XXIV 🍁 Renungan

1K 97 7
                                    

Evans berjalan bolak-balik di hadapan Alaska, sampai-sampai Alaska berusaha mencari objek penglihatan yang lebih menarik, selain orang yang gila yang bertingkah seperti mencari sesuatu yang tak terlihat.

"Aku tak tau apa maksud kau!" sembur Alaska bosan dengan apa yang di lihat nya.

Kaki yang sendiri tadi bergerak kini berhenti seketika saat Alaska mengeluarkan dengusan
"Kenapa kau bisa berada di sisi cewe itu saat dirinya berubah hujud?" Evans memulai kembali percakapan yang sempat terlupakan selama beberapa menit.

Alaska memalingkan wajahnya dari langit-langit rumah yang kini di penuhi entah hewan apa, yang pasti mereka bersayap dan jinak, ke wajah Evans dengan lambat
"Cewe itu menyuruhku untuk menemuinya di sana, memangnya kenapa?" tanya Alaska heran dengan perubahan raut wajah Evans.

Tidak memperdulikan pertanyaan Alaska
"Lantas, kenapa cewe itu berkata bahwa dia telah melakukan kesalahan?" tanya Evans dengan penuh selidik.

"Mana ku tau! Yang jelas dia mengatakan itu setelah menyudutkan ku!" ucap Alaska bersungut-sungut membela dirinya yang mungkin di curigai.

Evans mengangkat alisnya
"Menyudutkan mu?" ulangnya
"Kenapa?" timbalnya.

Privasinya tak lagi amat, aib yang akan di tutupi kini akan di bukanya
"Dia berusaha membuatku mengaku jika aku adalah peri, aku tak tau kenapa dia mempertanyakan itu padaku, aku pikir dia tau tentang temanku itu, ternyata tidak dia bahkan tampak kecewa saat aku bilang bahwa aku manusia. Aku sempat bertanya apakah dia peri? Lalu perubahan itu terjadi di iringi ratapannya" jelas Alaska sedikit engan.

Tatapan yang sejak tadi menginterogasinya kini berubah cerah, seolah sudah menemukan titik pencerahan dalam masalah
"Jelas cewe itu telah melakukan kesalahan, dan akhirnya mantera yang di berikan oleh pemimpinnya pudar" ucap Evans dengan mantap.

Alaska mengeraskan rahangnya, hingga menghasilkan suara gemeretak dari giginya yang bergesekan
"Sudah ku katakan, aku tak mengerti apa maksud ucapan kau!" raung Alaska.

Evans menatap kembali pada Alska dengan tajam
"Jangan terlalu berisik, ini di tengah hutan! Dan jangan sampai temanmu itu akan bangun di waktu yang tidak tepat!" sentak Evans.

"Cewe itu membuat kau mencurigai dirinya yang asli, dan saat kau mempertanyakan itu... Final bahwa kau merasa cewe itu peri dan itulah kesalahan seorang peri. Membuat manusia mengetahui dirinya, hingga akhirnya mantera yang di terapkan hilang" jelas Evans yang membuat Alaska mengut-mangut.

Tapi ada sedikit yang ganjal menurut Alaska
"Tapi kenapa temanku dan kau tidak di beri mantera semacam itu?"

"Karena kami berdua tidak di bawah pimpinan seperti cewe itu, temanmu masuk ke dunia manusia karena tidak sengaja, dan aku masuk secara memberontak  alias kemauanku sendiri" kata Evans lambat, seperti memilah kata yang tepat untuk mengungkap-kannya.

"Kau tau, kenapa cewe itu bisa mengira jika aku seorang peri?"

Evans terdiam untuk beberapa menit
"Apa di saat kau sedang bersama temanmu itu, cewe itu juga ada?"

Alaska mengingat-ingat apa kejadian itu pernah berlangsung, dan ingatannya terpacu pada saat buku terbang itu juga saat Lala tak terkontrol pun pernah mengoceh tentang itu
"Ya... Pernah" sahut Alaska pelan.

Evans membuat suara dengan jari tangannya
"Nah... Itulah alasannya, seorang peri dapat merasakan keberadaan peri-lainnya dengan rasa hangat yang menjulur di tubuh, meski peri-lainya itu tak terlihat sana sekali! Aku yakin kau mengerti maksudku" terang Evans.

Berarti Lala berpikir jika kehangatan itu berasal darinya? Dan itulah kenapa Lala sering mencari peluang agar dirinya bisa berdu'an dengan Alaska, untuk memastikan apa tebakan dan perasaan ya benar? Tapi sayang Lala malah menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri
"Jadi, cewe itu atau lebih tepatnya Lala, adalah peri yang berada di bawah pimpinan... dan apa tujuan mereka?" selebihnya bertanya pada dirinya sendiri, karena toh Evans tak akan tau tentang apa yang terjadi di dunia asalnya, sebab dia sudah lama berada di dalam hutan ini.

