesabarannya. Satu sentakan kecil terasa. Trevor menyatukan dahi mereka, terkikik kecil. Tubuh Hao merinding. Kulit Trevor terasa dingin, seperti mayat, dan nafasnya setara dengan badai salju, hampa dan kelam.
"Kau tahu apa yang kusesali? Membiarkan Jun memilikimu," bisiknya. Minghao bersusah payah menelan ludahnya, bermaksud membasahi kerongkongannya yang mendadak segersang padang pasir. Tatapan mata Trevor menusuk setiap inchi tubuhnya, menelisikkan rasa dingin yang teramat sangat.
"Dan apa kau tahu apa yang kupikirkan saat ini?"
Minghao tentu tidak mau tahu. Jadi ia tidak menjawab.
"Kau. Rasamu begitu manis, hingga aku ingin sekali merasakannya lagi."
Minghao merasakan detak jantungnya yang berpacu sangat cepat. Sial, ini mengerikan. Tidak seharusnya hal memalukan ini terjadi. Kalau bisa memilih, Hao lebih suka dikejar babi hutan daripada berada dalam kondisi seperti ini. Terkutuklah Trevor dan hal yang bersangkutan dengannya. Sebuah sentuhan terasa di perutnya, perlahan beranjak ke atas, sambil sesekali memberikan tekanan kecil yang membuat Hao berjengit.
Mau tahu rasanya?
Seolah ada tarantula dari kulkas yang berjalan-jalan seenak ketek di atas tubuhmu.
"Ngh!" Suara muncul dari mulutnya yang laknat. Minghao bersumpah, jika bukan karena rasa dingin campur geli yang ia rasakan, ia tidak akan pernah mengucapkan, bahkan membisikkan lenguhan itu. Tidak akan pernah. Kecuali ketika ia terpaksa bersuara seperti itu karena perutnya sembelit dan benda sisa pencernaan itu bandel tidak mau keluar.
Minghao merasakan suhu udara yang mulai terasa panas. Entah darimana asalnya, padahal tadi dingin sekali. Matanya melirik keadaan Jun di seberang sana. Sungguh mengerikan! Bahkan tanduk sudah bertengger di atas kepalanya. Tangannya terkepal dengan kuat, hingga buku-buku jarinya memerah. Oh, jika sampai anak itu meledak, Hao juga pasti kena imbasnya.
"Hei hei, lihat kemana kau, hm? Aku disini!" panggil Trevor.
Jari telunjuknya bergerak kesana kemari di tubuh Hao. Pemuda ini bersusah payah menahan rasa-rasa geli yang dihasilkan. Ia menggigit bibir bawahnya, merasakan darah mengalir dari sana. Sial, sudah lama ia tidak pakai lipbalm.
"Nnh!"
Trevor mengulas senyum saat mendengar reaksi Hao. Ia melirik Jun di sana, murka. Trevor memainkan lagi jarinya, mengikuti pola garis yang tercetak di tubuh Hao, mendatar di tengah, 3 garis melintang. Indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROTECTOR - Disclosure of Identity | Junhao[✔]
Fanfiction[Beberapa chap mungkin tidak untuk manusia normal] "Kau milikku dan aku milikmu. Kita akan terus begini sampai Fortuna menghisap bisa ularnya Medusa." "Tunggu, apa?" Hao tidak pernah tahu kalau kelakuannya saat itu membuatnya harus terlibat dalam pe...