Disuatu hiruk pikuk malam yang beraroma lezat.
Aku melihatnya.
Menunggu sedih dan kecewa.
Ditengah melimpah ruahnya pengunjung kafe.
Adik kecil itu tak kebagian walau satu.
Malam semakin larut.
Adik kecil mulai mengantuk.
Namun dagangan nya belum tersentuh.
Ia merenung menunggu pengunjung.
Di tepi macet nya jalanan,
Yang penuh ketidakpedulian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Se'rasa'h Sebelum Humus
PoesíaDilarang percaya pada keabadian! . . Jika daun mati saja masih dapat terfermentasi, Bagaimana mungkin aku percaya rasa-mu tak akan berpaling ke lain hati?