"Mereka mulai bertindak rupanya" gumam Evans.

Alaska hampir tidak bisa mendengar dengan jelas perkataan Evans, tapi tak membuatnya bosan untuk terus bertanya
"Bertindak? Apa kau tau sesuatu yang sedang mereka kerjakan?" tertarik akan apa yang sedang terjadi di dunia peri.

Wajah yang tertunduk itu menengadah menatap Alaska
"Mereka mencari sesuatu, dan tak ada hubungannya dengan manusia!" tegas Evans menghentikan rasa keingintahuan Alaska.

Tetapi Alaska tersenyum menanggapinya
"Oh ya? Aku rasa kalian baru saja memasuki alam manusia, itu berarti kalian sama saja sedang berurusan dengan manusia" cibir Alaska.

Evans membalas senyum Alaska lebih mengarah ke seringkai
"Jangan so tau! Kau hanya sepersekian bocah yang sedang masuk ke dunia cinta" ejek Evans lebih tajam.

Alaska mendengus, apa hubungannya dengan dunia cinta pikir Alaska, tapi sesuatu yang di ketahui nya akan membuat Evans terkejut
"Kaum kalian sedang mencari dua benda kan?" itu bukan pertanyaan tapi lebih ke pernyataan yang sangat tepat.

Sekilas ada gurat ketidak- percayaan di wajah itu, tak percaya dengan pendengarannya
"Aku tidak akan meng- iya- kan jika saja tebakanmu benar" jelas sekali Evans berusaha menyembunyikan ketekejutannya

"Apa SULING dan BUKU juga hanya tebakan yang kebetulan benar?" Alaska puas saat raut keterkejutan itu terpampang jelas di wajah itu.

.🍁🍁🍁

Sungguh tak dapat di percaya, Evans yang dengan lembut mengusirnya berbalik mencegah Alaska untuk pulang, tapi dengan rasa sesal yang di buat-buat Alaska harus pulang karena tak mungkin untuk tinggal di tengah hutan, rasa puas menyelubungi dirinya karena sekarang keadaan berbalik dengan sempurna, dulu Alaska ingin meminta penjelasan dari Evans tapi sekarang Evans yang meminta penjelasan tentang kenapa Alska bisa tau semuanya,  Alaska senang bisa mempunyai alasan untuk mempermainkannya, meski Alaska tak akan bersedia mengucapkan jika dirinya mempunyai kedua benda itu, dan tak akan sudi memberikannya tapi... PERI itu kini menjadi alasan saat rasa kuatirnya datang kembali.

Beberapa atau bahkan berpuluh-puluh peri sedang mencari benda yang ada di hadapannya, tanpa meraka tau bahwa benda itu ada dalam genggamannya, ada harapan PERI itu bodoh meski harus menjawab bahwa dia memiliki kedua benda ini, dan tuli saat ada peri lain yang memper-tanyakan keduanya.

"Dari mana Jerry bisa menemukan buku ini? Tapi Jerry takan bisa menjawabnya" desah Alaska dalam kamarnya yang hening.

Alaska memutuskan untuk tidak bekerja lagi, rasa penasarannya kembali tumbuh saat melihat suling dan buku tergeletak, apa seharusnya dia memberikan benda itu pada Evans? Tidak! Bahkan Evans belum menjawab kenapa Ia berlari ke hutan saat ada manusia yang mau menerimanya, Ia perlu tau itu agar kepercayaannya tidak di khianati, apa kepada Lala saja? Tidak juga karena Alaska belum tau betul sipat Lala.

Bila benda ini tetap di pengang PERI sampai akhirnya sayap dia sembuh PERI pasti  bisa pulang ke dunianya, tapi Alaska tak siap untuk menghadapi kehidupannya yang sepi kembali, hidupnya  sangat menyenangkan saat setiap pagi ada sesosok yang berbering menghadap nya dari ranjang dengan wajah yang tenang, dulu Alaska selalu berharap bisa melihat kedua-orang tuanya tertidur pulas di ranjang itu dan memberi senyuman saat terbangun, dan harapan itu terwujud lewat PERI yang sudah 7 malam ini tak ada di ranjang nya.

Alaska berbaring di ranjang dan menutup matanya, semoga mimpi indah bisa menghampiri tidurnya.

🍁PERI NYASAR🍁
Vote komen
Kritik saran

Ku rasa baru Chafter ini yang endingnya gak menggantung 😝, tapalah Next Chaf gw gantung lagi 😜.

Serasa nyesek... Soalnya mau yang bikin masuk ke hati duluuu 😒😋.

Sedikit ALAY di tambah LEBAY Gpp kaaaan....
Orang Author y gw.

NEXT GK?
VOTMEN AJJ SEKALIAN SPAM..

yokey bye-bye... See you

. . . menjadi penulis
🌟

Peri NyasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang