"Tidak bisakah kau menyetir dengan benar?"
Jun mengumpat kesal sambil membanting setirnya ke kanan dan ke kiri dengan frustasi. Secara, ia jarang menyentuh kendaraan semenjak kejadian 11 tahun lalu. Dan kenyataan pahitnya adalah, mereka ditembaki granat dari helikopter diatas sana. Jun sekali lagi menggeram saat ledakan terjadi di sampingnya. Mobil van anti peluru ini memang tahan banting, tapi kecepatannya jauh lebih buruk dari mobil Coups yang hancur.
Gyu menyumpah-nyumpah saat kepalanya terantuk besi pada kaca mobil. Ia membuka atap mobil lalu mengarahkan basoka ke arah helikopter raksasa yang seenak ketek menembaki mereka dengan granat.
"Kemana tujuan kita? Coups tidak memberikan pengarahan!" teriak Jun dari kursi kemudi.
"Kemana saja," jawab Wonu datar.
"The hell?"
"Pergilah kemana saja yang penting kita tidak meledak dan diamlah. Aku dan Chan akan meretas helikopter itu," lanjut Wonu lagi.
Jun menutup mulutnya dan menancapkan gasnya lebih cepat. Secara, mereka berada di tengah padang gersang antah-berantah dan tidak ada tanda-tanda gedung atau kota atau manusia yang hidup. Jun menoleh ke sampingnya. Minghao tertidur--atau tak sadarkan diri--setelah acara kesurupan massal dan pengungkapan. Wajahnya pucat dan keringat bermunculan di tubuhnya.
Jun menghadap jalan lagi. Dahinya berlipat tegang. Masalah ini harus segera diselesaikan.
Jun membuka kaca mobil ketika mobil Jeep Coups mendekat. Vernon, sama seperti Gyu, sedang menembaki helikopter dengan basoka.
"Kita akan menjumpai terowongan tua dan belok ke kanan pada tikungan pertama! Kita akan menerobos ke markas dewan!" teriak Coups, berusaha mengalahkan suara angin dan ledakan. Jun mengangguk paham dan segera menutup kaca mobilnya.
Apapun yang terjadi, ia harus mencegah mereka mengambil Minghao. Dan Jun tidak boleh lepas kendali sampai semua masalah selesai. Hao belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan akan lebih baik jika Jun sendiri yang akan mengatakannya. Pemuda bersurai putih itu mempererat genggamannya pada setir dan mengambil alih van secara keseluruhan.
"Hei, bang Wonu," panggil Chan yang sedang berkutat pada laptopnya. Wonu menoleh.
"Helikopter disana itu, ada lambang Y dan 2 tanduk terbakar. Apa itu?" tanya Chan. Ia memperbesar gambar dalam sebuah diagram rumit. Jun tentu tak mau tahu akan diagram merepotkan itu. Rahang Wonu mengeras sementara matanya menyipit tajam.
Ia menggeram pelan lalu menoleh cepat ke arah Jun.
"Mereka bawahan Trevor, panglima besar Yue," jawab Gyu yang sejak kapan sudah berkutat dengan poni rambutnya.
Jun melirik dari kaca spion. Ia tahu, sangat tahu tatapan tajam dari Wonu itu. Entah kenapa dan sejak kapan, ia jadi terlibat masalah antara orang gila harapan dengan orang gila beneran. Dan bocah agak polos yang sedang tak sadarkan diri di sampingnya ini, menjadi benda rebutan mereka. Jun menggigit bibir bawahnya saat gundukan aneh mirip gunung pasir berdiri menjulang beberapa meter dari mereka. Hoon membunyikan klaksonnya, dan Jun langsung paham kalau mereka harus memasuki gua aneh yang tak mirip gua sama sekali.
Terdengar Chan mendecak bangga. Ia nampak berbicara dengan Wonu, dan Jun dapat melihat senyuman tipis terukir di wajah Wonu. Tapi Jun terlalu malas untuk mau tahu.
"Bang Jun! Kami berhasil menemukan titik lumpuh helikopternya," seru Chan. Alis Jun terangkat.
"Oh, sungguh? Baguslah."
"Tapi helikopternya ada di atas kita."
"Lalu apa?"
Wonu memutar bola matanya sambil berdecih.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROTECTOR - Disclosure of Identity | Junhao[✔]
Fanfiction[Beberapa chap mungkin tidak untuk manusia normal] "Kau milikku dan aku milikmu. Kita akan terus begini sampai Fortuna menghisap bisa ularnya Medusa." "Tunggu, apa?" Hao tidak pernah tahu kalau kelakuannya saat itu membuatnya harus terlibat dalam pe...